Peer Pressure

Suatu hari aku dan ketiga temanku sepakat untuk coba-coba mempraktekkan sebuah pemikiran baru dari sebuah buku yang kami baca. Di buku itu di tulis, kalau kita dengan yakin, secara bersama-sama mempengaruhi seseorang tentang suatu hal, sekalipun itu adalah hal negatif, maka orang itu akan mempercayainya dengan sendirinya.

Dan orang pertama yang terbersit dalam pikiran kami adalah Joko. Ia adalah seorang primadona kampus. Ganteng, pintar, kaya dan begitu populer. Kebetulan Joko sedang lewat di depan perpustakaan.

Aku menghampirinya dan pura-pura memperhatikan wajahnya. Tiba-tiba aku bilang, “Kok hari ini kamu kelihatan pucat, seperti mau sakit deh.” Joko agak terkejut. Namun ia dengan yakin mengatakan, “Aku baik-baik saja kok. Kamu ini ada-ada saja.”

Orang kedua pun menghampirinya di dalam kamar mandi. Ia juga mengatakan hal yang sama. Kali ini Joko mulai menanggapinya dengan serius. Ia langsung memperhatikan wajahnya di cermin.

Orang ketiga membicarakan hal yang sama kepada Joko di kantin. Joko mulai terlihat was-was. Ia memesan juice jeruk dan meminum sebutir vitamin C yang diyakininya bisa memulihkan kondisinya. Joko benar-benar mulai menanggapi perkataan kami.

Orang keempat pun melakukan hal yang sama ketika bertemu dengan Joko di tempat parkir. Ia melakukannya dengan sangat baik pada bagian, “Vitamin C itu untuk mencegah, bukan mengobati. Sebaiknya kamu periksa deh.” Joko benar-benar menjadi kuatir.

Apa yang terjadi berikutnya? Keesokan harinya Joko tidak masuk dua hari. Ketika masuk, kami menanyakan kabarnya. Joko menjawab dengan yakin, “Kemarin aku benar-benar sakit. Terima kasih ya atas perhatiannya.” Kami tidak bisa menahan tawa. Lalu aku menjelaskan apa yang yang sebenarnya terjadi. Jawaban Joko benar-benar mengejutkan kami. “Lho, kalian ini bagaimana sih? Aku itu benar-benar sakit. Kemarin aku ke dokter dan di opname satu hari. Lalu hari ini saja aku paksakan masuk, padahal kondisinya masih belum sehat betul.”

Perkataan orang-orang disekitar kita bisa membuat kita gagal. Cara mereka berbicara, intensitas dan topiknya, bisa membuatmu meragukan kebenaran. Kamu harus berhati-hati dalam mendengar setiap masukan mereka.

Previous
Next Post »