Teman-teman terkasih,
Bulan Februari 2005 ini saya memiliki satu beban dan satu utang yang rasanya menjadi pikiran saya terus-menerus. Satu tahun berlalu dimana saya mengalami sebuah pengalaman yang luarbiasa buat saya. Dalam pengalaman itu saya berjumpa dengan Tuhan Yesus, muka dengan muka.
Tapi saya sangat ragu-ragu untuk mensharingkan pengalaman ini. Hanya setelah menunggu satu tahun, dan mereview berulang-ulang, saya berani mendraft tulisan kesaksian ini. Tahun 2004 itu saya menulis di milis Ayahbunda bahwa saya tergeletak sakit dirawat di RS UKI. Hanya saya tidak menulis bahwa disana saya mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Pengalaman yang saya tulis ini benar terjadi. Saya tidak berani menambahkan atau mengurangi, sebab kita akan berdiri di depan pengadilan Tuhan Yesus untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita jalani di bumi. Dan pengalaman ini hanyalah untuk saya sendiri, tidak boleh dimutlakkan menjadi doktrin. Sebab semua pengajaran harus berdasarkan pada Alkitab saja.
[Tuhan Yesus, ampuni saya. Karena saya menunda janji yang saya ucapkan ini. Mohon ampun Tuhan]
---
Sebelum Februari 2004, saya menganggap diri saya adalah seorang Kristen yang baik. Saya merasa cukup rajin ke gereja [Gereja Kristen Pasundan dan GKI Depok] dan sangat aktif di milis-milis Kristen sebagai pelayanan yang saya pilih. Namun saya punya satu problem besar yang kelak akan mengubah hidup saya. Sesungguhnya saya TIDAK YAKIN bahwa dosa saya telah ditebus dan saya SUDAH SELAMAT ketika mengaku percaya kepada Yesus Kristus!
Setiap hari saya bertanya, kalau saya mati sekarang...kemana saya pergi ? Apakah betul Yesus ini satu-satunya jalan menuju surga ? Jangan-jangan saya sekarang berpikir seperti ini ternyata salah. Jangan-jangan jalan saya menuju neraka, sebab saya bukan orang pilihan dan saya akan dibakar di neraka. Pikiran-pikiran ini sangat merongrong saya, dan saya tidak berani menanyakan hal ini ke milis-milis Kristen. Saya hanya dapat mencari-cari tulisan di internet. Puji Tuhan, saya bekerja di perusahaan network integrator yang menyediakan akses internet 24 jam. Sehingga saya bebas meluncur di internet mencari artikel-artikel untuk *mengobati* iman saya yang sakit karena tidak percaya.
Saya yakin di antara teman-teman saat ini pasti ada yang seperti saya. Tidak yakin akan keselamatan anda, padahal anda telah mengaku percaya kepada Tuhan Yesus !.
Berhari-hari saya menjelajahi artikel-artikel yang keras, di antaranya adalah situs GKRI Exodus yang beraliran reformed ketat. Salah satu artikel yang saya baca berulang-ulang adalah mengenai "Bisakah orang Kristen kehilangan keselamatan ?". Dan tulisan yang menggetarkan hati saya adalah ketika Pdt Budi Asali MDiv mengatakan, kalau anda masih tidak yakin akan keselamatan anda maka ada masalah pada iman anda.
Karena kegundahan dalam diri saya [akibat tidak tahu apakah saya ini selamat atau tidak], saya pernah menulis email kepada Pdt Budi Asali meminta pertimbangan kalau saya keluar dari pekerjaan ini dan sekolah teologi untuk jadi pelayan Tuhan fulltime. Jawaban beliau, tidak semua orang Tuhan panggil untuk pelayanan fulltime. Saya makin bingung dengan keadaan diri saya.
---
Awal Februari 2004, saya menderita panas tinggi. Istri saya langsung meminta saya masuk ke Unit Gawat Darurat RS UKI. Sebab waktu itu banyak gejala Demam Berdarah melanda Jakarta, pemerintah Megawati mengatakan ini sudah wabah nasional. Jangan-jangan saya kena Demam Berdarah. Saya masuk perawatan di UKI dengan jaminan Asuransi CAR yang diberikan kantor. Dan mendapat ruang yang saya tempati sendiri di bagian Merpati.
