Berkat Untuk Bernard

Saya terkesan dengan cerita kesaksian seorang teman. Ceritanya begini.....

"Si Bernard adalah anak sulung dari sebuah keluarga halak hita (Batak). Dia bekerja di sebuah perusahaan yang maju pesat, dan karirnya pun sangat baik. Setiap bulan dia selalu mengirimkan uang buat orangtuanya, dan ini dilakukan secara teratur dan rutin. Jumlahnya selalu disesuaikan
dengan besarnya gaji yang diterima. Kalau dia mendapat insentif, bonus dsb, tokoh kita ini akan mengirimkan jumlah yang lebih besar. Dan setiap bulan dia selalu meminta agar orangtuanya berdoa untuk dia, agar dia selalu dalam pemeliharaan Tuhan.

Hingga pada saat Indonesia diterpa krisis ekonomi 5 tahun lalu, perusahaan tempatnya bekerja mulai kelimpungan dan akhirnya harus ditutup. Bernard harus pensiun dini/PHK. Sebagai ai anak yang kompensasi, dia menerima uang pesangon cukup besar, jauh lebih besar dari yang diterima rutin setiap bulannya. Dan pada kondisi begini pun dia tidak lupa mengirimkan sebagian kepada orangtuanya, dan jumlahnya jauh lebih besar dari yang dikirimkannya setiap bulan. Dan dia juga menitipkan pesan seperti ini, "Amang, inang!! Loas ma rohamuna manjalo kiriman on. Unang lupa hamu manangianghon ahu, ai nunga memble ahu nuaeng." (Ayah, Ibu, Semoga hati kalian rela menerima kiriman ini. Jangan lupa mendoakan aku, karena saya sekarang sudah MEMBLE)

Orangtua si Bernard sangat senang mendapat kiriman yang sedemikian banyak. Dalam bayangan mereka, anaknya mendapat posisi yang lebih bagus dan gaji yang berlipat ganda. Tuhan mendengarkan doa mereka. Ini harus disyukuri. Dan mereka pun mengundang para tetangga dan sisolhot (kerabat) dan mengadakan partangiangan (doa) ucapan syukur. Sintua (majelis) juga diundang.

Dalam acara partangiangan tersebut, ortu si Bernard mengungkapkan "tema besar" acara partangiangan tersebut. Temanya adalah "Mandok mauliate tu Tuhan-ta, ala naung memble do anakhon nami si Bernard. Jala asa tatangiangkon ibana, asa lam tu memble na tu joloan on". ("Mengucap syukur kepada Tuhan kita, karena anak kami si Bernard sudah memble. Doakanlah dia, agar semakin memble di masa yang akan datang")

Dan demikanlah acara partangiangan tersebut berlangsung, mengikuti tema besar yang ditentukan tuan rumah. Mereka berdoa dengan khusuk, terlebih orangtuanya, mengucap syukur atas si Bernard yang sudah memble saat ini. Dan agar Tuhan memberi berkat yang berkelimpahan, dan karunia agar si Bernard semakin memble.


Demikian singkat cerita, si Bernard dapat penawaran bekerja pada posisi yang lebih baik di salah satu perusahaan besar asing yang tidak terkena dampak krisis. Dan dia dibayar jauh lebih besar dari yang diterimanya diperusahaan yang sebelumnya. Dia mengucap syukur dan berdoa sepenuh hati, atas berkat kasih Tuhan. Dan dengan hati berbunga-bunga dia pergi ke kantor pos, mengambil pos wesel dan menuliskan pesannya di sana "Amang, inang!! Mauliate ma ditangiang muna. Mauliate di Tuhan-ta, ai dibege do tangiangta. Horas. Sian anakhon muna: Bernard". (Ayah, Ibu!! terima kasih atas doanya. Terima kasih kepada Tuhan karena sudah didengarNya doa kita. Salam. Dari anakmu: Bernard".) Dan dia menuliskan angka setengah dari gajinya untuk dikirimkan.

Wesel pos tiba di huta (kampung), di alamat orangtua Bernard. Orangtuanya sangat-sangat senang. Lebih senang lagi, setelah membaca pesan si Bernard, dan angka kiriman di wesel. "Mauliate ma Tuhan, dibege Ho do tangiang nami. Dilehon Ho do pasu-pasu tu anak nami si Bernard. Nunga lam memble be ibana." (Terima kasih Tuhan, karena Engkau mendengar doa kami. Diberikan olehMu berkat kepada anak kami si Bernard. Sudah semakin memble dia.)

Dan tiba pada akhir tahun, Bernard pulang kampung menemui orangtuanya. Setelah melepas rindu, bongkar-bongkar oleh-oleh untuk semua, ibunya bertanya." Cerita ma jolo ho anaha, aha ma karejo dohot pangkatmu nuaeng amang, ai tung balga kirimanmu tu hami. Tung apala las do rohanami, jala dibege Tuhan do tangiang nami, asa lam tu memble-na ho dipasu-pasu Tuhan". (Ceritakanlah anakku, apakah kerja dan pangkatmu sekarang nak, karena kirimanmu kepada ayah ibu sungguh besar. Kami sangat bahagia, Tuhan telah mendengar doa kami, bahwa kamu semakin memble dan diberkati Tuhan). Si Bernard mula-mula terdiam, agak kaget, setengah tidak mengerti. Kok orangtua saya mendoakan saya agar semakin memble????

Setelah diingat-ingat, dia tidak dapat menahan senyumnya. Dan sambil tertawa kecil dia menceritakan tempat bekerjanya sekarang jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Dia tidak mengungkapkan mengenai hal PHK dan pesangon yang dia terima. Dan tidak lupa dia mengucapkan terimakasih atas doa orangtuanya.

Dan dalam kesendiriannya, dia merenungkan semua kejadian itu, seperti Maria merenungkan semua percakapan yang didengarnya pada waktu kelahiran Yesus. Orangtuanya mendoakan dia agar semakin memble, pada saat dia memle betulan setelah di PHK. Sementara dia berdoa agar Tuhan menunjukkan kasihnya berupa tempat pekerjaan baru baginya. Dan dia mendapat tempat kerja dan posisi yang lebih bagus, dan dia tidak memble lagi. Setelah sekian lama merenung, dia mengerti bahwa Tuhan bekerja dengan caranya sendiri. Tuhan lebih mendengar doa yang keluar dengan bahasa iman, lebih dari bahasa mulut.

Dan dia bangkit dari tempat duduknya, melipat tangan dan berdoa atas berkat Tuhan yang berkelimpahan, dan atas orangtua yang selalu berdoa untuknya."

Catatan penulis : Kisah ini adalah kisah sebenarnya, yang diceritakan oleh namborunya (tantenya) boru Simatupang. Nama disamarkan.

God bless you all...

Previous
Next Post »