Mantan CO

Entah siapa yg membuat istilah CO ini, namun sangat populer bagi laki-laki yang biasa keluyuran malam ketempat remang2, didalam kamus bahasa Indonesia pun tidak ada istilah CO, yang ada adalah pramuria, pelayan ditempat remang2, mungkin CO hanyalah bahasa plesetan yg keren dari kata 'Cewek Orderan'.

Tentu saja bagi orang awam, istilah order-orderan punya konotasi jelek dan mesum, masa wanita di order segala? Namun bagi laki2 yg suka ke Night Club, karaoke dan beberapa tempat yg mesum lainnya, mungkin istilah CO sudah tidak asing lagi tentunya.

Sebut saja namanya Elisa (bukan nama asli) wanita hitam manis, cukup cantik, body yg aduhai, usia baru 20 tahun lebih sedikit, namun kata orang2 yang sering ditemaninya, dia wanita yang pintar mengambil hati para tamu2 yang sering membookingnya. Dia menjadi salah satu primadona di sebuah Karaoke yg pertama dan terbesar di Denpasar. Sudah 2-3 tahun dia hidup dari predikat CO.

Saat 3 tahun yg lalu saya bersama rekan seiman bertemu dengan Elisa dalam pelayanan, dia bercerita dengan terbuka dan berani sekali! Saya lahir dari keluarga yang susah, di daerah pinggiran kota Solo, dengan kakak dan adik yang banyak sekali, ayah & Ibunya setengah mati menghidupi keluarga besar ini. Elisa sudah sejak SMP mengenal Yesus, bahkan dia selalu mengaku sebagai orang Kristen setiap kali orang bertanya kepadanya.

Sejak SMA dulu, saya memang adalah anak yang suka memberontak, bandel di sekolah dan suka bolos, suka juga merokok, selalu bercita-cita ingin jadi orang kaya, dan tidak sanggup hidup dihimpit oleh kemiskinan, selalu ingin memburu uang, saya bosan hidup dengan kemiskinan!

Didalam perjalanan hidupnya setamat SMA, dia bersama teman sekelasnya yang sama juga punya visi seperti dia, meninggalkan kota kelahirannya. Dan coba mengadu nasib di pulau Bali, tanpa bekal yang cukup, hanya modal tampang aja katanya. Beberapa minggu pertama saya coba melamar dibeberapa perusahaan swasta, saya coba mencari pekerjaan yang baik, namun selalu gagal saat di test. Sesekali saya masih juga suka ke gereja (dia sebutkan beberapa gereja lokal dan semua gembalanya dia tahu, berarti dia tidak berbohong!)

Beberapa minggu lewat, uang mulai menipis sedangkan saya harus bertahan hidup dan tidak mungkin pulang kampung lagi, akhirnya dengan terpaksa saya melamar di sebuah Karaoke yang terbesar di Denpasar sebagai Hostess katanya, sekarang lebih sering disebut CO. Walaupun dalam batin saya menolak untuk profesi ini, namun perut yang menuntut makan membuat saya harus menerima semua keadaan ini dengan amat terpaksa. (Elisa menangis saat cerita sampai disini)

Dan sejak itu saya mulai menjauh dari Tuhan, karena malu saya telah melakukan hal-hal yang tercela dimata Tuhan. Hari demi hari dilalui dengan gegap gempita hiburan malam, mulailah Elisa terbiasa dengan narkoba seperti : Ganja, Exctasy, Shabu2 dan minuman keras segala macam merk, Elisa mulai terbiasa hidup bergelimpangan uang yang penuh dengan dosa, Elisa tidak segan2 melakukan apa saja demi uang, semuanya demi uang!

Hampir setiap malam Elisa mengkonsumsi narkoba yang diberikan dari para tamu-tamu yang membookingnya, dan dia mulai ketagihan narkoba walaupun bukan kelas berat. Sebulan penghasilannya rata-rata bisa lebih dari 3 juta rupiah hasil dari uang tips, gaji dari Karaoke plus uang extra bookingan. Namun setiap bulan uangnya habis untuk membantu keluarga, bahkan belakangan kakak dan beberapa adiknya mulai pindah pula ke Bali numpang hidup, padahal Elisa hanya sewa dua kamar kost yang kecil, namun Elisa memang seorang yang suka menolong keluarganya.

Bertahun-tahun dia lewati kehidupan semu ini, dia masih mengucapkan syukur katanya walaupun uang penghasilan saya cukup banyak, sampai hari ini saya belum pernah membeli narkoba, cukup minta dari tamu2 saja katanya. (Saya katakan itu adalah tahap awal, pada saatnya nanti anda akan membeli sendiri, Elisa hanya tertunduk diam sambil merenungi)

Kali berikutnya saya berjumpa lagi, saya mulai menantang Elisa. Kalau kamu kenal Tuhan Yesus, kenapa tidak berani melepaskan pekerjaan ini dan mulai dgn hidup baru yg lebih baik bersama Tuhan? Elisa menjawab : "Belum ada kerjaan yg baik dan cocok buat saya, namun saya sedang berusaha untuk merintis buka depot makan 'Nasi Gudek' yang akan dikelola oleh kedua kakak wanita dan seorang adik laki2 yang ikut saya, tempatnya di emperan toko dan hanya jualan pada malam hari.

