Peristiwa ini baru saja saya alami ketika saya mendapat tugas dari perusahaan saya. Saat itu saya diharapkan mengujungi beberapa Job Site di kota kecil di daerah Kalimantan yaitu Petangis, Bontang, dan Sangatta. Pada saat mendapat tugas tersebut kondisi kesehatan saya masih dalam pengawasan dokter.
Saya berangkat sendiri pada tanggal 16 Oktober 2001 dari Jakarta ke Balikpapan. Kota yang saya kunjungi pertama adalah Petangis. Tetapi sebelum menuju kota tersebut saya transit di Balikpapan, dan pada keesokan harinya tanggal 17 Oktober 2001 saya berangkat dari Balikpapan menuju Petangis pada pukul 09.00 WIT. Dari Balikpapan ke Petangis saya harus tetapi terlebih dahulu menyeberang menggunakam speed boad kemudian mencarter taxi ke tempat tujuan. Saya tiba di Petangis pada pukul 15.30 WIT. Di Petangis saya bertemu dengan teman satu team yang terlebih dahulu tiba di lokasi kerja.
Sesampai di lokasi kerja, saya merasakan kondisi kesehatan saya menurun. Saya menyampaikan kepada teman kerja saya, bahwa kemungkinan saya tidak akan melanjutkan perjalanan ke Bontang dan Petangis. Pada hari Minggu tanggal 21 Oktober 2001 kami merencanakan akan berangkat ke Balikpapan, karena sebelum menuju Bontang kami harus melalui Balikpapan terlebih dahulu. Ya Tuhan, hari Minggu (Sabat), saya harus ikut Kebaktian, kata hati saya. Saya mohon kepada Tuhan agar sesampai di Balikpapan saya dapat ikut kebaktian sore.
Hari Minggu tanggal 21 Oktober 2001 kami berangkat pukul 09.00 WIT. Saya masih merasa kondisi badan saya kurang sehat. Kami tiba di Balikpapan pukul 13.00. WIT (lebih cepat dari perkiraan saya). Sesampai di Balikpapan kami terlebih dahulu makan siang bersama rekan-rekan. Sehabis makan siang, kami semua dianjurkan untuk beristirahat dan kembalilah kami ke kamar hotel masing-masing untuk beristirahat. Pada saat akan istirahat, saya tidak dapat tidur, dan saya teringat bahwa saya sudah bertekad untuk mengikuti kebaktian sore di kota ini.
Terus terang bahwa saya tidak terlalu menguasai kota Balikpapan, sehingga saya tidak tahu dimana letak gereja, apalagi gereja yang mengadakan kebaktian sore. Akhirnya saya mencoba untuk membuka peta lokasi hotel dan saya lihat ada beberapa gereja. Tetapi apakah gereja tersebut mengadakan kebaktian sore? Kemudian saya lihat di buku telepon nomor telepon tempat ibadah. Saya cari dan saya telepon satu persatu. Ketemu. Kebetulan ada yang mengangkat telepon. Saya menanyakan dengan siapa saya berbicara. Ternyata istri pendeta. Kemudian saya menanyakan gereja mana yang mengadakan kebaktian sore. Ibu tersebut memberitahukan sebuah gereja, yaitu gereja GPIB Gunung Malang Balikpapan. Ya Tuhan, saya tidak tahu lokasi tersebut.
Kemudian saya keluar dari kamar hotel, dan kebetulan ada seorang petugas kebersihan hotel yang sedang membersihkan kamar hotel. Lalu saya bertanya kepada Bapak itu. "Pak, apakah Bapak tahu alamat ini?"
"O tahu Pak", jawabnya.
"Saya harus naik apa menuju kesana?", saya bertanya lagi.
"O saya saja yang mengantarkan Bapak", jawabnya lagi.
"Bapak kan masih kerja." kata saya.
"Sebentar lagi saya akan pulang, Pak", jawabnya.
"Ok ... kalau begitu, jam berapa?", tanya saya lagi.
"Jam empat", jawabnya.
"Wah ... tepat sekali. Kalau begitu saya tunggu ya, Pak."
"Bapak tunggu saja di kamar, nanti saya panggil kalau saya akan pulang," jawabnya lagi.
Sambil melangkah ke kamar, saya mengucap syukur kepada Tuhan dalam hati. "Ya Tuhan terima kasih, Engkau memberi jalan kepada hamba-Mu ini".
Malam harinya, setelah makan malam bersama rekan-rekan, kami beristirahat karena esok harinya kami akan melanjutkan perjalanan ke Bontang. Tetapi saya mengatakan kepada rekan saya bahwa jika kondisi kesehatan saya tidak memungkinkan, saya tidak ikut ke Bontang, tetapi saya pulang ke Jakarta / Bandung untuk pemeriksaan kesehatan saya.
Sesampai di kamar, saya mencoba beristirahat dan berdoa terlebih dahulu. Saya mencoba merebahkan diri, tetapi saya tidak bisa tidur. Saya rasakan kondisi kesehatan saya kok semakin memburuk, dan jantung saya berdetak kencang. Saya coba menenangkan pikiran, tetapi tidak bisa juga. Ya Tuhan kenapa jadi begini?
Saya buka Alkitab dan membacanya satu persatu. Salah satu ayat yang membuat saya sangat takjub adalah Markus 5:28-29. "Sebab katanya: Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh. Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya."
"Ya Tuhan Yesus, ibu itu hanya memegang jubah-Mu saja sudah sembuh. Kumohon Tuhan, malam ini sembuhkanlah sakit hamba-Mu ini hanya dengan membaca firman-Mu."
Dalam nama Tuhan Yesus saya memohon Tuhan. Lalu saya berdoa dan bernyanyi nyanyian pujian kepada Tuhan. Tiba-tiba timbullah kepercayaan bahwa malam ini saya tidak sendiri dan saya percaya Tuhan Yesus menyembuhkan saya. Saya rasakan hati saya mulai tenang untuk beristirahat. Kemudian saya berdoa, saya serahkan semua rencana hidup saya kepada-Nya. Saya melakukannya sendiri di dalam kamar hotel tersebut. Setelah itu saya beristirahat tanpa beban. Dan saya merasa sangat nyaman sewaktu istirahat.
Keesokan harinya tubuh saya terasa segar dan sehat. Kami check-out dari hotel dan saat itu saya merasa mampu meneruskan perjalanan ke Bontang dan Sangatta sampai pekerjaan saya selesai.
Dan pada tanggal 31 Oktober 2001, saya dan rekan-rekan lainnya pulang ke rumah masing-masing untuk mengambil cuti lapangan. Keesokan harinya saya melakukan check-up kesehatan. Dan puji Tuhan, ternyata kondisi kesehatan saya baik sehingga dokter tidak memberikan obat sama sekali. Hanya saya dinasehati agar berolah raga dan menjaga makanan sehari-hari. Saat ini saya menjalani terapi kesembuhan tanpa obat. Puji Tuhan. Amin.
EmoticonEmoticon