Si Buruk Rupa

Aku hanyalah seekor keledai yang sudah cukup tua. Tubuhku tidak lagi sekuat dahulu ketika aku masih muda. Dan kini orang-orang menyebutku "si buruk rupa." Aku punya begitu banyak pengalaman sewaktu masih muda. Aku pernah berjalan berkilo-kilo meter sambil membawa beban yang berat di punggungku. Aku bahkan pernah diajak masuk ke dalam perahu yang sangat besar, menyeberangi lautan sembari menanggung beban berat. Bagiku semua itu pengalaman yang membanggakan. Namun aku tak akan pernah lupa satu peristiwa yang membuatku bergetar jika mengingatnya. Waktu itu majikanku adalah seorang pria muda. Ia hendak bepergian jauh dengan istrinya yang sedang hamil tua. Pria itu bernama Yusuf, dan istrinya Maria. Sepanjang perjalanan Maria duduk di atas punggungku. Perjalanan itu memakan waktu berhari-hari. Dan aku tahu ia pasti sangat lelah.

Hingga sampailah kami malam itu di Bethlehem, kota kecil di tanah Yudea. Malam itu agaknya sudah tiba waktunya bagi Maria untuk bersalin. Yusuf, sang suami yang setia, mencoba mencari tempat yang layak untuk kelahiran putranya. Hmm, tentunya kelahiran putra pertama itu suatu pengalaman yang menggetarkan hati. Kami berjalan dari rumah peristirahatan yang satu ke tempat yang lain. Namun, tak satu pun tempat yang kosong untuk menampung mereka. Sungguh kasihan.

Akhirnya tibalah kami di suatu tempat, di situ terdapat sebuah kandang domba. Maria melahirkan di kandang domba itu. Bayinya ia letakkan di atas palungan dan dibungkus kain lampin. Mereka menamai bayi itu Yesus.

Aku sangat terharu atas peristiwa itu. Tak pernah terbanyangkan sebelumnya ada manusia yang dilahirkan di sebuah kandang dan diletakkan di atas palungan.

Namun tiba-tiba aku terkejut melihat pemandangan di langit. Kulihat sebuah bintang yang sangat terang tepat di atas kandang tempat Yesus lahir. Para malaikat pun melagukan pujian bagi Yesus. Dan para gembala beserta orang-orang majus datang menyembah Yesus.

Wah ... wah ... pastilah Yesus ini seorang Raja. Hanya Raja yang patut disembah, kan? Dan ya, aku yakin Yesus seorang Raja. Saat itu pula aku merasakan kedamaian yang begitu besar. Ada kebanggaan tersendiri saat aku sadar bahwa ternyata aku dapat menyaksikan kelahiran Yesus, sang Juruselamat itu.

Sekarang, meski aku aku sudah tua, peristiwa itu begitu lekat dalam benakku. Aku tak pernah lupa, bahwa Tuhan yang agung sudi hadir di tengah-tengah manusia. Bahkan aku, si buruk rupa ini, dipilih untuk mengantar-Nya. Ah, kebaikan Tuhan memang tak ada habisnya dan aku yakin ada ribuan rencana Tuhan yang indah, ... meski sederhana.

Previous
Next Post »