Saya diinfus, dan selama beberapa hari panas saya naik turun. Dan kira-kira setelah 4 hari saya merasa badan saya sudah enak walau masih demam. Hari itu adalah hari Minggu, dan saya berpikir besok Senin saya akan minta dr Gultom untuk memberikan surat agar saya bisa keluar hari Selasa.
Sore hari, setelah mandi pancuran air panas, saya berbaring lagi. Istri dan anak saya Willie menemani sambil nonton TV. Tiba-tiba badan saya rasanya dingin dan menggigil. Kaki saya tiba-tiba rasanya kaku, tapi walau kaku bisa menggigil dengan kuat. Dan kaki ini seperti bergerak-gerak sendiri.
Dengan panik, istri saya memanggil suster. Suster hanya mengatakan bahwa saya akan naik panas. Dan efek menggigil ini sudah biasa terjadi. Saya hanya diselimuti tanpa diberi obat apapun. Badan saya sudah terguncang-guncang karena menggigil, dan saya sudah berteriak-teriak "Tuhan Yesus tolong saya, Tuhan Yesus tolong saya !".
Saat itu saya merasa leher saya seperti dicekik oleh sesuatu yang tidak kelihatan, dan saya tidak bisa bernapas. Istri saya melihat wajah saya sudah mulai biru, sementara bagian kaki sudah kaku. Maut telah datang menghampiri saya.
Para suster berkerumun di sekitar saya, dan seorang laki-laki [mantri] dipanggil. Saya tidak tahu pada saat itu mereka berpikir saya sedang 'dirasuki' oleh roh jahat. Saya ditanya nama saya, siapa nama istri saya, dengan kesal saya jawab sambil teriak-teriak. Dan saya usir mereka dari sisi tempat tidur saya. Mereka semua berkumpul dekat pintu. Mereka tidak tahu harus melakukan apa, dan suster senior cuma bertanya apa yang saya rasakan saat itu. Padahal napas saya sudah terhenti beberapa menit, dan saya cuma bisa menunggu maut. Saat itu saya sudah tidak mampu bicara lagi. Saya hanya tersenggal-senggal dengan mata menatap ke langit-langit.
Saya cuma bisa menggunakan pikiran saya. Dan dengan pikiran itu, saya mencoba berkomunikasi dengan Tuhan di akhir hidup saya. "Tuhan Yesus, saya percaya kepadaMu. Tolong saya Tuhan. Tambahkan hidup saya, jangan saya dipanggil sekarang. Beban Lisa sangat berat bila saya tinggal sekarang". Saya terus-menerus melontarkan pikiran seperti itu, minta Tuhan menambahkan usia saya.
Di sisi kiri atas saya, rasanya sudah terbuka sebuah dunia lain. Penuh kegelapan. Saya berpikir ini mungkin lorong orang mati. Saat itu pikiran saya yang merongrong, datang kembali. Apakah saya ini adalah musuh Tuhan ? Apakah saya akan dihukum di hadirat Tuhan ? Tuhan ampuni saya, saya tidak mau mati saat ini, ampuni dosa-dosa saya Tuhan.
Gelisah menghadapi kematian menghantui saya. Rasanya dunia yang satu lagi, yaitu dunia orang mati, sudah terbuka. Dan saya mulai dapat melihat dunia yang samar-samar itu.
Entah mulai kapan, saya merasa ada Orang yang sedang menghampiri saya dari sisi atas kanan. Orang-orang di ruangan itu pasti tidak melihat apa yang saya lihat. Saya memicingkan mata, sambil masih tetap melihat ruangan di RS UKI, saya melihat siluet terang Seorang yang berambut panjang seperti orang barat. Bagian wajahNya gelap, saya tidak bisa lihat, tapi sisi luar mukaNya terang sekali. Seluruh diri saya, pikiran saya dan jiwa saya tiba-tiba TAHU bahwa yang datang adalah Tuhan Yesus sendiri. Entah bagaimana saya dilimpahi pengetahuan bahwa itu Tuhan, tidak salah lagi. Tapi yang pasti saya langsung TAHU bahwa itu DIA. Dan saya bicara dengan Dia dengan pikiran.
