Kisah Pengalaman Mati Suri (II)

Aku tak segan-segan mengatakan berulang-ulang betapa hal ini mengubah pendapatku tentang manusia secara sesaat. Aku berkata/berpikir/merasa, “Oh, Tuhan, aku tak pernah menyadari.” Aku dibuat tercengang bahwa ternyata tidak ada kejahatan dalam setiap jiwa. Manusia mungkin saja berbuat hal-hal yang buruk karena ketidak tahuan, namun tidak ada jiwa yang jahat. “Apa yang dicari oleh setiap insan – apa yang membuat mereka bertahan – adalah kasih”, Terang itu berkata kepadaku, “Apa yang merubah manusia menjadi buruk adalah tidak adanya kasih.”

Pengungkapan-pengungkapan terus berlanjut, “Apakah ini berarti bahwa manusia akan diselamatkan?” Laksana tiupan dari sebuah terompet disertai hujan terang yang luar biasa, maka Terang itu berkata kepadaku, “Kamu selamat, menebus dan menyelamatkan dirimu sendiri. Kamu selama ini telah melakukannya dan akan selalu melakukannya. Kamu telah diciptakan dengan kuasa untuk berbuat demikian sebelum dunia ini diciptakan.” Pada saat itu, aku menyadari bahwa aku telah diselamatkan.

Aku bersyukur akan Terang Tuhan dengan segenap hatiku. Cara satu-satunya yang aku dapat ungkapkan adalah: “Oh Tuhan yang amat baik, Alam Semesta yang ajaib, aku mengasihi hidupku.” Terang itu agaknya menghembuskan aku bahkan pergi ke suatu tempat yang menarik dan lebih dalam lagi.
Aku telah memasuki sebuah dunia yang berbeda, lebih jelas daripada yang sebelumnya, dan menjadi sadar akan kehadiran adanya seberkas Terang yang luar biasa, besar sekali, penuh dan dalam. Aku bertanya apakah itu? Terang itu menjawab, “Itulah Sungai Kehidupan. Minumlah dari manna air itu sepuas hatimu.”
Maka aku meminumnya dengan sepuas-puasnya, dalam keadaan di luar kemampuanku untuk mengerti.

Kekosongan dari Kehampaan

Tiba-tiba aku agaknya melaju dengan cepat sekali dari planet Sungai Kehidupan itu. Aku melihat bumi lewat dan menghilang. Sistem solar berdesing lewat dan menghilang. Aku terbang di tengah-tengah galaksi serta menyerap lebih banyak pengetahuan-pengetahuan dalam perjalananku. Akubelajar, bahwa galaksi ini – dan seluruh Alam Semesta – telah dipadati oleh bermacam-macam kehidupan. Aku melihat banyak dunia. Kita tidak sendirian di dalam alam semesta ini. Kelihatannya bahwa semua ciptaan dalam alam semesta ini sedang melewati aku dan menghilang dalam sebuah titik terang.

Kemudian Terang yang kedua muncul. Ketika aku melewati Terang yang kedua itu, aku merasa seolah-olah dalam keadaan melampaui sesuatu tanpa batas. Aku berada di alam kekosongan, jaman pra-kreasi, atau awal dari segala sesuatu, Sabda yang mula-mula atau Getaran Dunia. Aku berada di tengah-tengah mata ciptaan Allah dan seolah-olah aku menyentuh wajah Allah. Hal itu bukanlah suatu perasaan spiritual. Aku sekedar menjadi satu dengan Kehidupan dan Kesadaran yang tertinggi.

Aku ikut mengalir dan tiba di tengah-tengah Terang. Aku merasa dipeluk oleh Terang itu. Dan kebenaran memang menjadi nyata, bahwa tidak ada kematian; bahwa tidak ada kelahiran dan kematian di sana; bahwa kita adalah makhluk yang abadi, bagian dari suatu sistem kehidupan alami yang secara abadi seakan mendaur ulang sendiri.

Diperlukan bertahun-tahun untuk memahami dan mengerti pengalaman kekosongan ini. Hal ini menjadi sesuatu yang amat tak berarti, namun lebih besar dari segala sesuatu. Penciptaan merupakan Allah yang sedang mengungkapkan dan menemukan Diri-Nya sendiri dengan segala cara yang kita dapat bayangkan. Melalui setiap helai rambut di atas kepalamu, melalui setiap daun di pepohonan, melalui setiap atom. Allah sedang mengungkapkan Diri-Nya. Aku melihat segala sesuatu seperti ada pada Diri-Nya. Allah ada di sini. Dan itulah yang paling penting. Segala sesuatu diciptakan dari Terang, segala sesuatu hidup.

• Sumber Tulisan: www.weboflove.org/neardeathexperience

Bersambung…

Previous
Next Post »