Manage Your Boss

Hubungan dengan atasan tidak disangkal lagi mempengaruhi kinerja dan karier kita. Untuk membina hubungan dengan atasan pertama-tama yang kita perlu lakukan adalah mengerti kebiasaan dan peribadi atasan, tatau kalau mengambil istilah Steven Covey dikenal dengan First to Undertand than to be Understood. Bayangkan saja kalau ide dan proposal kita sering ditolak yang mungkin hanya disebabkan oleh karena kita tidak mengenal gaya, kebiasaan dan pribadi atasan kita.

Dalam tes kepribadian biasanya ada 4 jenis kelompok utama yang namanya tentu saja bergantung alat tes yang digunakan, dari yang paling sederhana sampai yang lengkap dan terpadu. Perusahaan banyak yang menggunakan DISC profiling atau yang sederhana seringkali juga menggunakan Color Code dari Hartman. Tentu saja untuk dapat berhubungan baik dengan atasan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengetahui pribadi kita terlebih dahulu. Kalau tidak ada kesempatan melakukan tes tentu saja kita dapat menganalisa kebiasaan-kebiasan keseharian kita dan atasan kita dengan melihat perilaku sehari-harinya.

Berikut ilustrasi cara mengenal atasan secara sederhana. Coba kita perhatikan kebiasaan atasan kita dengan cara misalnya melihat meja kerjanya. Apakah meja kerjanya rapi? Kalau ya, coba perhatikan lagi apakah yang bersangkutan sangat detail, analitis, prefeksionis, teliti dan senang dengan angka? Kalau jawabannya ya, maka segala bentuk usulan atau proposal harus dilengkapi dengan data, analisa dan rekomendasi yang jelas. Selain itu tipe bos seperti ini cenderung disiplin sehingga kalau ada janji dengan dia, Anda wajib datang tepat waktu dan sekali-kali datang terlambat karena dapat dipastikan bahwa bos Anda akan tidak senang dan segala proposal yang sudah dipersiapkan menjadi sia-sia. Jangan lupa bahwa bos seperti ini cenderung banyak pertimbangan dan mempunyai kesulitan dalam mengambil keputusan.

Ada tipe bos yang sangat ramah, komunikatif dan persuasif. Pembawaannya fun dan meja kerjanya tidak rapi alias berantakan. Seringkali impulif dan tidak disiplin tetapi karismatik. Dapat dibayangkan kalau saja bawahannya mempunyai tipe seperti diatas yang sangat detail dan tidak menyesuikan dengan tipe bos yang ramah seperti ini, maka proposal yang disiapkan secara detail, rapi dengan penuh angka dan analisa menjadi tidak efektif lagi. Karena bos seperti ini tidak terlalu suka angka-angka dan tidak detail. Bos seperti ini senang dengan laporan yang bersifat verbal dan disampaikan dengan cara tidak terlalu formal. Jangan lupa juga membuka percakapan yang bersifat pribadi karena tipe bos seperti ini seringkali sharing perasaan pribadinya. Mengadakan meeting saat lunch atau di cafe dapat membantu memperlancar diskusi dengan bos seperti ini. Kadang proposal Anda tidak perlu dibaca lagi dan langsung disetujui. Tentu saja hal ini yang kita harapkan kan?

Tipe bos ketiga adalah bos yang sangat dominan, tegas dan senang menunjukkan kekuasaannya. Bos seperti ini cenderung to the point dan tidak sabaran. Dalam mengajukan proposal tentu saja harus menyajikan data faktual dan juga keuntungannya. Rasanya percuma saja memuji bos seperti ini mengenai penampilannya karena bagi bos seperti ini kinerja pekerjaannya yang membuat bangga dirinya. Untuk menghadapi bos seperti ini sebaiknya tetap fokus pada tujuan dan tunjukkan hasil yang positif.

Ada tipe bos yang senang dengan kedamaiaan alias tidak suka akan konflik. Bos seperti ini pendengar yang baik, pembawaannya tenang, sangat teroganisir. Dalam menghadapi bos seperti ini perlu kesabaran dan seringkali mudah dipengaruhi oleh pihka lain sehingga keputusannya seringklai berubah.

Ilustrasi di atas merupakan sekedar gambaran untuk langkah awal membina hubungan kita dengan atasan kita meskipun dalam kenyataannya terjadi kombinasi dari beberapa tipe dasar tersebut atau adanya situasi yang tidak mempengaruhi hal di atas. Selain dari mengenal atasan di atas ada hal-hal yang secara umum disukai oleh atasan kita atau yang kita dapat hindari supaya hubungan tetap baik. Berikut beberapa tips umum yang dapat menjadi acuan dasar.

Informasikan tidak hanya masalah saja melainkan beri solusi atas masalah yang kita hadapi. Kalau kita amati, bawahan seringkali membawa permasalahna-permasalahan tanpa disertai solusi. Hal ini tentu saja dapat menyita waktu atasan yang tentu sdaja sudah mempunyai berbagai masalah sendiri. Dalam hal kita harus meminta pendapat atau solusi pastikan kita tahu persis apa yang menjadi masalah utama. Permasalahan terjadi karena ada gap antara target dan realisasi. Untuk itu kita perlu memastikan apakah solusinya minta tambah sdm, atau revisi waktu, atau peninjauan budget, atau hal lainnya.

Hindari untuk meminta solusi yang tidak pasti. Hindari untuk memberi kejutan tidak menyenangkan. Atasan paling tidak suka memnerima kejutan yang tidak menyenangkan apalagi kalau mendengan dari orang lain. Untuk menghindari masalah ini, kita harus bersikap terbuka dan tidak perlu ada yang ditutupi. Diskusikan resiko-resiko yang mungkin terjadi sebelum sesuatu dieksekusi sehingga dalam pelaksanaannya segala sesuatu sudah dapat diprediksi. Andaikan terjadi yang tidak menyenangkan, bicarakan langsung dengan atasan sebelum atasan mendengar dari pihak ketiga.

Beri informasi selengkap mungkin dan jangan berasumsi kalau bos kita tahu segalanya. Jadi kita perlu melakukan edukasi dan memberi informasi terkini tentang situasi, keadaan dan informasi lainnya kepada atasan kita.

Cari waktu yang tepat untuk memberi informasi. Seringkali kita bertemu dengan waktu yang tida pas, karena atasan sedang ada masalah, sedang sibuk atau sedang tergesa-gesa. Untuk memperoleh hasil yang optimal gunakan waktu yang pas untuk bertemu.

Ciptakan kepercayaan dengan tidak memberi janji yang tidak dapat diberikan. Pertimbangkan secara matang sebelum kita mempunyai komitmen terhadap target atau pun hasil kerja kita. Terlalu sering membuat janji berlebih dapat mengurangi kredibilitas.

by Franz Dirgantoro – Country Manager Jobstreet.com

Previous
Next Post »