Saat itu saya tidak merasa takut. Heran sekali. Tadinya saya takut mati, dan takut dihukum Tuhan. Tapi sekarang, muka bertemu muka, sepertinya biasa saja. Tidak takut apa-apa.
"Pikiran" Tuhan mengatakan kepada saya bahwa saya harus mengucapkan Iman saya di depan orang-orang ini [keluarga, suster dan dokter]. Saya harus mengakui bahwa saya ada masalah dengan iman saya yang tidak percaya kepada Tuhan.
Saya menjawab "pikiran" Tuhan dengan "pikiran" saya. Dan herannya, saya saat itu sangat kurang ajar ketika bicara dengan Tuhan. Kata saya -- Tuhan, memang saya sekarang nggak bisa ngomong, napas tinggal satu-satu, leher tercekik maut. Tapi kalau saya katakan bahwa saya melihat Tuhan, dan mengaku iman, mereka akan menyangka saya sudah gila.
Jadi saat itu saya diam saja, sambil merasakan sakit di leher, dan napas yang sudah hilang beberapa menit lalu. Saya lebih takut dibilang gila daripada mengerjakan perkataan Tuhan. Tuhan masih menatap saya, dan tiba-tiba wajah Tuhan naik ke atas, perlahan-lahan meninggalkan saya.
Jiwa saya mengatakan bahwa saya dalam bahaya!. Saya baru menolak Tuhan!. Tangan kanan saya, saya acungkan ke atas berusaha menahan Tuhan naik ke atas. Istri saya dengan bingung, melihat saya menggapai-gapai udara seperti sedang mengambil sesuatu.
Dengan tenaga terakhir, saya nekat mau mengaku iman saya di depan semua orang ini, dan di depan Tuhan juga. Biar deh dianggap gila, itu masalah belakangan. Dan akhirnya saya bangun di atas tempat tidur.
"Dokter !", teriak saya. Heran juga, kenapa tiba-tiba cekikan leher ini agak merenggang sedikit, sehingga saya bisa bernapas dan bicara. Saya lihat wajah siluet Tuhan Yesus berpindah ke sisi kiri saya. Saya bingung mau bicara apa ? Saya diam. Dan semua orang menunggu saya.
Tiba-tiba saya melihat dekat wajah Tuhan Yesus, ada tulisan di udara [dalam bahasa Indonesia]. Ternyata Tuhan membantu saya untuk mengucapkan kata-kata. "Dokter, saya punya masalah dengan iman. Selama ini saya tidak percaya bahwa sudah selamat".
Semua melihat saya dengan bingung. Saya melanjutkan, "Saat ini Tuhan Yesus sedang berdiri di dekat saya. Dokter harus percaya. Tuhan menuliskan apa yang saya harus ucapkan". Saya melihat Tuhan Yesus menulis sesuatu yang merupakan ujian bagi kehadiran diriNya. "Tuhan tahu dokter tidak percaya, karena itu pikirkan satu kata di dalam hati anda dan saya akan mengucapkan apa yang anda pikir".
Tiba-tiba saya melihat di dada dokter jaga itu ada tulisan melayang bertuliskan "doa" dan pada saat yang bersamaan saya melihat di dada adik saya Ferdy ada tulisan "kakak saya sudah gila".
Saya katakan, "dokter baru berpikir DOA. Dan dik Ferdy berpikir bahwa saya sudah gila, benar tidak dik ?". Ferdy ketakutan, dan menjawab "nggak kok mas". Saya bantah, "Dik, saya baca sendiri pikiran kamu, Tuhan yang menunjukkan pada saya". Akhirnya dia mengaku, "benar mas, saya pikir mas gila".
