Sepatu

Suatu hari seorang Bapak tua hendak menumpang bis di Orchard Road. Pada saat ia menginjakkan kaki kirinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dari kakinya dan jatuh ke jalan. Lalu pintu segera menutup secara otomatis dan bis mulai bergerak, sehingga ia tidak sempat memungut sepatu yang terjatuh tadi. Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk di dalam bis itu melihat kejadian itu merasa heran. Ia lalu memberanikan diri dan bertanya kepada si bapak tua, “Aku tadi melihat apa yang anda lakukan, Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yang sebelahnya juga?”.

Si Bapak tua menjawab, “Supaya siapapun menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.” Anak muda itu terperanjat.

Si Bapak melanjutkan, “Jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya. Satu sepatu hilang dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagiku. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkannya.”

Berkeras mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kamu bisa melihat bagaimana paradigma Bapak itu merupakan sesuatu yang berbeda dan melawan arus dunia. Jim Elliot, seorang misionaris pernah berkata, “He is no fool who gives what he can’t keep to gain what he can’t lose.” (Bukahlah suatu kebodohan untuk menyerahkan apa yang tidak bisa dipertahankan demi mendapatkan apa yang tidak bisa hilang).

Renungan :
Kita boleh saja mempertahankan sesuatu yang menjadi hak kita, tetapi ada seseorang yang sudah menyerahkan hak-Nya sebagai Anak Allah dan datang ke dunia, mati di atas kayu salib untuk kita. Ia tidak mempertahankan sesuatu yang sebenarnya adalah milik-Nya.

Previous
Next Post »