Pada jam 9:45 pagi, 11 September, Todd Beamer, 32 tahun, ayah dua anak berumur 3 dan 1 tahun, menelepon dari pesawat. Pada akhir percakapannya, sebelum ia tewas, ia sempat mengutip Mazmur 23. Operator GTE yang berada diujung telepon mendengarnya memimpin sesama penumpang berusaha menggagalkan rencana pembajak pesawat yang ditumpanginya. Hubungan telepon itu terputus ketika pesawat itu jatuh di Pennsylvania.
Waktu itu, dunia baru saja tahu bahwa tiga pesawat komersial telah dibajak dan diterbangkan ke World Trade Center dan Pentagon. Pada saat banyak umat Kristiani didarat berdoa agar tidak ada lagi serangan seperti itu, Beamer juga sibuk berdoa. Ia kemudian melibatkan diri dalam suatu aksi yang membuat doa yang dipanjatkan dari seluruh Amerika itu menjadi kenyataan, setidaknya sebagian. Memang tak ada lagi lambang keadidayaan Amerika diserang pagi itu, tetapi penerbangan United 93 jatuh di tanah kosong dekat Pittsburg dan Amerika kehilangan beberapa pahlawannya.
Beamer, yang lulusan Wheaton College, adalah manajer akunting pada perusahaan software raksasa Oracle di Hightstown, New Jersey. Pada akhir minggu ia mengajar di Sekolah Minggu. Saat itu Beamer, sedang terbang dari Newark ke Los Angeles. Pada saat pembajak mengambil alih pesawat dan melukai pilot dan kopilot, Beamer digusur ke arah belakang pesawat bersama sembilan penumpang lainnya dan lima awak kabin. 27 penumpang lainnya digiring ke kabin kelas satu di bagian depan pesawat. Pembajak yang mengawal di bagian
belakang pesawat tampaknya membawa sebuah bom yang diikatkannya ke pinggang.
Sedikitnya ada tiga penumpang lainnya yang berusaha melakukan hubungan telepon di belakang pesawat, tetapi ketika Beamer mencoba menghubungi isterinya yang telah dinikahinya tujuh tahun dengan telepon di pesawat, kartu kreditnya macet dan panggilan telepon itu tertangkap oleh operator GTE Lisa D. Jefferson. Kedua orang yang belum saling mengenal itu melakukan percakapan telepon selama 13 menit sebelum hubungan itu terputus. Beamer tahu dari Jefferson tentang pembajakan pesawat lainnya yang terjadi pagi itu dan mereka curiga bahwa penerbangan 93 itu juga akan digunakan untuk membunuh banyak orang di darat. Beamer berusaha memberikan informasi sebanyak mungkin tentang pembajak yang saat itu menguasai pesawatnya. Beamer meminta agar Jefferson menyampaikan pesannya pada isterinya yang ia cintai, yang saat itu sedang mengandung anaknya yang ketiga.
Pada hari Jum'at 14 September, Jefferson memperoleh izin FBI untuk menghubungi isteri Beamer, Lisa, untuk menyampaikan kisah kepahlawanan suaminya. Lisa Beamer - yang juga lulusan Wheaton College - dalam wawancara dengan Joann Loviglio dari Associated Press memberikan komentar, "Orang-orang bertanya apakah saya kecewa bahwa saya tidak sempat berbicara dengan suami saya, tetapi saya senang bahwa ia berbicara dengan Jefferson. Saat itu tentunya saya sedang tak berdaya. Pada akhirnya toh saya tahu kata-kata terakhirnya. "Lisa Beamer memperoleh kehormatan pada pidato Presiden Bush pada tanggal 20 September yang menyebut Todd Beamer - sebagai suami yang "luar biasa" dan Lisa memperoleh tepuk tangan panjang sambil berdiri.
Sebelum Todd Beamer dan beberapa penumpang lainnya menyerbu para teroris yang mengawalnya, ia meminta Jefferson berdoa bersama dia di telepon dan mereka membaca Mazmur 23 bersama, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4)
Tampaknya para penumpang di belakang pesawat telah berunding dan memutuskan untuk menggagalkan rencana pembajak pesawat itu. Apa yang terjadi setelah itu tak ada yang tahu, tetapi kata-kata terakhir Beamer yang didengar oleh Jefferson adalah,"Anda siap kawan?' dan "Ayo mulai."
