Kisah Seorang Pendeta Di India

Ada seorang pendeta yang bernama Paul. Ia bertempat tinggal di sebuah kota besar di India. Ia seorang Baptis yang ditugaskan untuk memimpin sebuah jemaat di kota itu. Ia sering mengunjungi desa-desa di sekitar kota itu untuk mengabarkan Injil sehingga banyak jiwa percaya kepada Yesus dan diselamatkan. Orang-orang Hindhu yang fanatik tidak suka bahwa banyak orang India menjadi orang Kristen. Pada suatu hari, beberapa orang Hindhu yang fanatik menyerbu masuk gereja dimana sedang diadakan kebaktian. Mereka menyeret pendeta Paul keluar gereja dan memukulinya secara bertubi-tubi. Mereka mengatakan, agar ia tidak mengabarkan Injil lagi. Jemaatnya membawanya ke rumah sakit dan ketika ia boleh pulang dari rumah sakit itu, ia kembali ke gerejanya untuk berkhotbah lagi di depan jemaatnya.

Sekali lagi orang-orang Hindhu yang fanatik itu mengancam agar ia berhenti mengabarkan Injil, namun pendeta itu tetap mengabarkan Kabar Kesukaan. Akibatnya adalah bahwa mereka menghajarnya kembali sehingga seorang dari jemaatnya membewanya ke rumah sakit. Setelah sembuh dari luka-lukanya, ia kembali memimpin jemaatnya dan meneruskan pekerjaannya sebagai hamba Tuhan yang setia.

Karena ia tetap tidak mau menurut, maka kali ini mereka membawa puteri sang pendeta dihadapannya dan mengatakan akan membakar puterinya jika ia tetap tidak berhenti berkotbah. Ketika pendeta itu tetap tidak mau berhenti mengabarkan Injil, mereka mengguyur puterinya dengan bensin dan membakar tubuh anak perempuan itu. Ketika api sedang membakar tubuhnya, puterinya berseru, “Pap, janganlah berhenti mengabarkan Injil. Kabarkanlah, kabarkanlah Injil!!” Kemudian ia meninggal di depan ayahnya.

Lagi pendeta Paul mengabarkan Injil. Kali ini, orang-orang India yang fanatik itu manghajar hamba Tuhan yang setia secara habis-habisan. Mereka mengambil batu yang besar dan dengan batu itu mereka menghantam perut pendeta Paul dengan sekuat tenaga. Akibatnya, dubur pendeta itu hancur dan ususnya keluar melalui dinding perutnya yang jebol. Para anggota jemaatnya membawanya ke rumah sakit dan mereka mengira ia tidak ada harapan untuk hidup. Namun, ia tidak mati. Hanya sekarang ia harus mengenakan sebuah colostomy di perutnya karena duburnya yang hancur.

Sampai saat ini, pendeta Paul masih tetap mengabarkan Injil walaupun harus membawa colostomynya kemana dia pergi. Kesaksian ini dikisahkan oleh bruder Andy Leper yang bertemu dan berbicara dengan pendeta Paul bulan lalu. Untuk informasi lebih lanjut, anda dapat menghubungi melalui email addressnya: peacefreek@aol.com

Previous
Next Post »