Seorang Sarah

Pada pertengahan Desember yang dingin dan berangin, Sarah berjalan dengan agak tergesa-gesa menuju ke penampungan umum, sebuah tempat dimana dia dan 2 orang anaknya yang kecil menyebutnya sebagai rumah selama tiga bulan terakhir. Dia baru saja pulang dari tempat kerjanya.

Selama lima hari terakhir, Sarah sangat beruntung dapat menemukan pekerjaan. Meski bukan pekerjaan yang memberikan uang cukup baginya. Tetapi dia merasa senang karena dia dapat bekerja. Jaman sekarang adalah tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan yang tetap dan gaji yang besar, hanya dengan bermodalkan ijazah SMA.

Bahkan hal itu akan semakin sulit jika anda adalah seorang wanita dan seorang ibu tunggal serta tidak mempunyai alamat tetap. Sarah bekerja paruh waktu sebagai pencuci piring di sebuah 'café'. Dan itu juga bukan pekerjaan yang tetap. Karena Sarah menggantikan tempat seorang pegawai yang sedang sakit.

Dan hari ini merupakan hari yang terakhir untuk Sarah bekerja menggantikan orang tersebut. Tetapi selama lima hari ini Sarah dapat memberi kedua anaknya makanan yang hangat dan cukup. Dan untuk sekarang, hal itu lebih dari apa yang dia inginkan.

Sarah berjalan menuju ke penampungan umum itu, kedua anaknya sedang menunggunya dengan perut yang kosong, dia memperhatikan keadaan sekitarnya banyak orang yang berlalu lalang tidak seperti biasanya. Karena Hari Natal akan tiba sebentar lagi.

Jalanan penuh sesak dengan orang-orang yang keluar masuk dari toko satu ke toko lainnya berbelanja untuk hari Natal. Sarah teringat bahwa dua tahun yang lalu, seperti waktu ini, dia juga sangat sibuk berbelanja untuk Natal.

Sarah dan suaminya berpergian bersama beberapa hari untuk mencari hadiah yang tepat bagi anak-anaknya. Semua tampaknya berjalan dengan baik. Sarah menjaga kedua orang anaknya dan rumah, sementara suaminya sibuk bekerja memperbesar usahanya.

Uang mengalir begitu mudahnya waktu itu.
Anak-anak suka dengan hadiah yang mereka terima. Merek berempat merayakan kebaktian Natal di gereja. Dan menyalami banyak orang yang bersama-sama memperingati kelahiran sang Juruselamat yang menjelma menjadi seorang bayi Yesus.

Tepat pada malam Tahun Baru, ketika Sarah dan suaminya pulang mengendarai mobil dari sebuah pesta, di sebuah perempatan jalan..tiba-tiba... sebuah mobil 'sport' menabrak samping mobil mereka tepat pada bagian pengemudi...dimana suami Sarah menyetir.

Sarah mengalami luka-luka kecil, tetapi suaminya mengalami pendarahan otak yang hebat. Dan...suaminya...tidak pernah bangun kembali... Sarah tidak pernah dapat melupakan siang hari yang dingin itu...ketika mereka meletakkan tubuh suaminya....di liang kubur.

Beberapa bulan kemudian, usaha suaminya ditutup, rumah mereka disita oleh bank. Dalam duabelas bulan, mobil mereka dan alat-alat perabot mereka terjual. Dan tiga bulan yang lalu, Sarah dan kedua anaknya diusir dari apartemen mereka. Lima bulan sewa tak terbayar. Semenjak itu mereka tinggal di penampungan umum.

Sarah tetap berjalan, dan dia berhenti pada depan sebuah toko perabot rumah. Didalam toko tampak sebuah televisi besar, seperti yang pernah dipunyainya dulu, menyiarkan sebuah acara mencari dana untuk hari Natal. Dengan menampilkan banyak artis-artis terkenal.

Seorang pengusaha terkenal maju ke depan dan memberikan sebuah 'cheque' dengan tertulis 5 juta dollar kepada panitia. Dan seketika penonton bangkit berdiri dan memberikan tepuk tangan yang panjang. Satu demi satu, pengusaha, bintang film, penyanyi, politikus maju kedepan dan menyumbangkan uang yang besar jumlahnya, seperti mereka hendak berlomba siapa yang terbanyak. Penonton pun semakin ramai bertepuk tangan.

Seorang penyanyi mendorong penonton untuk ikut menyumbangkan uang mereka. Lalu penyanyi itu menyanyikan sebuah lagu Natal sampai mengeluarkan air mata. Dengan tak sadar dari mata Sarah keluar air mata pula. Dia teringat ketika dia masih mampu menolong para tetangga yang sedang kekurangan. Tetapi sekarang dia tidak mampu lagi.

Dia tidak tahan untuk menonton lebih lama lagi, dan dengan cepat dia berlalu dari depan toko itu. Dibukanya dompetnya terlihat uang dua puluh dollar, hasil kerjanya siang hari ini. Tidak banyak. Tetapi paling tidak hal itu cukup untuk mengenyangkan dia dan anaknya malam ini.

Ketika Sarah mendekati toko makanan dan hendak masuk ke dalamnya, dia memperhatikan di samping pintu masuk toko, dua anak lelaki kecil, mungkin berumur 10 dan 13 tahun, yang sedang duduk di atas trotoar yang dingin, dengan saling berpelukan. Tubuh mereka terbungkus dengan selimut tua yang kotor. Tetapi selimut itu tidak dapat menutup semua tubuh mereka. Kaki mereka tampak memakai sepatu olahraga yang tidak sepasang. Anak lekaki yang lebih kecil sepatunya berlubang sehingga kelihatan jempol kakinya.

Rambut mereka kotor dan berminyak. Wajah dan kulit mereka tampak sekali kedinginan dalam keadaan yang beku seperti itu. Dan di depan mereka tampak sebuah kaleng kosong. Banyak orang yang keluar masuk dari toko makanan itu tetapi tidak banyak yang memperhatikan kedua orang anak lekaki itu. Sarah mendekati mereka.

Anak lelaki yang lebih besar mendongakkan kepalanya dengan pandangan mata yang sayu. Secara otomatis tangan Sarah membuka dompetnya dan memegang uang 20 dollar miliknya. Sarah termenung sejenak dan berpikir kedua anaknya sedang menunggunya pulang untuk membawa makanan yang hangat malam ini.

Duapuluh dollar tidaklah banyak. Tetapi dengan uang sebesar itu cukup berarti bagi Sarah saat ini. Dan itulah uang hanya dia punya.

Anak lelaki yang besar memeluk adiknya yang kedinginan lebih erat lagi. Kemudian tanpa ragu lagi, Sarah mengambil uang 20 dollar miliknya, dan memasukkan ke dalam kaleng kosong itu. Dan dengan cepat dia berbalik kembali ke penampungan umum tanpa menoleh sekalipun ke arah toko makanan itu.

Dari belakang, Sarah dapat mendengar suara anak lelaki yang lebih besar, membangunkan adiknya "Lihat...uang!" Dan Sarah tetap berjalan menjauh, dengan desiran angin, dia dapat mendengar perkataan anak lelaki yang besar, "Terima kasih..."

Maka malaikat pun bersorak dan Tuhan tersenyum dari surga.

Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." Lukas 21:1-4

Previous
Next Post »