Cermin

Seringkali orang merasa bahwa kesuksesan seseorang diukur dari kemantapan segi luarnya. Orang-orang yang tidak diperhitungkan oleh dunia malah memberikan kontribusi yang luar biasa. Demikianlah, orang menjadi terkejut karenanya. Dalam keluarga, jika ada salah satu anggota keluarga mengalami cacat mental atau cacat badan, malah dicintai secara ekstra oleh kedua orang tuanya. Dalam permenungan selanjutnya, ada seorang ibu yang berdoa demikian, “Tuhan, terima kasih atas kemurahan tangan-Mu, Engkau memberikan seorang anak yang cacat mental, sehingga kami menjadi lebih sabar dan peka terhadap kebutuhan anak kami.”  Seorang anak – bagaimanapun juga – adalah titipan Tuhan untuk keluarga tersebut. Memperhatikan seorang anak yang mempunyai kekurangan, berarti pula secara tidak langsung sebagai ibadah.

Dalam sejarah Inggris pernah tercuat kisah Pangeran Johnnie. Tahun 1910, salah satu dinasti yang paling berkuasa di seluruh dunia, berpusat di Kerajaan Inggris lahirlah pangeran Johnnie. Anak yang penuh kasih, pengertian dan humoris. Johnnie telah menjadi saksi mata dalam beberapa kejadian yang sangat berharga dalam sejarah. Sewaktu bayi, dia kelilingi oleh pemimpin hebat Raja Edward ke VII dan Ratu Alexandra pada puncak kekuasaan imperialis Inggris. Tetapi saat perang besar datang, ayahnya  yang baru bertahta, George V dan ibunya Ratu Mary terlibat dalam dunia perselingkuhan dan tidak sempat melihat anaknya bertumbuh kembang. Ahli medis menyatakan bahwa dia mengidap sakit ayan dan keterbelakangan mental dan hal ini merupakan aib bagi keluarga.  Saat daratan Eropa berubah untuk selamanya, Johnnie dipelihara oleh Lala, seorang juru rawat yang setia dalam rumah pertanian yang terletak jauh di pedalaman di kawasan Sandringhan. Ia mendedikasikan hidupnya kepada anak ini dan dia mencoba untuk mengingatkan kerajaan Inggris bahwa Johnnie dari hati yang terdalam adalah pangeran yang sejati.

Kisah tersebut di atas hendak memberikan pelajaran kepada kita bahwa apa pun yang terjadi dalam kehidupan manusia itu mempunyai arti. Tidak ada sesuatu ciptaan di dunia ini yang tidak memiliki tujuan. Bahkan planton di samodra yang keberadaannya tidak diketahui oleh manusia dan hidupnya amat pendek juga memiliki tujuan hidup. Manusia, meskipun memiliki ketidaksempurnaan, bisa menjadi penyempurna bagi yang lain. Demikianlah orang tidak boleh merasa diri sebagai superman, karena setiap manusia pasti memiliki sisi gelapnya.  Dalam dunia pewayangan sangat nyata. Para ksatria adalah orang-orang yang tampan, pandai berperang bahkan boleh dikatakan mewakili kesempurnaan. Tetapi di dalam pengembaraannya di dunia, ada pendamping yang disebut sebagai ponokawan yang artinya kawan-kawan yang bisa  memahami. Mereka adalah orang-orang yang jelek, kampungan, bicara apa adanya dan mewakili kaum rendahan.  Tetapi di situlah sebenarnya, para ponokawan yakni Semar, Gareng, Petruk dan Bagong adalah lentera dan penerang ketika para ksatria masuk di dalam alas gung liwang-liwung, hutan yang penuh dengan jebakan dan kompleks. Problem solver atau pemecah masalah ada dalam diri para ponokawan, yang tidak dilirik oleh dunia sekitar.  Pendamping setia yang tidak kelihatan itu ada dalam diri kita sendiri yang nyata dalam bentuk hati nurani. Kisah Pinoccio melukiskan bahwa hati nurani itu berwujud dalam bentuk jangkrik. Jangkrik kecil yang tidak mempunyai arti apa-apa, ternyata menjadi kemudi dalam mengendalikan Pinoccio untuk mencapai kesempurnaan. Tanpa jangkrik  -  si pembisik itu - maka tidak akan ada perubahan dalam hidup. Pedamping untuk menuju kesempurnaan tidak harus nampak hebat dan luar biasa, tetapi sederhana dan barangkali malah tidak kelihatan (belakang layar).

Orang-orang yang terbuang, tidak seyogianya kita singkirkan, melainkan bisa kita jadikan cermin. Orang yang terbuang  biasanya akan mendapat simpati bagi banyak orang. Lihat saja bagaimana Lady Diana mendapat simpati dari pelbagai pihak lalu  mendapat gelar Ratu di hati masyarakat. Sang Putri dibuang oleh Ibu Suri dan diceraikan oleh Pangeran Charles, sehingga dunia menerimanya sebagai pribadi yang memesona. Kematiannya yang tragis menumbuhkan ratap tangis dunia dan ucapan bela sungkawa tidak terhitung banyaknya mengalir ke Istana. Batu sendi yang dibuang oleh tukang bangunan kini menjadi batu penjuru. Dengan melihat mereka berarti pula kita bisa berefleksi diri. Thomas Levinas, melukiskan bahwa wajah-wajah orang lain yang kita jumpai itu sebenarnya adalah mereka yang membutuhkan pertolongan kita. Lewat bahasa tubuh  dan keluhan-keluhan  tentang ketidakadilan, dapat dipastikan bahwa mereka menjadi cermin bagi kehidupan kaum the haves (orang kaya raya)  atau stakeholder (pemegang kebijakan).  Kaum marginal, bagaimana pun juga sebagai pribadi yang yang harus diakui eksistensinya. Suara serta jeritan mereka yang kadang tidak terdengar  adalah suara kejujuran yang bisa menjadi cerminan bagi golongan kaum berada. Manusia diciptakan untuk hidup dalam keseimbangan. Kalau manusia memutuskan salah satu tali keseimbangan tersebut, maka akan terjadi bencana. Cermin dipakai untuk berefleksi, apakah selama ini kehidupan telah berjalan seimbang dan  tanpa merugikan orang lain.

Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
March 5, 2022 at 5:19 AM delete

TITONIC LEGEND - titanium legs | TITONIC STORE
TITONIC titanium spork LEGEND. The TITE Sports microtouch titanium trim walmart Book was built in 2019 to provide the titanium aura quartz best betting experience possible for columbia titanium pants all titanium jewelry piercing T-Mobile players.

Reply
avatar