Pada tanggal 11 September, 19 teroris mengira mereka telah mengorbankan diri demi suatu tujuan yang besar, namun hasilnya adalah tewasnya ribuan orang tak berdosa. Todd Beamer, di pihak lain, telah mengikuti teladan yang diberikan oleh Bapanya di sorga - ia mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan hidup banyak orang lainnya. ".Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya." (Mazmur 23:3)
By Candice McGarvey
Waktu itu, dunia baru saja tahu bahwa tiga pesawat komersial telah dibajak dan diterbangkan ke World Trade Center dan Pentagon. Pada saat banyak umat Kristiani didarat berdoa agar tidak ada lagi serangan seperti itu, Beamer juga sibuk berdoa. Ia kemudian melibatkan diri dalam suatu aksi yang membuat doa yang dipanjatkan dari seluruh Amerika itu menjadi kenyataan, setidaknya sebagian. Memang tak ada lagi lambang keadidayaan Amerika diserang pagi itu, tetapi penerbangan United 93 jatuh di tanah kosong dekat Pittsburg dan Amerika kehilangan beberapa pahlawannya.
Beamer, yang lulusan Wheaton College, adalah manajer akunting pada perusahaan software raksasa Oracle di Hightstown, New Jersey. Pada akhir minggu ia mengajar di Sekolah Minggu. Saat itu Beamer, sedang terbang dari Newark ke Los Angeles. Pada saat pembajak mengambil alih pesawat dan melukai pilot dan kopilot, Beamer digusur ke arah belakang pesawat bersama sembilan penumpang lainnya dan lima awak kabin. 27 penumpang lainnya digiring ke kabin kelas satu di bagian depan pesawat. Pembajak yang mengawal di bagian
belakang pesawat tampaknya membawa sebuah bom yang diikatkannya ke pinggang.
Sedikitnya ada tiga penumpang lainnya yang berusaha melakukan hubungan telepon di belakang pesawat, tetapi ketika Beamer mencoba menghubungi isterinya yang telah dinikahinya tujuh tahun dengan telepon di pesawat, kartu kreditnya macet dan panggilan telepon itu tertangkap oleh operator GTE Lisa D. Jefferson. Kedua orang yang belum saling mengenal itu melakukan percakapan telepon selama 13 menit sebelum hubungan itu terputus. Beamer tahu dari Jefferson tentang pembajakan pesawat lainnya yang terjadi pagi itu dan mereka curiga bahwa penerbangan 93 itu juga akan digunakan untuk membunuh banyak orang di darat. Beamer berusaha memberikan informasi sebanyak mungkin tentang pembajak yang saat itu menguasai pesawatnya. Beamer meminta agar Jefferson menyampaikan pesannya pada isterinya yang ia cintai, yang saat itu sedang mengandung anaknya yang ketiga.
Pada hari Jum'at 14 September, Jefferson memperoleh izin FBI untuk menghubungi isteri Beamer, Lisa, untuk menyampaikan kisah kepahlawanan suaminya. Lisa Beamer - yang juga lulusan Wheaton College - dalam wawancara dengan Joann Loviglio dari Associated Press memberikan komentar, "Orang-orang bertanya apakah saya kecewa bahwa saya tidak sempat berbicara dengan suami saya, tetapi saya senang bahwa ia berbicara dengan Jefferson. Saat itu tentunya saya sedang tak berdaya. Pada akhirnya toh saya tahu kata-kata terakhirnya. "Lisa Beamer memperoleh kehormatan pada pidato Presiden Bush pada tanggal 20 September yang menyebut Todd Beamer - sebagai suami yang "luar biasa" dan Lisa memperoleh tepuk tangan panjang sambil berdiri.
Sebelum Todd Beamer dan beberapa penumpang lainnya menyerbu para teroris yang mengawalnya, ia meminta Jefferson berdoa bersama dia di telepon dan mereka membaca Mazmur 23 bersama, "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4)
Tampaknya para penumpang di belakang pesawat telah berunding dan memutuskan untuk menggagalkan rencana pembajak pesawat itu. Apa yang terjadi setelah itu tak ada yang tahu, tetapi kata-kata terakhir Beamer yang didengar oleh Jefferson adalah,"Anda siap kawan?' dan "Ayo mulai."
Pada tanggal 11 September, 19 teroris mengira mereka telah mengorbankan diri demi suatu tujuan yang besar, namun hasilnya adalah tewasnya ribuan orang tak berdosa. Todd Beamer, di pihak lain, telah mengikuti teladan yang diberikan oleh Bapanya di sorga - ia mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan hidup banyak orang lainnya. ".Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya." (Mazmur 23:3)
By Candice McGarvey
EmoticonEmoticon