Nats : Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu (Efesus 4:26)
Bacaan : Efesus 4:20-32
Seorang perempuan yang suka marah-marah berusaha membenarkan kebiasaannya, "Kalau amarah saya sudah bisa meledak, berarti persoalan selesai. Jadi daripada dipendam, lebih baik diluapkan saja. Betul, tidak?" Temannya pun menimpali, "Yah, tapi kemarahanmu itu seperti pistol. Hanya dengan satu ledakan, kerusakan yang terjadi bisa sangat fatal." Kemarahan memang emosi yang pelik. Ada orang yang gampang sekali meledak amarahnya, seperti perempuan di atas. Ada orang yang suka menyimpan kemarahannya; sehingga menjadi akar pahit. Namun, ada pula orang yang tak bisa marah. Ia cukup menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya depresi.
Apakah marah itu dosa? Alkitab tidak menyatakan bahwa kita tidak boleh marah. Hanya, kita perlu menghadapi kemarahan secara wajar. Ada saatnya kita juga perlu marah. Namun, Alkitab membatasi agar kita jangan memendam kemarahan hingga menjadi dendam (ayat 26). Kita mesti berjaga-jaga agar tak terjebak dalam amarah yang mengundang pengaruh Iblis (ayat 27).
Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, nasihat Paulus tentang amarah ini ditaruh dalam konteks pelatihan rohani untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (ayat 23,24). Dalam proses ini kita ditantang untuk secara lebih tenang dan dewasa mengenali hal-hal yang memang sepatutnya memicu kemarahan, menyadari bahaya amarah yang tak terkendali, serta menjauhi amarah yang mendatangkan dosa.
KEMARAHAN TIDAKLAH JAHAT. APA YANG KITA LAKUKAN DENGAN KEMARAHAN ITULAH YANG MEMBUAT PERBEDAAN
SABDA.org
EmoticonEmoticon