Berikut adalah kebohongan yang sering dilontarkan para karyawan.
1. “Beres, Pak!”
Dalam pekerjaan, tak mungkin kita tak menemui kendala. Pasti ada suatu waktu kita tak bisa menemukan jalan keluar. Amat bisa dipahami ketika atasan yang seakan memiliki moto, “Datang pada saya dengan solusi, jangan dengan masalah!” membuat karyawannya ketakutan sebelum memasuki kantornya. Karena itu, untuk memuaskan atasan, karyawan seringkali berbohong ketika menghadapi masalah. Mereka bisa mengatakan bahwa segalanya beres, padahal keadaan sedang karut-marut. Jalan keluarnya, usahakan untuk berterus terang. Jika tak bisa terus terang dengan atasan, katakan pada rekan kerja, yang mungkin bisa membantu Anda. Jelaskan penyebab munculnya keadaan tersebut, dan Anda butuh bantuan untuk menemukan solusi keluar dari keadaan ini.
Ketika Anda terus berbohong, dan bertingkah seakan tak ada yang salah, segalanya mungkin terlihat lancar. Namun begitu tiba tenggat waktu, terlihat bahwa segalanya tidak berjalan semestinya. Lalu seperti apa reputasi Anda saat itu?
2. “Dengan senang hati.”
Tak semua pekerjaan itu menyenangkan. Ini adalah pelajaran yang kita semua pahami sejak kecil. Mungkin Anda terbiasa tersenyum dan terus melaksanakan tugas-tugas yang dilimpahkan. Anda harus bisa menyeimbangkan antusiasme dan keinginan untuk membuat bos senang, dengan kejujuran. Jika bos Anda memberikan tugas yang akan menyiksa, Anda mungkin tak bisa melarikan diri. Tetapi jika Anda terus mengatakan, “Dengan senang hati, Pak,” maka bos Anda akan berpikir tugas yang dilimpahkan kepada Anda adalah pekerjaan yang Anda sukai.
3. “Maaf, kena macet.”
Ya, semua juga tahu, Jakarta bukan hanya ibu kota Indonesia, tapi juga ibu kota negara kemacetan. Namun, bukan berarti Anda bisa terus berbohong soal itu dan menjadikannya kebiasaan. Jika Anda akan terlambat, hadapi! Anda mungkin berpikir bahwa mengakui Anda telat karena kesiangan sama saja bunuh diri. Kecuali Anda punya bos segalak naga, sesekali terlambat karena kesiangan akibat semalaman menyiapkan presentasi pasti dimaklumi. Semua orang pernah mengalaminya.
Jika Anda harus berbohong karena Anda selalu terlambat ke kantor, maka tak akan ada yang percaya lagi. Entah macet, alarm tidak bunyi, ada wanita melahirkan di kereta, atau segudang alasan lainnya, jika terlalu sering terucap dari Anda, tak akan ada yang peduli.
4. “Saya juga berpikir begitu.”
Tak ada yang suka penjilat. Bahkan bos pun tak suka. Jadi, jangan coba mendapatkan simpati orang dengan menyetujui segala yang ia katakan. Bisa jadi Anda tak akan memiliki ide tersebut, karena jika ya, Anda pasti sudah mengatakannya. Begitu pula dengan ide dari rekan sekerja. Sependapat dengan mereka, sekaligus mendukung ide mereka adalah hal yang mengagumkan. Namun jika berpura-pura menciptakan ide tersebut bersama, dan ingin kecipratan pujian atas ide tersebut, itu hal yang tercela. Ketika Anda berada di posisi pemberi ide, tiba-tiba ada orang yang ikut-ikutan menyatakan bahwa itu adalah idenya juga, Anda pasti tak mau, kan?
5. “Nanti kita ketemuan, ya!”
“Kapan-kapan kita ketemuan, makan siang bareng, ya?” Di dalam bisnis, bertemu dengan orang-orang yang sebenarnya tak ingin Anda temui adalah hal yang wajar. Anda tak mungkin mengatakan kepada mereka bahwa Anda tak ingin makan bersama mereka, atau mengutarakan bahwa Anda tak ingin bertemu dengannya. Jadi, untuk "kebohongan" ini bisa dimaafkan demi menjaga hubungan baik.
Namun, tak ada salahnya mempertimbangkan benar-benar saat mengucapkan janji ini. Anda tak pernah tahu kapan seseorang memiliki ide atau kontak yang bisa menguntungkan untuk Anda. Terburuknya, Anda akan mendengarkan cerita membosankan sambil makan siang. Sisi baiknya, Anda akan punya hubungan yang lebih dalam dan bisa membantu bisnis. Siapa tahu ternyata orang itu sebenarnya menyenangkan untuk dijadikan teman.
EmoticonEmoticon