Damai dan Pedang

Bacaan : Matius 10:34-36

Sebuah kalimat yang kontras dari Tuhan Yesus. Damai adalah tenang dan aman, sementara pedang adalah gambaran pertentangan dan ketegangan.

Di hari Natal pertama, damai dan pedang telah menjadi kenyataan. Di langit atas sana, sejumlah besar bala tentara sorga memuji Allah (Luk 2:13-14), tetapi di bumi pada hari-hari berikutnya sejumlah besar tentara Romawi membunuh semua bayi laki-laki dengan pedang atas perintah Herodes. (Mat.2:16).

Peringatan Natal dengan damai dan pedang, masihkah terjadi saat ini? Setiap kali Natal tiba kita diingatkan bahwa ada kehidupan dan ada kematian, tetapi juga ada JURUSELAMAT yang bisa mengubah kematian kekal menjadi kehidupan kekal.

Pilihan kepada Juruselamat itulah yang kadang-kadang bagaikan orang dihadapkan kepada pedang. Pilih Tuhan Yesus atau pilih yang lain. Setiap kali Natal tiba kita diperhadapkan kepada pilihan untuk mengutamakan yang mana. Yesus yang menyelamatkan atau merasa aman dengan kekerabatan dan persaudaraan dalam keluarga. tetapi mereka semua tidak dapat menolong kita untuk hal-hal yang kekal.

Setiap kali Natal tiba kita ditantang lagi komitmen kita untuk tetap mengasihi Dia lebih dari segalanya dalam hidup ini. Sebab karena kasih-Nya dan untuk kitalah Allah telah rela turun ke dunia menjadi manusia Natal yang damai baru benar-benar terjadi bila kita sudah pernah merasakan hati dan hidup ini bagaikan ditusuk-tusuk pedang. Sebuah penyesalan dan pertobatan untuk kembali kepada Allah. Sebuah pilihan yang sangat menentukan hidup dan mati kita : dikucilkan, disingkirkan, dicemoohkan. Hidup damai dengan Allah, atau hidup dalam ancaman pedang kematian kekal?

Amin.

Pdt. Andreas Gunawan Pr, STh.

Sumber : Reflecta

Previous
Next Post »