Cecep

Cecep yang berusia 12 tahun tinggal bersama ayahnya di sebuah desa. Ibunya meninggal sejak ia masih kecil. Selama ini ayahnya yang bekerja untuk menghidupi keluarga. Suatu saat mereka memutuskan untuk migrasi ke desa lain, untuk mencari peruntungan. Mereka memiliki seekor keledai yang sudah sangat kurus karena kehidupan mereka yang kekurangan.

Pada hari mereka akan meninggalkan desa itu, mereka membawa sedikit barang yang mereka miliki dan meletakkannya di atas punggung keledai itu. Lalu mereka berangkat dengan menunggangi keledai mereka. Saat melewati sekumpulan ibu-ibu yang sedang menjemur pakaian, mereka mendengar ibu-ibu itu berkata, “Keledai sudah kurus seperti itu masih ditunggangi oleh dua orang dengan barang-barang, sungguh tidak punya perasaan.” Kemudian ayah Cecep turun dan membiarkan anaknya yang duduk di atas keledai.

Ayahnya ingin mengucapkan salam perpisahan kepada teman-temannya yang sedang bekerja di sawah, tetapi beberapa dari mereka ada yang mencibir, “Anak tidak tahu diri, membiarkan ayahnya yang sudah tua berjalan kaki.” Kemudian Cecep turun dari keledai dan membiarkan ayahnya yang menunggangi keledai itu.

Saat Cecep ingin mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya di sekolah, beberapa dari teman-temannya berkata, “Punya bapak tapi tidak punya belas kasih, tega membiarkan anaknya yang berjalan, sendirinya enak-enakan duduk di keledai.” Kemudian mereka berdua pun turun dan menggiring keledai mereka berjalan.

Ketika mereka sudah hampir tiba di perbatasan desa, mereka bertemu dengan seorang tua yang sedang duduk, lagi-lagi mencibir mereka, “Dasar bodoh, buat apa punya keledai tapi tidak ditunggangi.”

Renungan :
Kita tidak bisa melarang orang-orang disekeliling kita, bahkan teman-teman kita untuk berhenti membicarakan tentang kita. Hal yang baik maupun yang buruk. Kamu pasti lelah seperti Cecep dan bapaknya. Tetapi kita cukup punya Tuhan yang memberikan kita hikmat unutk menuntun kita dalam keadaan apapun. Dia yang meluruskan jalanmu.

Previous
Next Post »