Pada kali ketiga saya bertemu lagi selang beberapa minggu, Elisa mulai berseri-seri saat mulai cerita. Depot makan sudah kami buka secara sederhana katanya, dan saya ikut bantuin jualan juga kepada CO ditempat saya bekerja, lumayan lho katanya! Saat itu saya mulai merasakan, Tuhan sedang membuka jalan bagi Elisa dan ini tandanya Tuhan berkenan, sebelum pergi saya sempat sampaikan kisah seorang perempuan yang berzinah di kitab Yohanes 8:1-11 secara singkat.

Sebelum pergi saya katakan kepada Elisa dengan serius, Tuhan akan mengubahkan hidupmu bahkan juga keluargamu, lepaskan semua pekerjaanmu yang lama dan jangan lakukan lagi, Tuhan memberkati. Apa yg sudah saya sampaikan adalah kutipan di Kitab Yohanes 11 ayat yg terakhir.

Beberapa hari kemudian saya sempatkan mencari depot Nasi Gudek Elisa. Di sebuah emperan toko pelataran parkir, tampak ada sebuah meja kecil seukuran 100 cm X 70 cm, dengan tiga baskom kecil yang sederhana, piring2 gelas2 dan beberapa kursi plastik dengan tenda sederhana yang menumpang sebelah depotnya yg jualan ayam goreng, disitulah depot Nasi Gudek dibuka.

Depot makan ini tampaknya tidak mengundang selera, sangat sederhana, namun saat saya coba makan menu yg tersedia disana, Nasi Gudek.........ternyata rasanya enak, saya berdoa dlm hati : "Tuhan berkatilah depot ini, supaya Elisa bisa menunjang ekonomi keluarganya, berilah kesempatan untuk Elisa merubah jalan hidupnya, kalau saja Elisa berubah, saya yakin Ia akan menjadi saksi-Mu yg hidup dan pasti kelak akan memberkati banyak orang, khususnya mereka para wanita malam."

Saat itu yang makan di Depot hanya beberapa orang saja, tampak ada 2 orang wanita dan seorang laki-laki, pasti itu adalah Kakak wanita dan adiknya Elisa. Mereka sepertinya juga sedih dengan hasil usaha ini, karena sepi dan tidak begitu banyak orang datang untuk makan. Sekali lagi saya berdoa dalam hati : "Tuhan tolong mereka, berikan mereka roh sukacita, sehingga mereka tetap tegar dalam merintis usaha yang di support oleh adiknya Elisa, yang harus dengan susah payah mencari uang di kehidupan malam, berkati depot Nasi Gudek ini, Tuhan."

Hari-hari mulai berlalu dengan cepat, hingga suatu hari setelah lewat 6 bulan, saat itu sekitar awal tahun 2000. Saya bersama beberapa orang teman pas mampir untuk makan disana karena ada rekan yang ingin makan gudek malam2, langsung teringat dengan Lesehan Gudek Elisa tentunya! Saat itu sekitar pk 22.00 dan apa yang saya lihat disekitar depot Gudek ini, sungguh membuat saya terkejut dan penasaran!

Begitu banyak mobil2 parkir disekitar depot Gudek, sepeda motor juga banyak, bahkan para pembeli masih ngantri dengan sabar, semua Lesehan dibawah penuh
oleh orang makan, 2 buah meja panjang juga penuh terisi oleh orang makan, dan masih banyak orang ngantri yang mau makan disana, langsung saya teringat Elisa pasti dia sudah bertobat dan tidak lagi melakukan pekerjaannya yang lama, saya yakin Firman Tuhan pasti akan digenapi!

Beberapa bulan kemudian saya mampir makan Gudek kembali, saat itu memang Gudek sudah hampir habis, dan saya coba bertanya kepada kedua Kakak Elisa yang tidak saya kenal : "Apakah Mbak adalah Kakaknya Elisa? Kedua wanita itu terheran-heran ada pembeli Gudek yang kenal adiknya yang kerja di Karaoke? Kakaknya mengatakan kalau Elisa sudah menikah dua tahun yang lalu dan sudah mempunyai seorang baby, Ia jarang datang kesini, hanya kami yang membantu depot ini, lalu mereka bertanya kepada saya serius : "Bapak siapa yah?".

Dengan tegas saya katakan, saya pelayan Tuhan yang dulu beberapa kali bertemu Elisa saat dia mau buka depot Gudek ini! Mereka tampaknya senang saat saya bilang pelayan Tuhan, mungkin Elisa pernah cerita kepada Kakak2 nya ini.

Tuhan sangat mengasihi setiap orang, Tuhan tidak pernah melihat latar belakang siapa pun yang mau menerima Dia sebagai juru selamat satu2nya, Tuhan sanggup mengubahkannya! Saya yakin Elisa sudah hidup dijalan terang, sekarang pasti dia hidup damai bersama suami & anaknya. "Sekalipun dosamu merah seperti kermisi, akan menjadi putih seperti salju". (Yes 1:18).

Kalau rekan2 seiman sempat berada di Denpasar, disekitar jalan Imam Bonjol, kalau saat malam hari mau mencoba 'Nasi Gudek' mantan CO yg bertobat dari seorang wanita yang berjuang untuk orang tua, Kakak2 & Adik2nya, silahkan dan buktikan sendiri bagaimana Tuhan mengubahkan kehidupan Elisa, yang gelap kini menjadi terang dan hidup penuh dengan berkat Tuhan, terpujilah nama-Mu, Yesus Kristus, Haleluya...........

Tuhan Memberkati,
Tommy Rivan Badai
Previous
Next Post »