Sahabat Sejati

Ibrani 13:1 - “Peliharalah kasih persaudaraan!”

Hari – hari ini Tuhan mengingatkan kepada saya mengenai persahabatan. Tuhan memberikan kata sahabat sejati. Kenapa sahabat sejati? Karena hari-hari ini persahabatan semakin memudar dan ada beberapa orang yang memanfaatkan persahabatan itu. Kita bisa mempelajari persahabatan sejati antara Daud dan Yonatan. Bila kita membaca 1 Samuel 18:1-5, kita akan melihat bahwa hubungan persahabatan antara Daud dan Yonatan itu begitu lekat sekali sehingga di Alkitab berkata berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud.

Kita tahu sekarang bahwa persahabatan saat ini mulai memudar, kasih manusia di hari-hari terakhir ini semakin dingin. Firman Tuhan sudah memberikan tanda bahwa di akhir jaman ini kasih manusia akan semakin dingin. Matius 24:12 berkata, “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang semakin dingin.”

Bagaimana caranya untuk menjaga agar kasih kita terhadap saudara-saudara seiman kita tidak semakin pudar atau dingin. Marilah kita mempelajari ada 4 Nilai yang harus kita miliki dalam persahabatan ini :

1. Sehati (Matius 18 : 19 – 20)
Didalam Matius 18 : 19 – 20 ini mengatakan : “Dan lagi Aku berkata kepadamu : Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di surga. Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, disitu Aku ada di tengah-tengah mereka.

Jumlah dalam persahabatan tidak hanya dua orang saja melainkan bisa lebih dari dua orang. Jika kita ingin persahabatan kita langgeng maka kita harus memenuhi syarat persahabatan. Syarat itu adalah kesehatian dan kesepakatan. Kesepakatan diambil dari kata sepakat, bahasa asli kata sepakat adalah sumphoneo. Sumphoneo mempunyai arti harmonis, bersamaan, kompak, setuju. Dari kata ini kita mendapatkan kata Simfoni, simfoni bisa kita dapatkan dalam paduan suara. Paduan suara yang simfoni akan menghasilkan suara yang indah. Simfoni yang indah dilantunkan oleh sebuah orkestra, tidak berasal dari alat musik dan suara yang seragam. Bila kita mendengarkan suara terompet yang melengking tinggi, sementara suara cello bergumam rendah sedangkan suara piano timbul tenggelam disela-sela iringan biola, namun mereka semua kompak melantunkan lagu dikunci yang sama.

Kesatuan atau Unity bukan berarti kita seragam atau uniform. Coba kita bayangkan bila semua pemain orkestra adalah pemain biola yang memainkan nada yang sama dan pada ketukan yang sama maka akan membosankan padahal bukan memainkan nada yang sama. Betapa membosankan bukan!

Saat ini saya ingin membagikan kesaksian hidup saya mengenai persahabatan; ketika saya kuliah di Salatiga, saya mempunyai teman sekaligus sahabat. Dia bernama Arman Harijanto, dia kuliah di Fakultas Ekonomi UKSW sedangkan saya kuliah di Fakultas Pertanian UKSW. Saya dan Arman bertemu di GBI Pondok Daud Salatiga, kami melayani disana bersama-sama. Arman melayani di Departemen Misi sedangkan saya melayani di Departemen Profetik. Arman adalah seorang yang mempunyai tipe karakter Sanguin Kolerik, sedangkan saya adalah seorang Melankolis Plegmatis. Saya adalah seorang yang tidak suka mencari masalah, pembawaan saya adalah tenang sedangkan Arman adalah seorang yang cepat, pemikir, pemimpin dan keras kepala. Dari perbedaan karakter ini kita bisa bersama-sama dan melayani Tuhan bersama. Kita bisa sehati dan mempunyai persahabatan yang melekat.

Saudara-saudara Tuhan sangat menyukai dengan kesehatian, bila Tuhan mendengarkan lagu-lagu merdu dari orkestra kesehatian maka Tuhan akan menyuruh para malaikat memenuhi tempat dimana ada kesehatian itu dengan berkat. Tempat bisa berarti rumah tangga kita, keluarga kita, komunitas kita dan kota kita (Mazmur 133:1-3).

Saat ini kita akan membahas bagaimana caranya untuk menjaga kesehatian kita dengan sahabat kita. Ada 3 cara untuk membuat kita sehati atau sepakat, yaitu :

• Secara Roh
Didalam persahabatan kita, yang membuat kita melekat dengan sahabat kita adalah dengan saling mendoakan. Tanpa saling mendoakan kita tidak akan pernah bisa sehati. Jika kita bertemu dengan saudara seiman atau sahabat kita kita harus saling mendoakan, mendoakan bukan hanya di rumah masing-masing.

Kesaksian saya mengenai persahabatan saya bisa sehati dengan Edy, kita saling medoakan baik itu di dalam doa pribadi kita dan kita juga menyediakan waktu untuk bertemu dan berdoa bersama. Ketika Edy mengalami masalah yang cukup berat, didalam hati saya ada sesuatu yang mengganjal dan berat rasanya, Tuhan memberikan arahan untuk saya berdoa bersama dengan Edy. Kemudian setelah berdoa Edy mulai cerita masalahnya dan masalah itu bisa selesai.

• Secara Jiwa
Untuk menyatukan jiwa kita adalah dengan kesaksian kita (sharring), usahakan ada kontak dengan saudara seiman baik itu melalui telepon, sms atau bertemu langsung.