Saya merasa orang-orang disitu sudah yakin akan kehadiran Tuhan Yesus yang tidak kelihatan oleh mereka. Saya melanjutkan membaca tulisan yang diberikan Tuhan Yesus. "Saya mau mengaku iman saya". Demikian saya membaca satu persatu bayangan tulisan itu. "Saya mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, dan MUNGKIN saya sudah diselamatkan". Padahal Tuhan tidak mengatakan MUNGKIN, tapi saya sengaja menambahkan kata itu dalam pengakuan iman saya. Sebab pemikiran tidak selamat itu masih menghantui saya.
Akibatnya sangat dahsyat, leher saya rasanya dicekik kembali dengan kuat oleh kuasa maut. Rupanya saya nggak boleh mengatakan MUNGKIN, tapi SUDAH !. Maka segera saya meralat, "SAYA SUDAH DISELAMATKAN". Dan leher saya bebas bernapas kembali. Berarti saya sudah mengucapkan maksud Tuhan dengan benar.
Lalu ada perkataan Tuhan lagi yang harus saya ucapkan, "Dan saat ini saya SUDAH sembuh !". Maka siluet wajah Tuhan Yesus menghilang. Saya ambruk ke tempat tidur, dan berkeringat deras sekali. Dokter jaga lalu memberikan suntikan penenang di paha kanan saya. Istri saya menanyakan keadaan saya seperti sedang bicara kepada orang yang tidak waras. Situasi menjadi aneh sekali. Tapi sekarang saya sudah tidak tercekik lagi.
Terima kasih Tuhan. Saya hidup lagi !.
Maka saya segera tidur, sambil badan tetap berkeringat.
---
Esoknya situasi sudah normal. Saya sudah tidak dilihat sebagai orang aneh lagi. Dik Ferdy mengatakan bahwa dia berdoa tadi malam, sebagai bukti kalau memang Tuhan datang -- Ferdy minta saya sembuh hari itu juga dan tidak panas lagi. Dan rupanya terbukti, selama hari itu saya tidak panas dan segar. Dokter Gultom yang tidak tahu kejadian malam tsb, mengijinkan saya pulang Selasa.
Bukti bahwa saya bertemu Tuhan muka dengan muka, dibuktikan dengan kesembuhan mendadak itu. Hasil lab menunjukkan saya tidak kena demam berdarah, tapi mungkin ada virus lain.
PENUTUP
Beberapa hari setelahnya, saya masih diliputi pikiran perjumpaan dengan Tuhan Yesus itu. Saya memuji Tuhan dan bersyukur, berapa orang di dunia ini yang mengucapkan iman langsung di depan Tuhan Yesus ? Saya adalah salah seorang yang sedikit itu. Ini adalah anugerah dari Tuhan yang tidak boleh saya sombongkan.
Dan saya sadar bahwa KETIDAKPERCAYAAN saya akan KESELAMATAN, merupakan hal yang sangat tidak disukai Tuhan. Firman Tuhan di bawah ini tergiang-ngiang di jiwa saya setiap hari :
Matius 10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
Jadi pengakuan iman [sidi] dengan mulut itu sangat penting !. Kita harus berani mengakui Tuhan, maka Tuhan akan mengakui kita di depan Bapa.
Buat teman-teman yang sampai sekarang masih TIDAK PERCAYA bahwa engkau sudah diselamatkan dan pasti masuk surga, padahal sudah percaya kepada Tuhan Yesus-- saya harap pengalaman ini bisa jadi pemikiran buat anda. Jangan sampai engkau menghina Tuhan yang sudah menebus engkau dengan darahNya di kayu salib. Tuhan menebus engkau, dan engkau masih tidak percaya bahwa engkau sudah selamat, artinya engkau sudah menghina Tuhan. Percayalah bahwa ketika engkau percaya kepada Tuhan Yesus, maka detik itu juga engkau sudah selamat dan pasti masuk surga.
