Lemah Lembut

Sebuah kesempatan unik bisa berada di Sumbawa beberapa hari lalu untuk pelayanan Pria Sejati. Sumbawa terkenal dengan susu kuda liar yang bermanfaat untuk stamina pria. Tapi saya lebih terkesan dengan bentuk kuda Sumbawa yang bertubuh kecil namun besar kekuatannya.

Disana saya melihat sebuah andong besar ditarik oleh seekor kuda Sumbawa. Tampaknya sang kusir tidak kesulitan menangani kuda “liar” Sumbawa. Ternyata, kuda Sumbawa bisa dijinakkan dan dijaikan alat transportasi yang dahsyat. Kuda dijinakkan melalui serangkaian pelatihan. Di Sumbawa, kuda harus dikekang dan ditarik dengan motor. Tujuannya bukan sekedar dilatih taat melainkan dibiasakan berinteraksi dengan manusia dan suara kendaraan supaya tidak “kaget”. Akhirnya, selama pelatihan sekitar 1 bulan, kuda yang liar tadi mampu bekerja sama dengan manusia menghasilkan berkat yang luar biasa. Ia menjadi petarung unggul di balapan kuda, alat transportasi gabah dan menarik andong sehingga memberi penghasilan (berkat) bagi pemiliknya.

Terinspirasi dari kuda, saya teringat dengan salah satu gaya hidup pria yang belakangan ini hilang adalah lemah lembut. Banyak pria mengukur kemaksimalan dirinya sekedar dalam hal fisik / jasmani, namun dari sisi karakter sangat kurang sekali. Apa arti lemah lembut? Rubin Ong pernah mendefinisikan lemah lembut sebagai power under control  yang diaplikasikan menjadi tidak mudah tersinggung.

Tapi, setelah sekian lama mencari dan merenungkan, saya menyimpulkan bahwa pria yang lemah lembut adalah pria yang peka terhadap orang-orang disekelilingnya. ‘Peka’ berarti penuh perhatian, inisiatif, memiliki rasa ingin menolong orang lain, tidak ‘cuek’. Lihat apa yang terjadi dewasa ini? Pria cenderung tidak peka terhadap keadaan khususnya terhadap keluarganya. Ia jauh lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan diri sendiri ketimbang kebutuhan istri, anak-anak dan orang tuanya. Sungguh menyedihkan melihat keluarga-keluarga tidak harmonis hanya karena kurang peka-nya seorang pria dalam rumah tangga. Tidak heran bila anak-anak dan istrinya mencari pemenuhan kebutuhan dari orang lain, misalnya anak-anak lebih suka ngobrol dengan teman se-geng-nya daripada dengan papanya sendiri. Istri bisa selingkuh dengan pria lain karena dianggap pria lain lebih memperhatikan kebutuhannya.

Lihatlah dalam Matius 11:29. Yesus mengajar tentang jiwa yang tenang diperoleh melalui 3 kata yaitu kuk, lemah lembut dan rendah hati. Ternyata kuk dipasang berkaitan dengan proses belajar, belajar rendah hati, belajar diatur Tuhan. Sama seperti Kuda Sumbawa tadi. Ia diajar untuk tunduk (menurut) sama seperti Tuhan mengenakan ‘kuk’ supaya kita belajar rendah hati yang akhirnya bertujuan mendapatkan jiwa yang tenang.

Jiwa yang tenang akan membuat setiap orang mengerti apa yang dilakukannya dan akhirnya menghasilkan berkat yang dahsyat. Jiwa tenang membuat seorang pria dapat berdoa. Doa orang (pria) benar akan menghasilkan kuasa yang besar.

Tuhan menghendaki kita serupa dengan-Nya melalui proses belajar dalam hal lemah lembut dan rendah hati. Pria yang lemah lembut dapat menikmati kebahagiaan dalam hidupnya karena Ia di ”setir” Tuhan. Tuhan-lah yang menjadi penguasa bagi hidupnya. Ketika kuda berontak, justru lebih babak belur mulutnya. Demikian juga kita dengan kuk dari Tuhan. Tanpa kelemah-lembutan, pria akan babak belur hidupnya.

Santo Agustinus berkata, “karakter rendah hati adalah awal dari munculnya segala karakter yang baik lainnya”. Pria yang rendah hati akan menikmati kelegaan & ketenangan jiwa dalam setiap keadaan. Pria maksimal adalah pria yang lemah lembut. Milikilah gaya hidup ini. Minta kepada Tuhan mengajar hidup Anda menjadi lemah lembut  sama seperti kuda Sumbawa yang akhirnya memberkati banyak orang.

Disadur dari artikel Pria Sejati

Previous
Next Post »