Pagi ini aku terbangun dari tidurku dan melompat dari tempat tidur karena aku sudah terlambat. "Oh, aku kesiangan lagi!" begitu gerutuku dalam hati. Aku segera mandi dan bersiap-siap ke kantor.
Ketika aku akan berangkat, aku teringat aku belum berdoa, maka ku segera berlutut dan berdoa secepat mungkin. Yang penting aku sudah berdoa, begitu pikirku dalam hati. Dan aku segera pergi ke kantor dan segera disibukkan dengan puluhan pekerjaan dan melupakan what happended this morning.
Puluhan caci maki dan kekesalan melandaku hari ini di kantor. Rekanku yang tidak menyenangkan itu bikin puluhan kekesalan melanda hati. Belum lagi si boss yang sok tahu, dan bikin semuanya makin mendidih. Aku kesal sekali hari ini dan ingin melemparkan semua yang ada dihadapanku dan menghantamkannya ke wajah orang-orang itu.
Aku pusing sekali. Kurebahka n kepalaku yang berdenyut-denyut dan tak sadar ku tertidur. Dalam tidurku, aku melihat diriku menghadap Tuhan dan memohon pertolonganNya. Namun Tuhan menjawabku, "AnakKu, setiap pagi kau selalu datang padaKu dengan terburu-buru. Bahkan sampai Aku tidak sempat untuk menuliskan namamu. Dan setiap kali Aku mendengar permintaanmu, Aku ingin mengabulkannya untukmu. Namun, maafkan Aku anakKu, aku tidak
punya waktu untukmu saat itu."
Aku tersentak dan terbangun. Hatiku teriris pedih dan mataku terasa panas dan berkaca-kaca. Oh, Tuhan, sebegitu jauhnya kah aku dari diriMu? Aku segera berlutut dan menghaturkan sebuah doa, sebuah doa permintaan maaf. Sebuah doa yang tidak terburu-buru. Sebuah doa yang membuat hatiku tenang, dan melupakan dering telepon dimejaku. Tuhan, aku meluangkan waktu untukMu, untuk berbicara padaMu, dan bercerita padaMu. Maafkan aku karena telah terburu-buru padaMu.
Ketika aku akan berangkat, aku teringat aku belum berdoa, maka ku segera berlutut dan berdoa secepat mungkin. Yang penting aku sudah berdoa, begitu pikirku dalam hati. Dan aku segera pergi ke kantor dan segera disibukkan dengan puluhan pekerjaan dan melupakan what happended this morning.
Puluhan caci maki dan kekesalan melandaku hari ini di kantor. Rekanku yang tidak menyenangkan itu bikin puluhan kekesalan melanda hati. Belum lagi si boss yang sok tahu, dan bikin semuanya makin mendidih. Aku kesal sekali hari ini dan ingin melemparkan semua yang ada dihadapanku dan menghantamkannya ke wajah orang-orang itu.
Aku pusing sekali. Kurebahka n kepalaku yang berdenyut-denyut dan tak sadar ku tertidur. Dalam tidurku, aku melihat diriku menghadap Tuhan dan memohon pertolonganNya. Namun Tuhan menjawabku, "AnakKu, setiap pagi kau selalu datang padaKu dengan terburu-buru. Bahkan sampai Aku tidak sempat untuk menuliskan namamu. Dan setiap kali Aku mendengar permintaanmu, Aku ingin mengabulkannya untukmu. Namun, maafkan Aku anakKu, aku tidak
punya waktu untukmu saat itu."
Aku tersentak dan terbangun. Hatiku teriris pedih dan mataku terasa panas dan berkaca-kaca. Oh, Tuhan, sebegitu jauhnya kah aku dari diriMu? Aku segera berlutut dan menghaturkan sebuah doa, sebuah doa permintaan maaf. Sebuah doa yang tidak terburu-buru. Sebuah doa yang membuat hatiku tenang, dan melupakan dering telepon dimejaku. Tuhan, aku meluangkan waktu untukMu, untuk berbicara padaMu, dan bercerita padaMu. Maafkan aku karena telah terburu-buru padaMu.
EmoticonEmoticon