Ketika itu saya masih lajang. Satu hari saya menghadapi pergumulan berat dalam pelayanan dan membutuhkan teman untuk menolong saya. Jadi saya berdoa, "Tuhan, tolong kirimkan seorang hamba Tuhan yang bisa menolong saya." Belum tuntas saya berdoa, terdengar ketukan di pintu. Begitu saya membuka pintu, ternyata yang mengetuk pintu adalah seorang hamba Tuhan yang saya kenal. Puji Tuhan. Namun, belum saya persilakan masuk, ia sudah melontarkan keluhan, "Saya punya masalah. Apakah kamu bisa menolong saya?" Saya mengajaknya masuk dan mengatakan bahwa saya juga sedang menghadapi masalah. Kami pun bersepakat untuk saling menolong karena masalahnya berbeda. Lucu sekali. Kami konseling secara bergantian, dan merasa lega. Ternyata kami bisa saling menolong, masalah kami teratasi, dan sejak itu kami menjadi sahabat karib.
Secara implisit, ayat emas kita hari ini (Galatia 6:2) menunjukkan bahwa kita semua memiliki masalah; entah dalam keluarga, keuangan, pekerjaan, atau pelayanan. Jangan malu dan segan untuk berbagi dengan saudara seiman yang dapat dipercaya; dengan demikian beban menjadi ringan bila sama-sama dijinjing. Itulah tradisi baik yang sering dilakukan jemaat mula-mula, yaitu jemaat di Makedonia dan Yerusalem (2Korintus 8:1-24). Meskipun mereka miskin, menderita, dan menghadapi berbagai cobaan, mereka tetap saling menolong, bahkan mendesak untuk mengambil bagian dalam pelayanan (2Korintus 8:4).
EmoticonEmoticon