Tuhan Yesus memberkati teman-teman sekalian.
oleh : Dwi Malistyo
Bulan Februari 2005 ini saya memiliki satu beban dan satu utang yang rasanya menjadi pikiran saya terus-menerus. Satu tahun berlalu dimana saya mengalami sebuah pengalaman yang luarbiasa buat saya. Dalam pengalaman itu saya berjumpa dengan Tuhan Yesus, muka dengan muka.
Tapi saya sangat ragu-ragu untuk mensharingkan pengalaman ini. Hanya setelah menunggu satu tahun, dan mereview berulang-ulang, saya berani mendraft tulisan kesaksian ini. Tahun 2004 itu saya menulis di milis Ayahbunda bahwa saya tergeletak sakit dirawat di RS UKI. Hanya saya tidak menulis bahwa disana saya mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Pengalaman yang saya tulis ini benar terjadi. Saya tidak berani menambahkan atau mengurangi, sebab kita akan berdiri di depan pengadilan Tuhan Yesus untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita jalani di bumi. Dan pengalaman ini hanyalah untuk saya sendiri, tidak boleh dimutlakkan menjadi doktrin. Sebab semua pengajaran harus berdasarkan pada Alkitab saja.
[Tuhan Yesus, ampuni saya. Karena saya menunda janji yang saya ucapkan ini. Mohon ampun Tuhan]
---
Sebelum Februari 2004, saya menganggap diri saya adalah seorang Kristen yang baik. Saya merasa cukup rajin ke gereja [Gereja Kristen Pasundan dan GKI Depok] dan sangat aktif di milis-milis Kristen sebagai pelayanan yang saya pilih. Namun saya punya satu problem besar yang kelak akan mengubah hidup saya. Sesungguhnya saya TIDAK YAKIN bahwa dosa saya telah ditebus dan saya SUDAH SELAMAT ketika mengaku percaya kepada Yesus Kristus!
Setiap hari saya bertanya, kalau saya mati sekarang...kemana saya pergi ? Apakah betul Yesus ini satu-satunya jalan menuju surga ? Jangan-jangan saya sekarang berpikir seperti ini ternyata salah. Jangan-jangan jalan saya menuju neraka, sebab saya bukan orang pilihan dan saya akan dibakar di neraka. Pikiran-pikiran ini sangat merongrong saya, dan saya tidak berani menanyakan hal ini ke milis-milis Kristen. Saya hanya dapat mencari-cari tulisan di internet. Puji Tuhan, saya bekerja di perusahaan network integrator yang menyediakan akses internet 24 jam. Sehingga saya bebas meluncur di internet mencari artikel-artikel untuk *mengobati* iman saya yang sakit karena tidak percaya.
Saya yakin di antara teman-teman saat ini pasti ada yang seperti saya. Tidak yakin akan keselamatan anda, padahal anda telah mengaku percaya kepada Tuhan Yesus !.
Berhari-hari saya menjelajahi artikel-artikel yang keras, di antaranya adalah situs GKRI Exodus yang beraliran reformed ketat. Salah satu artikel yang saya baca berulang-ulang adalah mengenai "Bisakah orang Kristen kehilangan keselamatan ?". Dan tulisan yang menggetarkan hati saya adalah ketika Pdt Budi Asali MDiv mengatakan, kalau anda masih tidak yakin akan keselamatan anda maka ada masalah pada iman anda.
Karena kegundahan dalam diri saya [akibat tidak tahu apakah saya ini selamat atau tidak], saya pernah menulis email kepada Pdt Budi Asali meminta pertimbangan kalau saya keluar dari pekerjaan ini dan sekolah teologi untuk jadi pelayan Tuhan fulltime. Jawaban beliau, tidak semua orang Tuhan panggil untuk pelayanan fulltime. Saya makin bingung dengan keadaan diri saya.
---
Awal Februari 2004, saya menderita panas tinggi. Istri saya langsung meminta saya masuk ke Unit Gawat Darurat RS UKI. Sebab waktu itu banyak gejala Demam Berdarah melanda Jakarta, pemerintah Megawati mengatakan ini sudah wabah nasional. Jangan-jangan saya kena Demam Berdarah. Saya masuk perawatan di UKI dengan jaminan Asuransi CAR yang diberikan kantor. Dan mendapat ruang yang saya tempati sendiri di bagian Merpati.