Kesaksian : waktu saya kuliah saya mempunyai sahabat-sahabat yang melekat sekali dan kami sehati. Sahabat-sahabat saya adalah Arman, Budiono, Edy walaupun periode tahun yang berbeda, namun satu kesamaannya yaitu kita bisa melakukan pertemuan yang rutin untuk sharring. Kami tidak pernah bisa melupakan persahabatan kita. Melalui pertemuan sharring ini persahabatan kita semakin sehati dan melekat. Sharring membuat jiwa kita semakin berpadu.

• Secara Jasmani
Dalam persahabatan pastilah kita akan bertemu secara periodik dan didalam pertemuan itu kita bisa melakukan aktifitas seperti makan bersama, jalan–jalan, bermain bersama. Didalam pertemuan itu kita bisa ekspresikan kasih kita, ekspresi kasih bisa melalui kata-kata, sentuhan, perhatian. Jika sahabat kita merayakan sesuatu yang spesial, kita bisa memberikan kejutan kecil sebagai bentuk perhatian kita.

Kesaksian saya : ketika arman, budiono atau edy ulang tahun pastilah saya akan memberikan kejutan kecil sebagai bentuk perhatian saya demikian juga sebaliknya. Melalui pertemuan dan ekspresi kasih maka persahabatan kita semakin sehati.

2. Kasih (Amsal 17 : 17)
Persahabatan sejati tidak bisa terwujud jikalau dasarnya tidak ada kasih. Persahabatan yang ideal adalah dibangun diatas kasih yang memberi dan rela berkorban dan tidak mengharapkan balasan.

Yohanes 15:13 berkata : Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatNya. 1 Yohanes 3 : 16, Demikianlah kita mengetahui kasih Kristus yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita ; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Tuhan sudah mengajarkan kita bahwa dalam setiap hubungan persahabatan kita harus didasari oleh KASIH. Tuhan Yesus sudah memberikan teladan didalam kehidupannya.

Kasih bisa diwujudkan dalam persahabatan kita dengan cara saling memperhatikan, kita belajar untuk memperhatikan kebutuhan dari sahabat-sahabat kita. Memang benar kasih akan lebih terasa bila diungkapkan melalui tindakan tetapi pada saat tertentu perlu juga dikatakan, masalah kapan harus melakukannya diperlukan hikmat. Oleh sebab itu mintalah kepada Tuhan agar kasih yang kita sampaikan dapat dirasakan sebagai berkat dan sahabat kita tidak salah terima.

3. Saling Membagi
Dalam kehidupan manusia, kita tidak bisa hidup sendirian, kita membutuhkan sahabat – sahabat kita untuk melengkapi kehidupan kita. Langkah pertama dalam saling melengkapi adalah saling membagi hidup kita.

Saling membagi bukan hanya melingkupi hal materi saja melainkan kita bisa saling membagi suka maupun duka dengan sahabat-sahabat kita termasuk dengan membagi perasaan kita. Saling membagi bisa diartikan saling mengemukakan masalah yang dihadapi oleh kita kepada sahabat-sahabat kita sehingga kita bisa saling mendoakan dan mencari jalan keluar dari masalah-masalah kita.

4. Setia (Amsal 18 : 24)
Kesetiaan adalah hal yang sangat penting dalam persahabatan. Kesetiaan perlu dijaga sehingga persahabatan kita tetap langgeng. Kalau kita melihat saat ini banyak orang sudah kehilangan akan kesetiaannya. Orang – orang banyak meninggalkan pasangannya, keluarganya, sahabatnya.

Persahabatan kita seringkali retak karena adanya masalah dan hilangnya kesetiaan dari sahabat – sahabat kita. Untuk menjaga kesetiaan kita harus mengambil contoh dari kehidupan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus selalu setia kepada kita walaupun kita tidak setia terhadap Dia. (II Timotius 2 : 11 – 13) Kesetiaan berarti memberikan dukungan, semangat, kasih dengan tiada putus-putusnya. Kesetiaan kepada persahabatan adalah salah satu yang harus dipegang dalam hidup persahabatan kita. Kesetiaan kita bisa ambil dari salah satu buah roh.

Kesaksian persahabatan saya dengan Ko Jahja Soemitro, kita mulai dekat ketika kita bersama-sama dalam pelayanan ke Madura, saat itu kita satu kamar, sehingga kita bisa saling share dalam perjalanan pelayanan tersebut. Setelah pulang dari Madura, persahabatan kita tetap berlanjut. Ko Jahja saya anggap sebagai kakak saya, kami saling memperhatikan dari hal-hal yang terkecil, walaupun kita hanya bertemu di gereja, kita tetap menjaga hubungan melalui telepon. Koh Jahja bilang : “Van, walaupun kamu anak tunggal, kamu tidak egois, malahan kamu bisa membagikan kasihmu kepada saya dan orang-orang lain. Saya melihat kamu setia memperhatikan dan karakter kesetiaan ada padamu.”

Kesaksian yang kedua, saya mempunyai sahabat-sahabat seperti Arman dan Budiono. Kami bertiga merupakan orang yang dari latar belakang keluarga yang berbeda, karakter kami berbeda dan kami bisa saling memperhatikan. Sampai pada saat akhir kuliah dan mereka hendak pergi meninggalkan kota Salatiga, mereka memberikan peneguhan mengenai kesetiaan yang dilihat dan didapat dari kehidupan saya.

Secara manusia memang susah untuk hidup dalam kesetiaan, namun saya mau belajar untuk setia. Walaupun dalam persahabatan ada orang-orang yang mau memecah belah persahabatan kita. Yang harus kita pegang adalah kita harus tetap setia dan jangan pernah sakit hati.

Persahabatan yang dibangun hendaknya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rohani kita. Kita harus bisa jadi teladan bagi sahabat-sahabat kita dan saling menjaga.

Cirebon, 20 Oktober 2009

Oleh : Joshua Ivan Sudrajat S

Previous
Next Post »