Kisah Penuh Kesedihan

Hari itu sebuah mal penuh sesak dengan pengunjung. Tiada seorangpun yang memperhatikan ketika seorang anak kecil itu merangkak di atas lantai. Kelihatannya ia sehat-sehat saja dan tidak menunjukkan bahwa ia takut kepada sekelilingnya. Anak kecil itu kadang-kadang berhenti sejenak untuk beristirahat.

Ia seorang anak perempuan berumur kira-kira 8 sampai 9 tahun. Wajahnya lucu dan aku pun bertanya-tanya apakah aku seharusnya berhenti dan menanyakan apakah ia membutuhkan bantuanku. “Mungkinkah ibunya meninggalkannya seorang diri?” pikirku seraya bergegas untuk pulang.

Ketika aku meninggalkan mal itu, di dalam benakku, aku tak dapat melupakan anak kecil itu. Mungkinkah anak itu membutuhkan pertolonganku? Apakah aku bertindak seolah-olah aku buta?

Pikiran itu tetap menggangguku dan aku memutuskan untuk kembali ke mall itu supaya hatiku yang gelisah menjadi tenang kembali. Mal sudah mulai ditutup. Setelah aku mencari-cari, aku tidak menemukan gadis kecil itu.

Apakah imajinasikulah yang tak terkendalikan dengan berpikir bahwa aku kehilangan kesempatan untuk menolong seorang gadis kecil yang miskin dan tersesat itu?

Aku berusaha meredam hatiku yang gelisah dengan perkiraan bahwa gadis cilik itu pasti dalam keadaan baik-baik saja. Bila tidak, tentunya ia masih berada di mal itu. Dalam menghadapi hari-hari perayaan Paskah, aku menjadi emosional setiap tahun.

Setelah tidak menemukan gadis itu, aku kembali pulang. Sementara perkiraan cuaca memperkirakan akan datangnya badai dari Utara yang membawa kedinginan. Menjelang tengah malam stasiun cuaca mengumumkan bahwa cuacanya menjadi amat dingin dan salju turun dengan amat banyak. Sementara aku berada di tempat tidurku yang hangat.

Di pagi hari aku bangun dan mendapatkan cuaca amat dingin. Dengan cuaca yang tidak mendukung, aku tidak akan ke mana-mana, kecuali keluar sebentar untuk mengambil koran pagi. Dengan didampingi secangkir kopi yang hangat, aku mulai membaca kabar terakhir yang terjadi di kota kita yang kecil. Aku terkejut membaca di halaman pertama di bagian bawah sekali sebuah berita singkat yang berbunyi: “Seorang gadis kecil telah ditemukan meninggal di dalam mal!” Agaknya ia amat kedinginan sehingga tertidur untuk kemudian meninggal dunia karena kedinginan.

Aku tak dapat menyelesaikan membaca berita itu, karena aku menangis tersedu-sedu. Sementara aku dapat tidur nyenyak dan hangat di tempat tidur yang nyaman, seorang gadis kecil telah menjadi kaku kedinginan dalam tidurnya.

Setelah bertahun-tahun kemudian, kejadian itu tetap menghantuiku dalam impian-impianku. Apakah gadis yang ditemukan mati kedinginan itu sama dengan gadis yang pernah kutemui dalam mal itu? Aku tak dapat melupakan gadis itu, betapa aku telah berusaha. Dan kini, bila ada seseorang membutuhkan pertolonganku, aku tidak pernah menolak dan mengabaikannya.

Pelajaran yang kudapatkan dari kejadian ini adalah sesuatu yang menyedihkan namun nyata.

Ingatlah, kesempatan terakhir yang dimiliki seseorang yang membutuhkan pertolongan bisa jadi kamu. Janganlah menolak!

Previous
Next Post »