Titipan Tuhan

07parented Di Indonesia, kita memperingati tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak. Kita tidak hanya dingatkan bahwa setiap anak berhak mendapatkan kesehatan, pendidikan, serta perlakuan yang layak (hak asasi anak). Sebagai orang percaya, hendaknya kita menyadari bahwa anak-anak kita hanya titipan Tuhan. Anak bukan milik orangtua, melainkan milik Tuhan. Tugas kita sebagai orangtua adalah merawat dan mendampingi anak tersebut bertumbuh sesuai dengan rencana-Nya, bukan rencana kita sebagai manusia.

Kita tidak bisa memilih talenta dan karunia yang Tuhan taruh dalam diri anak kita. Meski demikian, kita bisa mebantu anak untuk mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan di dalam hidupnya. Kita juga tidak bisa menentukan panggilan hidup seperti apa yang akan dimiliki oleh anak kita, sebab itu adalah urusan Tuhan secara pribadi dengan anak yang bersangkutan. Namun, sebagai orangtua, kita bisa mengajarkan kepada anak-anak kita untuk hidup taat di dalam jalan Tuhan.

Sayangnya, di tengah pergumulan kehidupan dan kebingungan kita menghadapi masa depan, terutama saat kita berupaya menyediakan yang terbaik bagi masa depan mereka, kita sebagai orangtua justru lupa untuk BERTANYA kepada Sang Pencipta : Apa yang sebenarnya Tuhan ingin lakukan bagi anak0anak yang Dia titipkan kepada kita?

Sejak kecil kita sudah menusunskenario agar si anakbisa menjadi seorang dokter. Padahal, Tuhan menitipkan benih musik di dalam dirinya. Saat si anak bertumbuh dewasa dan berani berpendapat untuk memilih sekolah musik daripada sekolah kedokteran, kita menguliahinya panjang lebar, bahwa seni tidak bisa menghasilkan uang untuk hidup layak.

Sejak kecil anak kita terlihat aktif secara fisik dan menyukai olah raga melebihi segala kegiatan lainnya. Namun, sebagai orangtua, kita lebih tertarik untuk melihat prestasi anak kita dalam bidang matematika dan bahasa inggris.

Akhirnya, anak-anak kita tidak bertumbuh dan berkembang seperti yang Tuhan kehendaki, tetapi seperti yang orangtua kehendaki. Tentu semua orangtua menginginkan YANG TERBAIK bagi anak-anaknya. Tetapi pertanyaan penting yang harus kita jawab terlebih dahulu adalah, “Sudahkah kita BERTANYA kepada Tuhan sebelum kita menasehati anak-anak kita tentang pilihan hidupnya pada masa depan?”. Adakah rancangan kita sebagai orangtua LEBIH BAIK daripada rancangan TUHAN?

Yeremia 29:11 - “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apap yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan-rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Tuhan menitipkan talenta dan karunia di dalam diri anak-anak kita bukan untuk “diseleksi” oleh orangtua. Mana yang kita anggap cocok kita kembangkan, sedangkan kelebihan anak kita yang menurut ukuran kita “bakal tidak menghasilkan apa-apa” dalam hidupnya, sebaiknya diabaikan saja. Pernahkah Tuhan salah mengombinasikan bakat/kemampuan dalam diri anak-anak kita?

Billy Frank, putra seorang petani penjual susu, lebih suka membaca buku Tarzan dan Marcopolo dibanding membantu ayahnya memerah susu dan mengurus pertanian. Ia adalah seorang anak yang aktif dan energik, selalu berlari, menyelidiki, dan sepertinya tidak pernah merasa lelah. Kisah-kisah petualangan dan perjalanan para misionaris sangat memikat hatinya. Bahkan masa-masa kuliahnya ia lewat sembari menawarkan diri menjadi “penolong” (pembantu) bagi para penginjil yang bisa ditemuinya. Dalam suratnya kepada ibunya, “Aku ingin seperti orang ini.”

Tentu saat ini tidak ada orang kristiani yang belum pernah mendengar nama Billy (Frank) GRAHAM, bukan? Ya, kisah diatas adalah cuplikan kisah masa kecil seorang penginjil yang sangat terkenal di seluruh dunia. Lihatlah bahwa Tuhan tidak pernah salah menitiipkan talenta maupun karunia di dalam diri seorang anak. Bahwa setiap keunikannya, setiap pembawaannya, setiap minat dan hobinya, itu semua merupakan potensi yang jika ditumbuhkembangkan, akan membuat anak tersebut betul-betul menjadi seperti yang Tuhan inginkan.

Diperlukan IMAN untuk bisa menerima seorang anak apa adanya. Dan, IMAN untuk yakin bahwa Tuhan tidak pernah salah mengombinasikan segala potensi yang ada dalam diri anak-anak-Nya. Bahwa itu semua sudah Dia rancang untuk membawa maksud yang baik. Baik untuk anak tersebut, maupun baik untuk menggenapi pekerjaan Tuhan.

Efesus 2:10 : Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

John C. Maxwell mendefinisikan SUKSES sebagai berikut.
1. Mengetahui maksud Anda dalam kehidupan
2. Bertumbuh untuk mencapai potensi maksimal Anda
3. Menaburkan benih yang menguntungkan bagi sesama.

Sudahkan kita bertanya dan berserah kepada Tuhan demi panggilan hidup anak-anak kita? Bertanyalah, karena Tuhan akan menjawab. Serahkanlah, karena hanya di dalam Tuhan ada jaminan masa depan yang pasti bagi anak-anak kita.

Oleh : Meilania
Guru Sekolah Minggu, pembicara seminar dan pelatihan guru Sekolah Minggu, moderator milis diskusi e-BinaGuru

Sumber : Renungan Harian Edisi Juli 2009

Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
jopi
AUTHOR
September 15, 2009 at 8:34 PM delete

saya ingin selalu mendekatkan diri saya kepada tuhan yesus..

Reply
avatar