Apakah judul di atas terdengar “ekstrim”? Masa kita diwajibkan memberitakan Injil setiap hari. Waktu kita kan terbatas. Nggak tahu kalau kita sedang sibuk banyak kerjaan? Banyak pekerjaan rumah dan harus belajar. Dan mungkin kita dapat mempunyai seribu satu alasan untuk hal ini. Tetapi saya akan ceritakan suatu peristiwa.
Parmajit, seorang India yang taat dalam agamanya ‘sikh' dan ketaatannya pada agamanya tersebut dia tampakkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dia memakai sorban, memelihara rambut dan jenggot yang panjang (karena menurut aturan agama mereka, rambut di seluruh tubuh manusia ini nggak boleh dipotong atau dicukur).
Orangnya pendiam, dan dari wajahnya menujukkan kekerasan hatinya. Pekerjaannya sebagai sopir truk tidak membuat orang lain memandang rendahnya padanya, karena dia suka menolong yang lain. Memang Parm (demikian kami memanggil dia) agak kaku dalam bercakap-cakap karena mungkin dia orangnya pendiam. Tetapi bagiku dia seorang teman yang tidak suka mengurusi urusan orang lain dan berbicara apa adanya. Aku sering ngobrol dengan Parm baik tentang keluarganya atau pekerjaannya. Dua atau tiga kali seminggu aku bertemu dengan Parm di tempat kerja.
Lima hari berlalu. Ketika pagi hari aku memulai kerjaku. Manajerku menelponku, mengatakan bahwa seorang sopir truk dari perusahaan kami mengalami kecelakaan dan sopir itu meninggal seketika di tempat kejadian. Sopir itu adalah Parmajit !!! Aku sempat kaget ketika mendengar ucapan manajerku itu. Setelah telpon ku letakkan pada gagangnya. Aku termenung sesaat. Baru lima hari yang lalu aku sempat bercakap-cakap dengan Parmajit. Kini dia telah tiada.
Pikiranku melayang pada seorang pria khas India, tubuhnya yang sedang tidak terlalu tinggi. Dengan kulit sawo gelap dan memakai sorban, wajahnya di penuhi cambang dan jenggot. Suara ramahnya yang masih kuingat dan sering kami bertanya jawab untuk kehidupan sehari-hari. Tiba-tiba pikiranku menyayangkan, "Ah, dia mati tanpa menerima Kristus."
Hati nuraniku pun bertanya pada diriku, "Bukankah kau beberapa kali sempat bercakap-cakap dengan Parmajit? Mengapa kau tidak pernah mencoba mengabarkan Injil padanya?" Aih, seketika itu juga aku hanya dapat berkata pada Tuhan "maafkan aku Tuhan." Dan timbul penyesalan dalam hatiku. Bukankah aku mempunyai kesempatan, mengapa tidak aku gunakan ? Aku hanya dapat menghela nafas. Malu rasanya.
Jadi jika aku menuliskan "Sudahkah anda mengabarkan Injil, pada hari ini?" Apakah menurut anda aku ini ekstrim? Bukankah dari peristiwaku itu, aku telah kehilangan kesempatan. Kita tidak tahu kapan seseorang akan meninggal. Kapan teman sekolahmu yang sering duduk di sampingmu akan meninggal dunia dan dia belum menerima Tuhan. Kita tidak tahu teman sekantor kita yang sering memberi ucapan selamat pagi pada kita akan meninggal tiba-tiba, tanpa Kristus. Aku tidak mengatakan kalau kita mengabarkan Injil, dijamin orang itu percaya dan menerima Kristus saat itu juga. Tetapi paling tidak kita berusaha.
Waktu di Indonesia, aku punya seorang teman pemasaran (salesman) yang memasarkan produk asuransi jiwa. Dia mengajarkan bahwa dia menjadi seorang salesman yang tugasnya adalah menjual (selling). Baik dimana dan kapan saja, dia berusaha menjual produknya. Setiap hari, setiap waktu, setiap kesempatan. Waktu dia membeli bakso, dia tanya apakah si penjual bakso mau membeli produknya dengan keuntungan begini begitu promosinya. Waktu di tempat parkir, dia tanya si jukir (juru parkir?) apakah si jukir ingin mendapatkan keuntungan dari produknya yang paling sedikit akan menjamin keluarganya kelak dan sebagainya.
Nah, yang aku maksudkan kita sebagai orang Kristen harus mempunyai sikap seperti demikian. Kita mengaku orang Kristen, maka tidak lain tugas kita adalah mengabarkan Kabar suka cita yang telah kita terima, Kabar yang telah merubah hidup kita. Maukah kita mengabarkan Injil bagi teman-teman, orang yang kita kenal, bahkan keluarga kita yang belum menerima Yesus sebagai juru selamat ? Mengabarkan Injil bukan untuk memaksa orang lain menjadi Kristen. Dan membuat kita kuatir untuk ditolak, diejek atau dimarahi. Diterima atau tidak itu sudah menjadi konsekwensi kita. Tuhan kita sendiri pernah ditolak oleh orang banyak, apalagi kita?
Berdoalah supaya kita mempunyai keberanian untuk menceritakan pengalaman kehidupan Kristen kita kepada orang lain. Roh Kudus pasti akan membimbing kita. Dan Dia pula yang akan menolong berkata-kata untuk kita.
Markus 13:11 : “Dan jika kamu digiring dan diserahkan, janganlah kamu kuatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus.”
Markus 8:38 : “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.”
Sudahkah kita mengabarkan Injil, pada hari ini?
*) Parm meninggal dunia 25 November 2002 dengan meninggalkan seorang istri dan tiga anaknya yang masih kecil.
EmoticonEmoticon