Pada suatu peperangan, pasukan Napoleon menderita kekalahan yang hebat hingga hanya tersisa seratus pasukan lebih. Hal ini tentu saja membuat mereka bersembunyi sambil menunggu saat yang tepat untuk menyerang secara gerilya.
Namun yang membuat Napoleon berpikir adalah bagaimana cara membangkitkan semangat anak buahnya. Makanan sudah menipis, istirahat kurang sedangkan perang yang tidak mengenal waktu itu tak kunjung selesai. Belum lagi kekalahan yang baru saja mereka derita membuat mereka kehilangan banyak pasukan dan amunisi. Tentu saja hal ini membuat semangat pasukannya lemah.
Ia memutuskan untuk menambah jumlah pasukan dengan merekrut anak-anak muda dari kota yang mereka taklukkan minggu sebelumnya. Jumlah yang didapat tidak terlalu menggembirakan, hanya sepuluh orang, namun Napoleon sudah memutuskan untuk melanjutkan gerilya pada keesokkan harinya.
Seorang anak muda tuna rungu mendapat bagian untuk menabuh genderang. Dia dianggap kurang cocok untuk memegang senjata. Yang lainnya hanya menggunakan senjata seadanya karena keterbatasan amunisi.
Saat peperangan pun tiba. Ketika genderang menyerang ditabuh, pasukan Napoleon maju. Setelah beberapa saat, Napoleon merasa pasukannya terdesak, lalu ia berteriak kepada si penabuh genderang untuk memukul isyarat mundur. Tetapi karena ia tuna rungu, ia tidak dapat mendengar perintah Napoleon. Ia terus bersemangat menabuh genderang sambil maju ke depan. Ia tidak tahu keadaan yang sebenarnya, ia hanya menjalankan tugasnya.
Pasukan Napoleon yang sedang terdesak melihat keberanian si penabuh genderang maju ke depan, sambil menabuh isyarat menyerang. Mereka heran sekaligus kagum melihat keberaniannya. Semangat mereka tiba-tiba muncul seperti api yang menyambar bensin. Mereka maju dengan berani dan memukul mundur pasukan musuh. Hari itu mereka menang besar, tanpa kerugian yang berarti.
Allah bisa memakai kekurangan kita sebagai kelebihan. Ia mampu mengubah hal buruk menjadi kebaikan untuk kita, juga untuk mereka yang menganggap rendah diri kita.
EmoticonEmoticon