Suatu Pemberian Kepada Allah

“Karena apa yang dilakukan Kristus, kita menjadi suatu pemberian yang kepada Allah yang menyukakan hati-Nya”. - Efesus 1:11

Si Upik yang lincah yang baru berusia tiga tahun, selalu muncul di depan pintu setiap pagi bagaikan cahaya sinar matahari. Penuh dengan senyum, keceriaan wajah, dan nyanyian dia benar-benar cahaya yang menyinari kehidupan kami. Tatapan matanya yang sejuk dan derai tawanya yang merdu, memancarkan sukacita. Rambut ikalnya yang sedang bertumbuh dan sepasang matanya yang bercahaya dipagari bulu-bulu mata, sungguh merupakan pemandangan yang sempurna. Meskipun dia merasa bisa melakukan sesuatu sendiri, tanpa bantuan dan pertolongan kami, dia benar-benar menyukakan kami. Dia sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keluarga kami dan melengkapi hari-hari kepedulian kami dengan kegembiraan.

Demikian juga Allah, Dia mengasihi dan hati-Nya suka terhadap kita anak-anak-Nya. Masing-masing kita dirancang oleh Allah, sebagai karya seni Allah, dan merupakan salah satu dari karya-karya asli-Nya. Dia memilih kita sebelum dunia dijadikan untuk dijadikan harta milik kepunyaan-Nya, yang selalu dekat di hati-Nya dan yang menyukakan hati-Nya.

Tanggapan awal saya akan kenyataan itu adalah, bagaimana aku dapat menyukakan hati Allah? Aku tahu, aku ini siapa dan seperti apa, dan saya tidak selalu menyungging senyum tulus di hadapan-Nya. Memang menyedihkan kami, ketika kami harus mendisiplinkan si Upik karena dia nakal dan agak bandel, tetapi dia bersedia dan mau untuk diajar dan belajar untuk taat. Kita dapat mencuri kesukaan Allah untuk sesaat jika kita memberontak, namun pada saat kita menanggapi dengan baik disiplin, hajaran dan didikan-Nya, hal itu sangat menyukakan hati-Nya.

Meskipun sangat jauh dari pemahaman kita untuk mengerti, kenyataan tetap kenyataan. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa kita ini adalah suatu pemberian kepada Allah yang menyukakan hati-Nya di dalam dan melalui penebusan Yesus Kristus.

Doa: “Tuhan, aku tidak mengerti bagaimana Engkau suka kepadaku, tetapi aku rindu untuk mendatangkan kesukaan bagi-Mu dengan menanggapi kasih-Mu itu sebaik-baiknya.”

Previous
Next Post »