Saya diinfus, dan selama beberapa hari panas saya naik turun. Dan kira-kira setelah 4 hari saya merasa badan saya sudah enak walau masih demam. Hari itu adalah hari Minggu, dan saya berpikir besok Senin saya akan minta dr Gultom untuk memberikan surat agar saya bisa keluar hari Selasa.
Sore hari, setelah mandi pancuran air panas, saya berbaring lagi. Istri dan anak saya Willie menemani sambil nonton TV. Tiba-tiba badan saya rasanya dingin dan menggigil. Kaki saya tiba-tiba rasanya kaku, tapi walau kaku bisa menggigil dengan kuat. Dan kaki ini seperti bergerak-gerak sendiri.
Dengan panik, istri saya memanggil suster. Suster hanya mengatakan bahwa saya akan naik panas. Dan efek menggigil ini sudah biasa terjadi. Saya hanya diselimuti tanpa diberi obat apapun. Badan saya sudah terguncang-guncang karena menggigil, dan saya sudah berteriak-teriak "Tuhan Yesus tolong saya, Tuhan Yesus tolong saya !".
Saat itu saya merasa leher saya seperti dicekik oleh sesuatu yang tidak kelihatan, dan saya tidak bisa bernapas. Istri saya melihat wajah saya sudah mulai biru, sementara bagian kaki sudah kaku. Maut telah datang menghampiri saya.
Para suster berkerumun di sekitar saya, dan seorang laki-laki [mantri] dipanggil. Saya tidak tahu pada saat itu mereka berpikir saya sedang 'dirasuki' oleh roh jahat. Saya ditanya nama saya, siapa nama istri saya, dengan kesal saya jawab sambil teriak-teriak. Dan saya usir mereka dari sisi tempat tidur saya. Mereka semua berkumpul dekat pintu. Mereka tidak tahu harus melakukan apa, dan suster senior cuma bertanya apa yang saya rasakan saat itu. Padahal napas saya sudah terhenti beberapa menit, dan saya cuma bisa menunggu maut. Saat itu saya sudah tidak mampu bicara lagi. Saya hanya tersenggal-senggal dengan mata menatap ke langit-langit.
Saya cuma bisa menggunakan pikiran saya. Dan dengan pikiran itu, saya mencoba berkomunikasi dengan Tuhan di akhir hidup saya. "Tuhan Yesus, saya percaya kepadaMu. Tolong saya Tuhan. Tambahkan hidup saya, jangan saya dipanggil sekarang. Beban Lisa sangat berat bila saya tinggal sekarang". Saya terus-menerus melontarkan pikiran seperti itu, minta Tuhan menambahkan usia saya.
Di sisi kiri atas saya, rasanya sudah terbuka sebuah dunia lain. Penuh kegelapan. Saya berpikir ini mungkin lorong orang mati. Saat itu pikiran saya yang merongrong, datang kembali. Apakah saya ini adalah musuh Tuhan ? Apakah saya akan dihukum di hadirat Tuhan ? Tuhan ampuni saya, saya tidak mau mati saat ini, ampuni dosa-dosa saya Tuhan.
Gelisah menghadapi kematian menghantui saya. Rasanya dunia yang satu lagi, yaitu dunia orang mati, sudah terbuka. Dan saya mulai dapat melihat dunia yang samar-samar itu.
Entah mulai kapan, saya merasa ada Orang yang sedang menghampiri saya dari sisi atas kanan. Orang-orang di ruangan itu pasti tidak melihat apa yang saya lihat. Saya memicingkan mata, sambil masih tetap melihat ruangan di RS UKI, saya melihat siluet terang Seorang yang berambut panjang seperti orang barat. Bagian wajahNya gelap, saya tidak bisa lihat, tapi sisi luar mukaNya terang sekali. Seluruh diri saya, pikiran saya dan jiwa saya tiba-tiba TAHU bahwa yang datang adalah Tuhan Yesus sendiri. Entah bagaimana saya dilimpahi pengetahuan bahwa itu Tuhan, tidak salah lagi. Tapi yang pasti saya langsung TAHU bahwa itu DIA. Dan saya bicara dengan Dia dengan pikiran.
