Sahabat adalah orang yang kepadanya kita percaya. Dengan seorang sahabat kita dapat menceritakan semua kesesakan bahkan rahasia kita, sehingga kita beroleh kelegaan, ketenangan, dan kedamaian. Seorang sahabat bersedia memahami keadaan kita meski belum tentu selalu menyetujui pilihan-pilihan kita. Dengan sahabat, kita berani menjadi diri sendiri, tampil apa adanya tanpa perlu memakai polesan dan mengupayakan kesan tertentu.
Yesus berkata kepada kita, "Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku" (ayat 15). Semua yang penting dan perlu telah Dia bagikan kepada sahabat-sahabat-Nya. Wow, betapa terhormatnya kita, karena Yesus bersedia merendahkan diri dan memperlakukan kita sebagai sahabat-Nya. Bukan karena kita layak, melainkan karena Yesus melayakkan kita menjadi sahabat-Nya, sehingga Dia mau membagikan "rahasia"-Nya kepada kita, yakni segala sesuatu yang Dia ketahui dari Bapa-Nya. Bukan itu saja! Pada puncak pernyataan kasih-Nya, Dia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita, sahabat-sahabat-Nya (ayat 13).
Pertanyaannya, apakah kita juga menjadikan Yesus sahabat kita? Sungguhkah kita rela memercayakan semua rahasia kepada-Nya, dan memberi tahu Dia tentang semua yang kita lakukan dan pergumulkan? Lebih jauh lagi, apakah kita juga rela memberikan nyawa kita demi Dia, Sahabat kita? Bahwa Yesus adalah Sahabat kita, itu pasti. Bahwa kita adalah sahabat Yesus, itu yang harus dibuktikan -DKL
KITA AKAN DIPIMPIN KEPADA HIDUP YANG BAHAGIA-THECLA MERLO
SABDA.org
EmoticonEmoticon