Bacaan : 2 Korintus 5: 11-21
Bulan April 2007 yang lalu kita dikejutkan dengan sebuah berita yang mendunia. Seorang mahasiswa dari Korea Selatan yang sedang studi di AS telah menembak mati tiga puluh tiga temannya di kampus Perguruan Tinggi tersebut dan setelah itu ia bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Salah seorang korbannya adalah mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi S3 di sana.
Stres dan bunuh diri ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Stres dan bunuh diri sudah menjadi “epidemi” dunia. Di sekitar kita banyak orang stres atau mungkin termasuk diri kita sendiri.
Ketika Nabi Elia stres karena diancam akan dibunuh Izebel, isteri raja Ahab, sang Nabi ini tidak mau makan dan mengurung diri di sebuah gua. Bahkan minta Tuhan agar mencabut nyawanya daripada tidak berguna. (ay.4). Tetapi Tuhan menolong dengan mengutus malaikat-Nya.
Stres dan niat untuk bunuh diri bisa terjadi pada siapa saja termasuk orang-orang percaya.
- Nabi Elia disentuh oleh malaikat yang mendekatinya. Sentuhan hati dan jiwa menjadi obat bagi setiap orang yang sedang dalam pergumulan. Serahkan hatimu kepada Tuhan agar mengalami sentuhan-Nya.
- Nabi Elia dkuatkan dengan makanan yang disediakan oleh malaikat. Sebuah gambaran bahwa dalam keadaan stress kita tidak boleh sama sekali “kosong” hidup kita. Beri kesempatan Tuhan Yesus tinggal di dalam hati kita
- Nabi Elia akhirnya bisa bangun dan berjalan kembali untuk perjalanan yang jauh. Jangan sampai perjalanan kehidupan kita kehilangan visi dan mimpi-mimpi yang baik yang menjadi cita-cita kita.
ORANG YANG MEMBIARKAN TUBUHNYA DIKUASAI STRES SAMA DENGAN TIDAK MENGHARGAI DIRINYA ADALAH BAIT ROH KUDUS. BUNUH DIRI BUKAN CARA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH BAHKAN TIDAK MEMULIAKAN ALLAH.
Pdt. Andreas Gunawan Pr, STh.
EmoticonEmoticon