Saat itu saya tidak merasa takut. Heran sekali. Tadinya saya takut mati, dan takut dihukum Tuhan. Tapi sekarang, muka bertemu muka, sepertinya biasa saja. Tidak takut apa-apa.
"Pikiran" Tuhan mengatakan kepada saya bahwa saya harus mengucapkan Iman saya di depan orang-orang ini [keluarga, suster dan dokter]. Saya harus mengakui bahwa saya ada masalah dengan iman saya yang tidak percaya kepada Tuhan.
Saya menjawab "pikiran" Tuhan dengan "pikiran" saya. Dan herannya, saya saat itu sangat kurang ajar ketika bicara dengan Tuhan. Kata saya -- Tuhan, memang saya sekarang nggak bisa ngomong, napas tinggal satu-satu, leher tercekik maut. Tapi kalau saya katakan bahwa saya melihat Tuhan, dan mengaku iman, mereka akan menyangka saya sudah gila.
Jadi saat itu saya diam saja, sambil merasakan sakit di leher, dan napas yang sudah hilang beberapa menit lalu. Saya lebih takut dibilang gila daripada mengerjakan perkataan Tuhan. Tuhan masih menatap saya, dan tiba-tiba wajah Tuhan naik ke atas, perlahan-lahan meninggalkan saya.
Jiwa saya mengatakan bahwa saya dalam bahaya!. Saya baru menolak Tuhan!. Tangan kanan saya, saya acungkan ke atas berusaha menahan Tuhan naik ke atas. Istri saya dengan bingung, melihat saya menggapai-gapai udara seperti sedang mengambil sesuatu.
Dengan tenaga terakhir, saya nekat mau mengaku iman saya di depan semua orang ini, dan di depan Tuhan juga. Biar deh dianggap gila, itu masalah belakangan. Dan akhirnya saya bangun di atas tempat tidur.
"Dokter !", teriak saya. Heran juga, kenapa tiba-tiba cekikan leher ini agak merenggang sedikit, sehingga saya bisa bernapas dan bicara. Saya lihat wajah siluet Tuhan Yesus berpindah ke sisi kiri saya. Saya bingung mau bicara apa ? Saya diam. Dan semua orang menunggu saya.
Tiba-tiba saya melihat dekat wajah Tuhan Yesus, ada tulisan di udara [dalam bahasa Indonesia]. Ternyata Tuhan membantu saya untuk mengucapkan kata-kata. "Dokter, saya punya masalah dengan iman. Selama ini saya tidak percaya bahwa sudah selamat".
Semua melihat saya dengan bingung. Saya melanjutkan, "Saat ini Tuhan Yesus sedang berdiri di dekat saya. Dokter harus percaya. Tuhan menuliskan apa yang saya harus ucapkan". Saya melihat Tuhan Yesus menulis sesuatu yang merupakan ujian bagi kehadiran diriNya. "Tuhan tahu dokter tidak percaya, karena itu pikirkan satu kata di dalam hati anda dan saya akan mengucapkan apa yang anda pikir".
Tiba-tiba saya melihat di dada dokter jaga itu ada tulisan melayang bertuliskan "doa" dan pada saat yang bersamaan saya melihat di dada adik saya Ferdy ada tulisan "kakak saya sudah gila".
Saya katakan, "dokter baru berpikir DOA. Dan dik Ferdy berpikir bahwa saya sudah gila, benar tidak dik ?". Ferdy ketakutan, dan menjawab "nggak kok mas". Saya bantah, "Dik, saya baca sendiri pikiran kamu, Tuhan yang menunjukkan pada saya". Akhirnya dia mengaku, "benar mas, saya pikir mas gila".
