Seorang Penelepon Yang Anonim

Pada suatu hari Sabtu malam, seorang pendeta sedang bekerja lembur di kantornya dan ingin menelpon istrinya sebelum ia pulang. Saat itu sudah kurang lebih pukul 10.00 malam. Namun, istrinya tidak menjawab telponnya.

Pendeta itu membiarkan telponnya berdering beberapa saat. Ia merasa heran bahwa isterinya tidak menjawab. Ia kemudian bergegas untuk pulang, namun sebelumnya ia mencoba untuk menelpon lagi. Kali ini istrinya langsung menjawab. Ia bertanya, mengapa ia tidak menjawab telpon sebelumnya? Istrinya mengatakan bahwa ia tidak mendengar telponnya berdering.

Esok harinya pendeta itu menerima telpon di kantornya dari seorang yang tak dikenal. Orang itu menanyakan mengapa si pendeta itu menelponnya pada Sabtu malam itu? Pak pendeta pada mulanya tidak mengerti apa maksud penelpon itu.

Penelpon itu mengatakan, “Telponku berdering-dering, tetapi aku tidak mengangkatnya!” Pendeta kemudian baru ingat akan kejadian Sabtu malamnya dan memohon maaf akan kecelakaan kecil itu karena ia merasa mengganggu penelpon itu sambil menjelaskan bahwa ia sebenarnya ingin menelpon istrinya di rumah.

Penelpon itu menjawab, “Ah, tidak mengapa. Aku ingin menceritakan sesuatu yang aneh kepadamu. Aku pada Sabtu malam itu sebenarnya ingin bunuh diri. Namun, sebelum melakukannya, aku berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, bila Engkau berada di sini dan tidak mengizinkan aku akan melakukan bunuh diri, tolong aku diberi suatu tanda, Tuhan”

“Tidak lama setelah itu, telponku berdering. Aku melihat pada ID penelponnya dan membaca, “Tuhan Mahakuasa”. Aku tidak berani mengangkat telponnya.”

Alasan mengapa di ID penelpon itu tertera tulisan “Tuhan Mahakuasa”, adalah karena pendeta itu bekerja di jemaat yang bernama Jemaat Tuhan Mahakuasa!

Previous
Next Post »