Lectio Divina : Seni Mendengarkan Suara Tuhan

Apakah Anda pernah merasa sedang menjalani hari yang begitu buruk, tidak bersemangat dalam belajar maupun bekerja, dan penuh emosi? Lalu Anda menyadari bahwa semua itu terjadi karena Anda "bolos" berjumpa dengan Tuhan; belum doa pagi sebelum memulai seluruh aktivitas. Hal-hal tersebut akhirnya memunculkan rasa bersalah dalam diri kita.

Rasa bersalah akibat tidak setia datang dan berdoa kepada Tuhan memang perlu, tetapi rasa bersalah saja hanya akan membuat kita terjebak dalam hidup yang legalistik. Tuhan kita adalah Pribadi yang penuh belas kasihan dan anugerah. Karena itu, dengan kesadaran dan kerinduan kita perlu menyandarkan hidup kita pada tangan pemeliharaan-Nya, melakukan waktu teduh sebagai prioritas utama hari demi hari.

Orang kristiani perlu membangun keintiman dengan Tuhan supaya mampu memberi inspirasi, baik bagi diri sendiri maupun lingkungannya, bukan menjadi semikin tidak peka dan tumpul rohani. Orang kristiani perlu mengembangkan seni mendengarkan suara Tuhan dalam doa dan berdiam diri sehingga keintiman dengan Tuhan bisa terjaga. Salah satu metode mendengar suara Tuhan dalam doa dan berdiam diri adalah Lectio Divina.

Lection Divina merupakan disiplin rohani untuk mengasah dan menajamkan kepekaan dalam mendengar suara Tuhan. Disiplin ini bukan bertujuan membuat kita menjadi seperti biarawan atau biarawati; hidup terpisah dari dunia; mengasingkan diri dari budaya dan perkembangannya. Disiplin ini juga bertujuan agar kita mengerti bagaimana bersikap dan berinteraksi dengan dunia ini. Lectio Divina mengasah telinga kita untuk mendengar suara-Nya demi menjalani kehendak-Nya.

Lectio Divina berasal dari kata Yunani Lectio berarti "proses membaca" dan Divina berarti "spiritual". Jadi Lectio Divina adalah sebuah seni mendengarkan suara Tuhan melalui meditasi Firman. Disiplin rohani ini merujuk pada peristiwa Nabi Elia yang tidak merasakan kehadiran Tuhan lewat hal-hal spektakuler; Tuhan justru berbicara dengan begitu lembut lewat angin sepoi-sepoi kepada Elia (1 Raja-raja 19:12). Demikian pula melalui Lectio Divina, kita akan mendengar suara Tuhan dengan lembut dan jelas lewat meditasi Firman.

Lectio Divina adalah praktik spiritualitas kristiani yang diperkenalkan sejak tahun 220 Masehi oleh seorang bapa gereja bernama Origen. Ia adalah tabib Yahudi dan teolog dari Alexandria. Origen mengajarkan cara membaca Alkitab yang dapat memberikan manfaat maksimal bagi pengikut Kristus, yaitu membaca dengan penuh perhatian, konsistensi, dan doa. Sayangnya, setelah reformasi, gereja banyak membuang kekayaan spiritual ini. Kalangan Gereja Roma Katolik masih menjalankan tradisi ini sampai sekarang. Bahkan Paus Benedictus XVI berkata, "Saya ingin mengingat dan merekomendasikan tradisi spiritualitas kuno yang dikenal sebagai Lectio Divina : pembacaan Kitab Suci dengan rajin disertai doa yang intim untuk berdialog dengan Tuhan. Mendengar Tuhan berbicara lewat berdiam diri dan Firman-Nya. Merespons Tuhan dengan hati yang terbuka. Saya yakin bila disiplin rohani ini kembali dilaksanakan, musim semi hidup rohani akan terus terjadi". Kini, disiplin rohani ini perlahan-lahan kembali diperkenalkan di gereja-gereja Protestan.

Langkah Praktis dalam Lectio Divina :

  1. Silencio : proses menyiapkan diri untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan.
    • Carilah tempat yang tepat. Sesuaikan dengan kondisi rumah Anda. Intinya Anda bisa menenangkan diri.
    • Hindarilah kebisingan
    • Ambilan posisi duduk yang nyaman.
    • Berdiam dirilah dan miliki keyakinan akan kehadiran Tuhan.
  2. Lectio : proses membaca firman Tuhan
    • Tentukan ayat-ayat yang hendak Anda baca.
    • Jangan terlalu khawatir tentang berapa ayat atau pasal yang harus dibaca. Jangan pula merasa bersalah bila tidak dapat menyelesaikan bacaan.
    • Mulailah membaca bagian Alkitab dengan tempo yang lambat; lebih lambat dari biasanya
    • Baca beberapa kali bagian Alkitab tersebut.
  3. Meditatio : proses "mengunyah" isi firman Tuhan.
    • Cobalah untuk memahami bacaan Anda.
    • Fokuslah pada satu kata/frasa/kalimat dari sebuah ayat. Ayat mas yang terdapat di Renungan Harian dapa pula Anda pilih.
    • Hafalkan dan izinkan kata/frasa/kalimat tersebut berinteraksi dengan batin Anda.
    • Hubungkan ayat hafalan tersebut dengan konteks kehidupan Anda.
  4. Oratio : proses menanggapi firman Tuhan melalui dialog pribadi dengan Tuhan
    • Gunakan apa yang sudah Anda hafalkan dan berdialoglah dengan Tuhan.
    • Nyatakan perasaan dan isi hati Anda di hadapan-Nya : kesedihan, sukacita, kekaguman, kemarahan, sakit hati, kekecewaan, dan sebagainya.
    • Ingat, dialog adalah komunikasi dua arah. Jadi, Anda perlu berdiam diri dan sabar menanti Tuhan berbicara melalui perenungan firman.
  5. Contemplatio : proses meresapi kasih dan kebaikan Tuhan yang memberi rasa aman dan damai yang melampaui akal budi kita.
    • Berdiam dirilah
    • Nantikan Tuhan berbicara dan memberikan tekad dalam hati Anda. Jangan keraskan hati Anda ketika suara Tuhan terdengar dan memberikan sebuah tugas/panggilan pelayanan.
    • Apabila ada yang ingin Anda sampaikan kepada Tuhan, nyatakanlah. Gunakan kata-kata seperlunya. Bila tidak, kembali berdiam diri.
  6. Incarnatio : proses mengambil penerapan praktis.
    • Tuliskan tekad atau komitmen Anda di secarik kertas
    • Selanjutnya lakukan dengan setia

Disiplin ini memerlukan waktu yang panjang dan tak mudah bila Anda terlalu sibuk bekerja atau belajar. Namun jangan patah semangat, karena bila Anda sudah mengecap keuntungan dari Lectio Divina, kehidupan Anda akan mengalami transformasi yang luar biasa ajaib. Anda akan lebih peka pada suara Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Biarlah melalui pengenalan yang benar akan Dia, hidup kita mengalami transformasi, sehingga dimampukan untuk membawa terobosan rohani dimana pun kita ditempatkan.

Oleh : Budianto Lim

Sumber : Renungan Harian Edisi Agustus 2008

Previous
Next Post »