Sebuah Kemauan

Roma 5:3-4 : "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan."

Pada tahun 1883, seorang insinyur bernama John Roebling terinspirasi untuk membangun sebuah jembatan yang menghubungkan kota New York dengan Long Island. Para pakar dunia berpikir bahwa ide John itu mustahil dan menyuruhnya untuk melupakannya. Tidak bakal terealisasi. Tidak praktikal. Tidak akan terselesaikan.

John tidak bisa mengacuhkan visi di dalam pikirannya tentang jembatan ini. Dia memikirkannya sepanjang waktu dan dia tahu dalam hatinya kalau itu pasti bisa terjadi. Dia hanya perlu membagikan impian itu kepada orang lain. Setelah diskusi yang panjang dan lama, ia berhasil meyakinkan anaknya, Washington, seorang insinyur muda bahwa jembatan itu bisa dibangun. Bekerja sama untuk pertama kalinya, ayah dan anak itu membangun konsep jembatan itu. Dengan penuh semangat dan tantangan yang menghadang, mereka mulai memperkerjakan tukang dan membangun jembatan impian itu.

Awalnya proyek ini berjalan baik, tetapi beberapa bulan kemudian terjadi kecelakaan di proyek yang menewaskan John. Washington saat itu selamat dengan luka-luka dan mengalami sedikit kerusakan otak yang menyebabkan ia tidak bisa berjalan, berbicara bahkan bergerak.

"Sudah dibilang kan, orang gila dan impian gila, suatu kebodohan untuk mengejar visi gila". Semua orang melontarkan komentar dan berpikir kalau proyek itu akan berhenti karena hanya John yang tahu cara membangunnya. Tetapi Washington tidak pernah kecewa. Ia masih punya semangat untuk menyelesaikan jembatan itu. Ia mencoba untuk mendorong dan membagikan semangatnya kepada teman-temannya, tetapi mereka terlalu takut dengan tugas itu.

Washington tidak pernah menyerah. Yang bisa ia lakukan adalah hanya mengobarkan hatinya untuk menggunakan otak dan menggerakkan jarinya untuk memberi instruksi kepada istrinya. Kelihatannya bodoh, tetapi proyek akhirnya berjalan kembali. Selama 13 tahun, Washington menggunakan jarinya untuk memberi instruksi kepada istrinya sampai jembatan itu benar-benar selesai.

Hari ini, Jembatan Brooklyn berdiri dengan kokoh menyiratkan semangat dan kemauan yang tidak pernah padam karena keadaan. Sebuah kebanggan bagi para mandor dan tukang kepada seoarang yang dicemooh oleh setengah penduduk dunia. Juga sebuah monumen cinta dan pengabdian seorang istri yang dengan sabar menyampaikan pesan suaminya dalam pembangunan selama 13 tahun.

Sumber : Devoted Failing Forward

Previous
Next Post »