Anakku Adalah murid Tuhan

Semua anakmu akan menjadi murid Tuhan dan besarlah kesejahteraan mereka (Yes 54:13)

Elizabeth memandang Kyle, putranya yang berumur 15 tahun sedang berdiri di tempat pengambilan bagasi di bandara udara. Dia hampir tak mengenalinya karena Kyle berpakaian hitam-hitam dari kepala sampai ujung kakinya. “Mengapa dia berbuat seperti itu?”, tanya Elizabeth dalam hatinya sambil memperhatikan bibirnya, kukunya yang diwarna hitam dan rambutnya yang disisir lurus ke atas. Telinga dan hidungnya ditindik. Dia mengenakan jas sepanjang mata kakinya.

Sekarang ini diluar suhu amat panas! Elizabeth berpikir bukankah Kyle baru seminggu tinggal di tempat ayahnya yang telah berpisah dengan dirinya! “Mengapa Dale, mantan suaminya, mengirim dia pulang seperti ini!”, kata Elizaberth dengan geram.

Ketika Elizabeth mendengar orang banyak berbisik dan melihat sambil menunjuk-nunjuk ke arah Kyle, maka bangkitlah belas kasihnya kepada Kyle. Dalam hati Elizabeth berkata, ”Tuhan, aku ingin menunjukkan belas kasih dan cinta yang Kau berikan kepadaku saat aku memberontak kepada-Mu. Tolong bantulah aku untuk dapat bersabar terhadap Kyle.”

Kyle mulai mengunjungi ayahnya ketika Elizabeth dan Dale bercerai 2 tahun yang lalu. Elizabeth telah berdoa dan melepaskan Kyle dalam perlindungan Tuhan pada setiap kali mengunjungi ayahnnya. Setiap kali Kyle pulang, dia menjadi semakin gelisah dan suasana hatinya berubah-ubah. Kyle semakin sukar didekati. Kehadiran Tuhan menguatkan Elizabeth dan menolongnya untuk lebih sabar.

Dia tak henti-hentinya berdoa, “Tuhan, apapun yang terjadi, Kyle adalah anakku dan muridMu. Aku mengajarkan firmanMu. Dia mematuhinya dan memperoleh damaiMu.”

Suatu pagi di hari Minggu sebelum ke gereja, Kyle sengaja dengan keras kepala tak mau meninggalkan kamarnya. Ibunya menunggu selama 1 jam, dan akhirnya dengan santainya turun dari kamarnya ke bawah. Elizabeth tidak memarahinya, dia malah terdorong untuk berdoa dengan Kyle. Kyle tidak menolak ketika Ibunya berdoa dam memeluknya.

“Ibu, maafkan aku”, Kyle menangis. “Aku menjadi sangat bingung ketika mengunjungi ayah. Seakan dia membenci Tuhan dan tidak setuju dengan semua yang ibu ajarkan padaku dari Alkitab. Aku mencintai ayah, tapi setiap kali aku pergi ke sana telah membuat aku semakin buruk. Aku justru merasa damai ketika di rumah bersama Ibu.”

Ketika engkau mengajarkan firman Tuhan pada anak-anakmu, jangan mundur dan putus asa untuk berharap ketika mereka tak mematuhi. Tuhan bersama mereka seperti Dia bersamamu.

Engkau adalah busur dimana anak-anakmu sebagai panah yang hidup dilepaskan.

Diterjemahkan dari: “God’s Hand on my Shoulder”
Oleh: Rachel S. Winata

Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
yobel
AUTHOR
September 10, 2009 at 3:42 AM delete

Ibu kau begitu baik buat ku...

Reply
avatar