Penyambukan

Di suatu sekolah terdapat sebuah kelas yang tidak pernah dapat dikendalikan oleh guru siapapun. Pada tahun ajaran ini dua sampai tiga guru keluar dari sekolah karena tak sanggup mengendalikan murid-murid yang tak mengenal disiplin itu. Seorang pemuda yang baru saja menyelesaikan studinya di perguruan tinggi mendengar tentang kelas itu dan kemudian melamar pekerjaan di sekolah yang bersangkutan.

Kepala sekolah bertanya kepada pemuda itu, ”Apakah Anda sadar akan tugas Anda? Tidak ada seorang gurupun yang dapat menangani kelas itu. Anda melamar pekerjaan itu untuk menjadi bulan-bulanan anak-anak?”

Setelah beberapa saat berdoa di dalam keheningan, pemuda itu menatap wajah kepala sekolah dan berkata, ”Pak, dengan ijin Bapak, aku menerima pekerjaan dan tantangan ini. Berilah aku waktu untuk percobaan.”

Esok harinya, pemuda itu berdiri di depan kelas tersebut. Ia mengatakan kepada murid-muridnya, ”Anak-anak sekalian. Aku datang hari ini untuk memimpin kelas ini. Namun aku sadar, bahwa aku membutuhkan bantuanmu.”

Seorang anak yang bertubuh besar, Tom, si Raksasa, berbisik kepada teman-temannya di belakang kelas, ”Aku tak memerlukan bantuan kalian. Aku dengan mudah dapat mengalahkan burung kecil itu seorang diri.”

Guru muda itu mengatakan kepada anak-anak di kelasnya, bila mereka berada di dalam kelas, merekapun harus mempunyai peraturan untuk dipatuhi. Namun, ia tambahkan, ia memerlukan para murid untuk membuat peraturannya sendiri dan ia nanti akan membuat daftar peraturannya di atas papan tulis.

Ini sesuatu yang berbeda, pikir murid-murid!

Seorang murid menyarankan, ”TIDAK MENCURI”

Lain lagi berseru, ”HENDAKNYA KITA MASUK KELAS TEPAT PADA WAKTUNYA”

Tidak lama kemudian mereka memiliki 10 peraturan di papan tulis. Kemudian guru muda itu menanyakan, “Hukuman apakah harus diterapkan, bila peraturan itu dilanggar? Pasalnya, peraturan itu tak berguna tanpa penegakannya!“ katanya. Seorang murid menyarankan, bila peraturan itu dilanggar, mereka harus menerima 10 cambukan dengan sebatang cambuk di punggungnya dengan baju dilepas.

Gurunya mengira bahwa ini agak terlalu keras. Karenanya ia menanyakan murid-muridnya apakah mereka sanggup untuk menjalani hukuman itu. Mereka semua setuju. Segala sesuatu berjalan baik untuk dua hari lamanya. Kemudian si raksasa Tom datang sekolah dengan marah. Ia menyatakan, seseorang telah mencuri makan siangnya. Setelah berbicara dengan semua muridnya, mereka mendapatkan bahwa si Jimmy kecil telah mencuri makan siang si raksasa, Tom!Pasalnya, seorang murid melihat Jimmy memakan makanan siang milik Tom! Guru memanggil Jimmy di depan kelas. Jimmy kecil mengaku telah mengambil makanan siang si Tom besar.

Lalu guru itu bertanya kepadanya, ”Kamu tahu hukumannya?”

Jimmy kecil mengangguk. ”Kalau begitu, bukalah jaketmu,” kata guru.

Anak kecil itu datang dengan mengenakan jaket yang terlalu besar. Ia mengatakan kepada guru, bahwa ia bersedia untuk dihukum, tetapi tolong jangan suruh membuka jaketnya.

Namun guru mengingatkan Jimmy kecil akan peraturan dan hukumannya dan mengatakan lagi untuk membuka jaketnya serta menerima hukumannya seperti seorang jantan. Anak yang malang itu mulai membuka jaket tuanya. Setelah ia melakukannya, guru melihat bahwa ia tidak memakai baju di balik jaketnya. Bahkan lebih parah lagi, ia mengamati sebuah tubuh yang lemah dan kurus kering tersembunyi di balik jaket tua itu. Pak guru bertanya, mengapa ia ke sekolah tidak mengenakan baju?

Jimmy kecil menjawab, ”Ayahku sudah meninggal dan ibuku amat miskin. Aku hanya memiliki sepotong baju saja dan hari ini ibuku menyucinya. Aku mengenakan jaket saudara tuaku untuk menghangatkan badan.”

Guru muda itu memandang punggung yang kurus kering dengan tulang-tulang punggungnya yang menonjol. Ia bertanya-tanya, bagaimana ia tega untuk mencambuk punggung yang lemah bahkan tanpa baju itu?

Namun, ia tahu bahwa ia harus menjalankan hukuman itu, karena jika tidak, murid-murid tak akan mau mematuhi peraturan kelasnya. Maka, kemudian ia berancang-ancang untuk mencambuk si Jimmy kecil.

Pada saat itulah, Tom, si raksasa berdiri dan maju kedepan. Ia bertanya, ”Apa ada peraturan yang melarang untuk saya menerima hukumannya sebagai ganti si Jimmy kecil?”

Sang guru berdiam sejenak dan kemudian setuju.

Dengan demikian, Tom, si raksasa membuka bajunya dan membungkuk menutupi punggung Jimmy. Dengan bimbang sang guru mulai mencambuk Tom di punggungnya yang lebar.

Entah karena apa, setelah lima cambukan, cambuk patah menjadi dua. Guru muda itu menenggelamkan wajahnya di dalam kedua tangannya dan menangis. Ia mendengar suara ribut dan mendapati seluruh kelas ikut menangis. Jimmy kecil berbalik kepada Tom dan merangkulnya serta memohon maaf untuk perbuatan mencuri makan siangnya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa ia akan selalu mencintai si Tom, raksasa bahkan ia bersedia untuk dicambuk sebagai gantinya.

Yesus Kristus telah menerima cambukan sebagai ganti kita serta mengucurkan DarahNya yang amat berharga di atas kayu salib, supaya Anda dan saya memperoleh kehidupan yang kekal di dalam kemuliaan-Nya dengan Dia.

Sebenarnya kita sungguh tidak layak untuk sebuah harga yang telah dibayarkan guna menebus kita. Namun semua itu terjadi karena KasihNya yang tak ada taranya terhadap kita.

Previous
Next Post »