Saya merasa orang-orang disitu sudah yakin akan kehadiran Tuhan Yesus yang tidak kelihatan oleh mereka. Saya melanjutkan membaca tulisan yang diberikan Tuhan Yesus. "Saya mau mengaku iman saya". Demikian saya membaca satu persatu bayangan tulisan itu. "Saya mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, dan MUNGKIN saya sudah diselamatkan". Padahal Tuhan tidak mengatakan MUNGKIN, tapi saya sengaja menambahkan kata itu dalam pengakuan iman saya. Sebab pemikiran tidak selamat itu masih menghantui saya.
Akibatnya sangat dahsyat, leher saya rasanya dicekik kembali dengan kuat oleh kuasa maut. Rupanya saya nggak boleh mengatakan MUNGKIN, tapi SUDAH !. Maka segera saya meralat, "SAYA SUDAH DISELAMATKAN". Dan leher saya bebas bernapas kembali. Berarti saya sudah mengucapkan maksud Tuhan dengan benar.
Lalu ada perkataan Tuhan lagi yang harus saya ucapkan, "Dan saat ini saya SUDAH sembuh !". Maka siluet wajah Tuhan Yesus menghilang. Saya ambruk ke tempat tidur, dan berkeringat deras sekali. Dokter jaga lalu memberikan suntikan penenang di paha kanan saya. Istri saya menanyakan keadaan saya seperti sedang bicara kepada orang yang tidak waras. Situasi menjadi aneh sekali. Tapi sekarang saya sudah tidak tercekik lagi.
Terima kasih Tuhan. Saya hidup lagi !.
Maka saya segera tidur, sambil badan tetap berkeringat.
---
Esoknya situasi sudah normal. Saya sudah tidak dilihat sebagai orang aneh lagi. Dik Ferdy mengatakan bahwa dia berdoa tadi malam, sebagai bukti kalau memang Tuhan datang -- Ferdy minta saya sembuh hari itu juga dan tidak panas lagi. Dan rupanya terbukti, selama hari itu saya tidak panas dan segar. Dokter Gultom yang tidak tahu kejadian malam tsb, mengijinkan saya pulang Selasa.
Bukti bahwa saya bertemu Tuhan muka dengan muka, dibuktikan dengan kesembuhan mendadak itu. Hasil lab menunjukkan saya tidak kena demam berdarah, tapi mungkin ada virus lain.
PENUTUP
Beberapa hari setelahnya, saya masih diliputi pikiran perjumpaan dengan Tuhan Yesus itu. Saya memuji Tuhan dan bersyukur, berapa orang di dunia ini yang mengucapkan iman langsung di depan Tuhan Yesus ? Saya adalah salah seorang yang sedikit itu. Ini adalah anugerah dari Tuhan yang tidak boleh saya sombongkan.
Dan saya sadar bahwa KETIDAKPERCAYAAN saya akan KESELAMATAN, merupakan hal yang sangat tidak disukai Tuhan. Firman Tuhan di bawah ini tergiang-ngiang di jiwa saya setiap hari :
Matius 10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
Jadi pengakuan iman [sidi] dengan mulut itu sangat penting !. Kita harus berani mengakui Tuhan, maka Tuhan akan mengakui kita di depan Bapa.
Buat teman-teman yang sampai sekarang masih TIDAK PERCAYA bahwa engkau sudah diselamatkan dan pasti masuk surga, padahal sudah percaya kepada Tuhan Yesus-- saya harap pengalaman ini bisa jadi pemikiran buat anda. Jangan sampai engkau menghina Tuhan yang sudah menebus engkau dengan darahNya di kayu salib. Tuhan menebus engkau, dan engkau masih tidak percaya bahwa engkau sudah selamat, artinya engkau sudah menghina Tuhan. Percayalah bahwa ketika engkau percaya kepada Tuhan Yesus, maka detik itu juga engkau sudah selamat dan pasti masuk surga.
Tuhan Yesus memberkati teman-teman sekalian.
oleh : Dwi Malistyo
EmoticonEmoticon