Dua puluh tujuh tahun yang lalu aku sakit. Alasan mengapa aku begitu ingat peristiwa itu adalah saat sakit itu telah menyebabkan aku untuk memilih calon istriku. Sebelumnya ia hanya seorang teman yang baik, tetapi karena ia datang ke apartemenku, membawakan obat-obatan dan membuatkan sarapan untuk aku, untuk pertama kalinya aku berpikir, “Suatu hari nanti ia akan menjadi seorang istri yang hebat buat seseorang.”
Aku mengajaknya pergi makan di Nashville, Tennessee untuk membantuku sembuh dari flu. Setelah itu kami menjadi teman yang lebih dekat dari sebelumnya, tetapi belum terpikirkan olehku tentang pernikahan. Beberapa bulan kemudian sewaktu aku akan mengambil pekerjaan baru di Atlanta, Cathy, nama wanita itu, membantuku mengemasi barang-barang dan siap untuk berangkat. Kami melewati hari yang menyenangkan dan makan siang bersama-sama. Menjelang hari akhir itu, aku melihat tetesan air mata mengalir dari mata Cathy, membuatku bertanya apa yang terjadi.
Ia berkata, “Aku tak tahu apakah aku bisa hidup tanpamu, kamu adalah sahabatku.” Aku menjawabnya, “Aku tahu, akupun memikirkan hal yang sama.” Hari itu juga kami memutuskan untuk menikah. Kami masih melewati banyak masa sulit, tapi kami masih tetap bersahabat!
Ketika aku mengajar di kelas kesehatan keluarga dan membicarakan mengenai pernikahan, aku selalu menceritakan ini. Murid-muridku tampaknya menyukainya karena mereka belajar untuk pertama kalinya bahwa memberi, berbagi, dan saling memperhatikan satu sama lain adalah hal yang sangat penting di dalam kehidupan, sedangkan seks, penampilan, materi, dan hal-hal lainnya hanya bersifat sekunder.
Oh ya, Cathy dua belas tahun lebih muda dariuk, dan dia sangat cantik. Dia adalah anugrah terbesar kedua setelah keselamatan. Dan aku bersyukur, karena aku sakit 27 tahun yang lalu. Ada hal-hal yang tampaknya buruk menimpa kita, tetapi Tuhan memiliki agenda-Nya sendiri dalam hidup kita. Ia bisa membuat sungai di pada belantara.
EmoticonEmoticon