"Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:3)
Perjalanan kehidupan Thomas Alva Edison unik dan berliku. Masuk SD tiga bulan kemudia keluar karena dianggap berintelektual rendah. Hati sang Ibu terkoyak. Bak halilintar menyambar di siang bolong tatkala membaca surat sang Guru yang dititipkan kepada bocah yang polos itu. Untung sang Ibu seorang beriman yang menaruh harapan kepada Tuhan. Dengan tekun ibu yang cinta Tuhan itu mengajari putranya. Alhasil, tidak seperti yang dituduhkan sang Guru. Rupanya, guru kala itu belum memahami multiple inteligence - kecerdasan ganda - sebagaimana diperkenalkan Gardner. Thomas Alva Edison ternyata memiliki kecerdasan lain yang bukan dalam hal menghafal pelajaran.
Edison membiasakan diri menata hidupnya bersama Tuhan di pagi hari. Setiap jam 4 pagi, di perpustakaan ayah tirinya yang seorang pendeta, ia berlutut dan membaca Kitab Suci. Catatan yang saya baca memberitahukan Edison melakukan hal itu dengan setia. Dan yang dilakukannya di pagi hari mengukir sejarah ilmu pengetahuan. Ia menjadi penemu besar yang disegani walau ratusan kali pernah gagal. Pagi hari, saat yang tepat mengatur rencana di kaki Sang Penjunan.
Pagi ini, firman Tuhan mengingatkan kita. Orang yang dekat dengan Tuhan dan merenungkan firman-Nya dibela secara khusus. Dekat dengan aliran sungai menyebabkan pepohonan berdaun lebat, tanda kesuburan. Itulah orang yang dekat dengan-Nya. Selain itu, janji keberhasilan menjadi miliknya. "Apa saja yang diperbuatnya berhasil." Mau hasil hari ini? Awali bersama Tuhan. (zeg)
DEKAT DENGAN TUHAN, BERARTI DEKAT DENGAN KEBERHASILAN
Renungan Pagi
EmoticonEmoticon