Mengasihi Tuhan Yesus

Kalau mendengar kata pelayanan anak jalanan/kampung kumuh, banyak teman yang langsung berasumsi bahwa dalam pelayanan tersebut kita akan berinteraksi dengan anak-anak yang kasar, yang tidak tahu aturan, yang dekil, kumuh, dan sebagainya dan harga yang harus dibayar "sangatlah besar" sehingga sampai saat ini, sepertinya anak-anak muda dan orang-orang yang terbeban terjun langsung dalam pelayanan ini tidak bisa terbilang banyak apabila dibandingkan pelayanan MC/WL (Worship Leader) di gereja, pelayanan sebagai pemusik, sebagai pengurus, majelis, dan lain-lain. Apakah pendapat tersebut benar? Menurut pengalaman saya pribadi, sejujurnya jawabannya tidak. Bahkan apabila disebut pelayanan, seringkali saya pribadi merasa malu, karena setelah sekian waktu lewat, saya pribadi lebih merasa 'dilayani' daripada saya yang 'melayani' jadi sebenarnya siapa yang melayani siapa?

Karena sebagai contoh, apakah saudara pernah merasakan ketika sedang penat oleh masalah kerjaan, penat oleh berbagai macam hal, dan ketika saudara datang dengan segala beban itu, tahu-tahu dari berbagai arah berlarian banyak anak-anak sambil berteriak-teriak "kakak datang, kakak datang!" Kemudian mereka langsung berlarian mendekati saudara untuk memeluk maupun untuk menggandeng tangan saudara. Dan sungguh saya katakan, segenap beban yang saya alami dalam sekejap langsung hilang dan digantikan dengan sukacita!

Jujur saudara, selama pelayanan ini ada banyak hal yang sangatlah amat berkesan dalam hidup saya, bagaimana Tuhan mengajar saya melalui mereka, dan berikut ini saya mau membagikan salah satunya.

Dwi (anak jalanan di grogol)

Dwi adalah salah satu anak bimbingan belajar saya ketika saya masih pelayanan di kolong grogol setiap hari minggu. Nah, pada satu waktu, ketika setelah waktu belajar selesai, saya melihat dia sedang duduk, di tangannya terdapat sepotong timun sayur (timun yang biasa dijadikan lalap) dan dia sedang asik makan timun tersebut (Saudara pernah makan timun sayur mentah dengan kulit2nya? =p)

Kemudian dengan bercanda saya memanggil dia, "Dwi, sedang makan apa? Wah, sombong ya, makan sendiri nih ceritanya, kakak-kakaknya tidak ditawarin.." Si Dwi cuma cengengesan saja, lalu saya kembali sibuk membantu mengajar anak-anak yang belum menyelesaikan pelajarannya.

Tetapi selang beberapa waktu kemudian, tahu-tahu saya dicolek dari belakang, dan ternyata kali ini di tangannya si Dwi membawa 2 buah timun sayur, kemudian sambil menyerahkan salah satunya dia berkata "Ini buat kakak". Saya sedikit kaget, dan saya tanya, "Dwi, kamu beli timun ini di mana?"

Dengan santainya dia menjawab, "Di tukang sayur belakang terminal grogol kak."

Saat itu saya cukup shock karena ternyata demi membelikan saya sebuah timun sayur, anak kecil tersebut berjalan kurang lebih 2 km bolak balik dr kolong grogol ke tukang sayur di belakang terminal, hanya untuk memberikan saya sebuah timun!

Lalu saya tanya kembali, "Dwi, kamu belum makan siang ya?"

Jawabnya, "Belum kak"

Lalu saya katakan, "Dwi, kita ke Citraland aja yuk, kita makan di sana, Dwi mau kan makan Mc Donald?"

Dia menggelengkan kepalanya, "Gak mau kak"

Saya tetap bersikeras mengajak dia makan, dan sejujurnya saya sudah bertekad apapun yang dia mau makan, mau Mc Donald sampai Sizzler saya rela tukar sama timun sayur tersebut, tetapi dia tetap tidak mau dan dia berkata, "Udah kak, Dwi pokoknya gak mau makan di Citraland, Dwi maunya duduk di sini saja sambil ngobrol sama kakak".

Saat itu saya pribadi merasa sangat tersanjung dan terharu saudara, karena anak ini tidak melihat saya sebagai, "Kakak berduit yang bisa memberikan Mc Donald", tetapi dia tidak perduli dengan Mc Donald maupun segala macam makanan mahal yang bisa saya belikan, tetapi dia tukar semua hal tersebut dengan duduk-duduk di kolong sambil ngobrol bersama saya.

Entah kenapa sepertinya saya merasa Tuhan sedang mengajar saya suatu hal, Tuhan adalah Allah yang penuh kasih, dan dia adalah Tuhan yang sanggup memberikan apa saja kepada kita, dan dalam kejadian tersebut seakan-akan Tuhan menunjukkan, "Carlo, begini lho perasaan kalau seseorang mengasihi engkau BUKAN karena apa yang engkau bisa berikan padanya, BUKAN karena apa yang kau miliki, tetapi sungguh2 mengasihi engkau sebagai satu pribadi"

Karena kejadian tersebut, si Dwi menjadi salah satu anak kesayangan saya di grogol, bahkan sampai sekarang =). Dan dalam kejadian tadi saya menjadi mengerti tentang arti sebuah persembahan, karena walau hanya dengan sebuah timun yang seharga lima ratus rupiah, apabila diberikan dengan hati yang tulus, timun itu lebih berharga daripada Mc Donalds, Sizzler maupun makanan2 yang teramat sangat mahal!

Saudara ingin menjadi anak kesayangannya Tuhan? Persembahkanlah apapun dari yang engkau miliki dengan tulus, bukan karena Kristus adalah Tuhan yang sanggup memberkati engkau berlipat-lipat kali dari persembahanmu, Tuhan yang sanggup mengangkat sakit penyakitmu dan memulihkan keluargamu, tapi cukup berikan persembahanmu dengan tulus kepada Tuhan karena engkau mengasihi Dia, walau persembahanmu itu tidak akan pernah kembali seumur hidupmu, walau sakit penyakitmu tidak kunjung sembuh, walau keluargamu tidak kunjung dipulihkan.

Saat itu tanpa ia sadari, Dwi telah mengajar saya tentang hubungan dengan Tuhan, tentang bagaimana kita harus mengasihi Tuhan bukan karena Ia adalah Tuhan yang kaya, Tuhan yang bisa melakukan hal-hal yang mustahil, dan seterusnya, tetapi kita harus mengasihi Tuhan karena Ia adalah Tuhan! Titik.

Regards, Carlo

Sumber : Cerita Kristen

Previous
Next Post »