Menjaga Tubuh Tetap Bugar

"Tukar kursi goyang Anda dengan sepatu olahraga". Ya, kursi goyang identik dengan kemalasan.

Sama halnya dengan menu makanan berkualitas, olahraga tak dapat digantikan oleh aktivitas apapun. Berolahraga secara rutin membuat tubuh menjadi bugar. Tubuh bugar mengantar kita hidup lebih panjang.

Kita tidak harus memilih olahraga khusus apapun menggunakan alat tertentu. Berjalan kaki adalah pilihan paling murah, tetapi bukan sekedar berjalan kaki. Kita mesti berjalan dengan penuh semangat (brisk walking), yaitu jenis jalan kaki yang menghasilkan degup jantung optimal. Ketika jantung berdegup optimal. Ketika jantung berdegup optimal, tingkat aerobik akan tercapai. Aerobik terjadi ketika enam puluh persen degup jantung maksimal tercapai, yaitu enam puluh persen dari (220-umur). Yang berumur lima puluh tahun degup jantungnya mencapai 102 per menit. Pertahankan degup jantung tersebut selama 40-45 menit.

Berolahraga tidak identik dengan mencari keringat. Apa pun olahraga yang Anda pilih, targetnya adalah aerobik. Namun, seiring dengan usia yang terus bertambah dan persendian yang tidak utuh lagi, tidak semua olahraga aman bagi Anda. Joging, lari, atau lompat, tak cocok lagi dilakukan saat usia baya. Tulang rawan dan minyak sendi sudah menipis. Karena itu, olahraga berat membuat sendi lutut, pinggul, dan pinggang "rontok". Padahal, berjalan kaki saja sudah bisa meraih aerobik tanpa perlu merusak sendi.

Dan, supaya persendian aman, kita mesti menggunakan alas kaki saat berolahraga. Bukan sembarang sepatu, kita perlu memilih yang empuk dan konstruksinya sesuai dengan anatomi kaki. Kualitas sepatu yang kita pakai menentukan nasib sendi yang memikul tubuh. Jika sepatu tak berkualitas, bobot tubuh akan dipikul lebih berat oleh lutut, pinggul dan pinggang.

Sepatu empuk menjadi semacam pegas (shock absorbent) bagi bobot tubuh. Karena itu, tanpa pegas, sendi harus memikul bobot lebih berat; akibatnya bisa mencederai sendi. Sendi yang cedera inilah yang memunculkan keluhan encok.

Bernapaslah Setiap Kali Anda Ingat
Selain berolahraga, kesegaran tubuh dapat kita capai saat sel tubuh mendapatkan asupan makanan yang cukup. Dan, sel tubuh mendapatkan makanan dari oksigen yang kita hela. Namun, porsi oksigen yang masuk ke dalam tubuh belum tentu mencukupi; tergantung seberapa dalam napas dihela dan seberapa tebal kandungan oksigen yang tersedia di udara.

Sehari-hari, kita jarang mengambil napas dalam, terlebih jika kita kurang melakukan aktifitas fisik. Hasilnya, paru-paru kita kurang mengembang dan laju napas pun melamban karena kurangnya asupan oksigen.

Kekurangan oksigen membuat sel-sel menjadi layu, kurang gizi, dan lekas mati. Fungsi organ tubuhpun akan menurun jika sel kekurangan makanan. Organ akan terganggu jika pasokan oksigen tak mencukupi. Dan pada titik tertentu akan membuat organ tak berfungsi lagi. Serangan jantung koroner dan stroke merupakan akibat kurangnya oksigen yang diserap jantung dan otak. Sementara itu, bagi pengidap jantung koroner, pascastroke, atau anemia, udara pengap akan membuat penyakit menjadi semakin berat. Jika sebagian pembuluh darah koroner dan otak sudah tersumbat, akhirnya darah mesti mengangkut oksigen lebih pekat.

Selain jarang menghirup napas dalam, kondisi oksigen di udara yang semakin menipis juga mempengaruhi sel-sel kita. Sel tak dapat bertahan hidup lebih lama karena tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup.

Menghela napas dalam dapat kita lakukan saat kita tengah berolahraga. Atau, kita mesti menyempatkan menghela napas dalam selama kurang lebih 10-20 menit setiap hari. Lakukanlah setiap saat dan dimana pun Anda mengingatnya : ketika di ruang tunggu, menonton televisi, membaca dan sebagainya.

Jika kita berada di ruang yang berpendingin udara, hendaknya masih ada ventilasi supaya sirkulasi udara tetap terjaga. Ruang pengap berpendingin udara sesungguhnya menambah tipis oksigen yang kita hirup.

Oleh sebab itu, kita perlu menarik napas dalam dan memilih tempat yang menyediakan udara yang lebih segar.

Oleh : Hendrawan Nadesul

Previous
Next Post »