Tak seoranpun yang pernah punya cita-cita terlahir dari rahim seorang wanita panggilan! Tapi itulah yang Umi harus dihadapi sebagai realita hidup. Dengan bantuan dukun kampung, proses kelahiranpun dilakukan, saat itu ibunya masih belum mampu membayar uang kontrakan, maka Umi terpaksa lahir di rumah bordil. Ibunya hanya gadis desa yang tertipu oleh bujuk rayu seorang pemuda, dan saat tahu wanita desa itu hamil, lelaki itu pergi begitu saja.
Umi bertemu Tuhan Yesus secara pribadi, di saat Umi nekat bunuh diri karena tidak mampu lagi menahan hinaan dari teman-teman sekolah dan para tetangganya. Predikat sebagai anak seorang pelacur, membuatnya sulit diterima di masyarakat, bahkan ketika dia pergi ke gerejapun orang memandang dengan rasa jijik. Ada keinginan Umi untuk lari, tapi ke mana? Dia tidak punya saudara dan belum mempunyai ijasah yang cukup untuk bekerja. Kalau dia pergi, artinya dia harus berhenti sekolah, padahal tiga bulan lagi dia akan mengikuti ujian akhir SMU. Dan, jika pergi, bagaimana dengan Ibunya? Dulu sebelum kenal Tuhan Yesus, Umi tidak tahu kemana harus mengadu! Tapi kini Umi tahu, meskipun tak ada orang yang peduli padanya tapi dia punya Yesus. Dia mencoba bertahan, dan berharap suatu saat ibunya siap untuk meninggalkan pekerjaannya serta memulai hidup yang baru. Umi tahu, Tuhan Yesus tidak akan mengecewakan kerinduannya itu… Tuhan ijinkan kita hidup di antara serigala yang jahat dan kelaparan. Bagaimana mungkin seekor domba mampu melawan serigala, jika hanya bermodalkan kekuatannya sendiri? Di saat dalam bahaya, siap diterkam serigala jahat, maka yang dilakukan oleh domba adalah “mengembek”, dengan harapan suaranya terdengar oleh sang Gembala; atau jika masih ada kesempatan untuk menyelamatkan diri, maka si domba akan berlari sekencang-kencangnya! Tapi INGAT! Domba tidak akan pernah berlari menuju orang yang BUKAN GEMBALA-nya, berlari ke seseorang yang tidak dia kenal. Domba mengenal suara Gembalanya. Saat melihat dombanya dalam bahaya, maka si Gembala akan turun tangan untuk menyelematkan si domba dan mengusir serigala yang jahat itu. Sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemiik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai beraikan domba-domba itu.(Yoh 10:12). Kitalah domba itu, dan Yesus adalah Gembalanya. Tuhan Yesus mengijinkan kita berada dalam pergumulan, dalam kesesakan untuk membuat kita berharap domba yang mengembek saat serigala datang, dan berlari mencari Gembalanya. Nasib kita mungkin lebih baik dari Umi, mempunyai keluarga, punya pendidikan yang baik, punya pekerjaan yang baik, bahkan punya kehidupan materi dan sosial yang lebih dari cukup. Tapi hidup kita seperti domba di tengah-tengah serigala.Kita menjadi domba yang tidak mengenal siapa Gembalanya. Kita mengembek ke sana-kemari, kita berlari ke sana kemari, TABRAK SANA-TABRAK SINI, dan karena lelah dan PUTUS ASA, kita STOP pada Gembala yang salah. Sahabat, mari kita sama-sama belajar untuk mengenal Gembala kita yang Agung! Jangan sampai, ketika masalah datang, kita lari ke Gembala yang salah, yang membawa kita semakin jatuh dalam jurang yang dalam. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yoh 10:14). Akulah gembala yang baik, Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. (Yoh 10:11)
Kau bukan Tuhan, yang melihat rupa. Kau bukan Tuhan, yang memandang harta. Hati hamba yang slalu Kau cari, biar Kau temukan di dalamku. Slama kuhidup, kumau menyembah-Mu. Sbab Engkau sangat berarti bagiku. Yang terbaik, yang ada padaku, kupersembahkan kepada-Mu…Yesusku.
EmoticonEmoticon