Everyday Is CHRISTMAS

Setiap Tahun di Bulan Desember kita selalu disibukkan dengan perayaan Natal. Persiapan untuk natal bukan hanya dilakukan oleh orang Kristen dan Gereja saja, tapi oleh semua orang dan pusat perbelanjaan, bahkan sampai Ikan Hiu pun merayakan Natal di Sea world.

Apakah Natal hanya sekedar pesta dan perayaan? Natal sekarang indentik dengan baju baru, sepatu baru, dan lain-lain, sehingga tidaklah mengherankan jika banyak pusat perbelanjaan menawarkan “Christmas Sale” dan berbagai macam promosi untuk menarik orang berbelanja. Apakah Natal harus penuh dengan kemewahan?

Ketika Natal pertama kali dilakukan adalah suatu natal yang sederhana. Bukan Maria dan Yusuf tidak mampu, sehingga memilih sebuah kandang dan palungan untuk istri dan anaknya. Atau apakah Allah tidak mampu memilih “Maria” lain yang merupakan seorang puteri Raja atau bangsawan, sehingga Yesus sebagai Putra Allah mendapatkan tempat yang lebih layak. Namun Natal melambangkan suatu sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban atau memberi untuk orang lain.

Ketika Natal kita mengetahui makna Natal adalah waktu memberi bagi orang lain. Apakah yang telah kita berikan, untuk sesama kita dan Tuhan? Ada tiga hal yang patut kita pikirkan dalam hal “memberi” yakni berikan dirimu kepada Tuhan, yang kedua berikan dirimu kepada sesamamu, dan yang ketiga adalah memberi harta kita untuk orang lain.

Pertama Berikan dirimu untuk Tuhan. Tujuan utama Kristus lahir di dunia ini adalah memberikan keselamatan bagi orang yang percaya pada-Nya. Ketika kita menjadi “orang-orang yang diselamatkan”, namun tidak menyerahkan diri kita sepenuhnya untuk “dipakai” oleh Tuhan, maka apa artinya keselamatan yang kita peroleh. Natal melambangkan sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban untuk orang lain. Sudahkah kita dengan sikap rendah hati dan rela untuk dibentuk oleh Tuhan terlebih dahulu, sehingga kita dapat “dipakai” oleh-Nya untuk orang lain bagi kemuliaan nama-Nya?

Kedua Berikan dirimu Kepada sesamamu. Seringkali kita sebagai orang Kristen menjadi seorang yang egois, yang tidak pernah “memberikan” keselamatan yang kita peroleh untuk orang lain. Jangankan untuk orang lain, untuk saudara seimanpun kita seringkali terlalu egois. Tidak pernah menjadi sahabat bagi saudara seiman kita. Terlalu banyak pertimbangkan untuk bersahabat, padahal dia adalah saudara seiman. Terlalu banyak orang merasa kesepian dan hampa di sekitar kita, termasuk dalam gereja dan Lingkungan dimana kita berada. Ingat natal adalah melambangkan suatu sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban atau memberi untuk orang lain. Sudahkah kita melakukannya, walaupun itu adalah orang yang paling kita benci?

Ketiga memberi harta bagi orang lain. Natal adalah moment yang tepat untuk memberi, namun seringkali orang terjebak dengan moment. Jika bukan Natal, jarang sekali kita orang Kristen mau memberi. Padahal begitu banyak orang-orang yang mengalami kemiskinan dan kesusahan, yang memerlukan bantuan anda tidak hanya di Hari Natal saja. Ketika kita diberikan sedikit harta duniawi, sudah kita menyisihkan sedikit untuk mereka yang susah ? Saya jadi teringat dengan kata-kata pengemis kecil dalam bis, Gope (500) dan Ceceng (1000) tidak membuat anda menjadi miskin. Sudahkah kita mempunyai hati yang tulus dalam memberi?

Marilah Kita jadikan moment Natal tahun ini, membuat kita memikirkan kembali makna Natal dan sesungguhnya, dan biarlah di tahun ini Natal itu lahir dalam hati kita semua. Biarlah Kita menjadikan diri kita “hadiah Natal” terindah buat orang lain, dengan kehadiran kita sebagai sahabat dan melalui harta yang kita miliki , bukan hanya di Hari Natal. Namun setiap hari dalam hidup kita adalah natal untuk orang lain.

Previous
Next Post »