Nama saya Herman Tjahja, berusia 56 tahun. Kalau hingga hari ini saya masih hidup, saya tahu bahwa ini adalah anugerah Tuhan semata-mata, karena menurut dokter sebenarnya saya sudah meninggal pada bulan Agustus 2000, saat koma ketika dioperasi. Pada kesempatan ini saya ingin meyakinkan mujizat Allah yang saya alami, yang saya harap dapat menguatkan iman saudara sekalian.
Pada tahun 1991, diketahui bahwa saya mengidap penyakit jantung (coroner). Saya tidak terlalu merasakan penyakit tersebut dan aktivitas saya berjalan seperti biasa. Pada bulan Juli 2000, dilakukan kateterisasi di RS. Husada. Dari hasil pemeriksaan itu disimpulkan bahwa saya harus dioperasi, sebab bila tidak, kemungkinan hidup saya tinggal 6 bulan saja. Tetapi bila dioperasi, mengingat kondisi jantung saya yang sudah bengkak, kemungkinan berhasil hanya 50%. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, akhirnya saya memutuskan untuk dioperasi di Auckland.
Hal ini saya ceritakan kepada salah seorang sahabat saya (yang sekarang saya tahu berjamaat di GBI Rehobot). Ketika ia tahu bahwa saya akan berangkat ke Auckland untuk dioperasi by-pass jantung ia datang berkunjung ke rumah saya pada hari Kamis tanggal 20 Juli 2000. Kami berbincang mengenai firman Tuhan selama + 2 jam, kemudian berdoa bersama.
Melalui pertemuan itu, saya dingatkan beberapa hal antar lain :
1. Bagaimanapun, pada akhirnya, ujung dari kehidupan ini adalah kematian. Masalahnya adalah apakah kita sudah mempersiapkan diri menghadapi kematian itu atau belum.
2. Tuhan Yesus berkata : "I am the way ....."
Berdasarkan ucapan ini, saya percaya Ia adalah jalan bagi saya untuk menuju kematian tubuh, memasuki kehidupan kekal dan sekaligus Ia pun adalah jalan bagi saya untuk menyelesaikan persoalan yang saya hadapi.
Iman saya dikuatkan, hati saya dipenuhi damai sejahtera dan dengan penyerahan penuh kepada Tuhan, keesokan harinya (21 Juli) saya berangkat ke Auckland. Tiba saatnya pada hari yang telah ditentukan Jum'at tanggal 25 Agustus 2000, saya dioperasi di RS. Greenlane - Auckland. Operasi tersebut diperkirakan akan tuntas dalam waktu 6 jam. Tetapi apa yang terjadi kemudian, tidaklah seperti perkiraan sebelumnya.
Berikut ini saya ceritakan apa yang saya alami dan informasi yang saya peroleh kemudian :
- Jum'at, 25 Agustus 2000
Saya mulai dioperasi pada sore hari, dan selanjutnya saya tidak sadarkan diri (koma).
- Selasa, 29 Agustus 2000
Saya merasa bahwa saya sudah mati. Saya melihat istri bagaikan siluet yang tidak dapat dipegang. Saya bertanya tetapi ia tidak menjawab. Lalu saya berpikir : "Oh........ memang orang mati tidak bisa berhubungan dengan orang yang masih hidup".
Pada saat saya dalam keadaan koma, ternyata grafik monitor otak saya sudah hampir rata. Melalui Manager Rest Home tempat dimana istri saya bekerja, tim dokter melaporkan bahwa saya tidak mempunyai harapan untuk hidup dan sekiranya hidup, daya pemikiran saya sudah rusak dan tidak akan ingat apa-apa lagi. Selanjutnya Manager tersebut menanyakan dimana saya akan dimakamkan dan kapan anak-anak saya yang di Indonesia akan tiba di Auckland. Beberapa staff dari Rest Home tersebut mendatangi istri saya dan menyampaikan ucapan bela sungkawa atas kematian saya.
Dengan kenyataan bahwa saya tidak ada harapan hidup, tim dokter menyatakan akan mencabut alat stimulasi jantung. Istri saya kemudian meminta dengan sangat untuk diperpanjang 1 hari. Setelah mempertimbangkan hal tersebut, akhirnya tim dokter mengabulkan permintaan istri saya. Sementara saya terbaring koma tanpa harapan hidup, istri saya bersama saudara-saudara seiman lain dan para sahabat berdoa buat saya.
- Rabu, 30 Agustus 2000
Menjelang dicabutnya alat stimulasi jantung yang terpasang pada tubuh saya, terjadi sesuatu kejutan karena pada monitor terlihat adanya aktivitas pada otak lagi. Saat itu memang saya sempat sadar sesaat, tetapi kemudian tak sadarkan diri lagi. Melihat adanya perubahan grafik pada monitor tersebut, kemudian tim dokter menangguhkan pencopotan alat stimulasi jantung tersebut.
Pada Grafik pada monitor otak saya menunjukkan kondisi yang semakin baik dan secara perlahan akhirnya saya sadarkan diri. Pada sore harinya saya sadar penuh dengan pemikiran yang baik, daya ingatan yang jernih seperti sebelum dioperasi . Praise the Lord!!
Melalui pengalaman saya yang luar biasa ini, tim dokter, Manager Rest Home dan beberapa staff yang sebelumnya menganggap bahwa agama dan doa itu hanya "rubbish" menyatakan dan percaya bahwa apa yang terjadi pada diri saya adalah "MIRACLE" yang bisa terjadi oleh kuasa DOA.
Demikian kesaksian saya, kiranya bisa menguatkan dan menambah iman saudara sekalian. Terima kasih dan syukur kepada Tuhan yang telah mengerjakan mujizat ini dalam hidup saya dan terima kasih kepada saudara serta sahabat yang telah mendoakan saya. Semua biarlah terjadi hanya untuk kemuliaan Tuhan saja.
Syalom,
Herman Tjahja
EmoticonEmoticon