Indah Pada Waktunya

“Bila kita melakukan sesuatu sesuai kehendak Allah, maka segala sesuatu akan indah pada waktunya.” Kalimat tersebut mungkin sering kita dengarkan. Mungkin ada beberapa orang yang tidak mempercayai ucapan tersebut. Berbahagialah orang yang mempercayai ucapan tersebut karena itulah yang benar-benar terjadi. Saya akan menceritakan kepada Anda tentang kesaksian sepenggal bagian dari hidup saya menyangkut hal itu.

Saya ingin memulai cerita saya dengan kelulusan SMA. Saya sangat bersyukur sekali karena bisa lulus dari Ujian Nasional. Mungkin sebagian dari Anda hanya berpikir bahwa ini cerita biasa tentang murid yang akhirnya lulus. Sekali-kali tidak. Ini adalah cerita melebihi itu.

Minggu-minggu menjelang UAN, merupakan minggu yang menegangkan. Ketegangan itu bertambah dengan kebijakan pemerintah untuk mengujikan pelajaran IPA/IPS juga di dalam UAN. Betapa mengejutkan pada saat itu. Betapa tidak! Angkatan kamilah yang pertama setelah sekian lama ujian nasional hanya mengujikan 3 mata pelajaran dasar.

Sudah menjadi hal yang lumrah bagi guru-guru dan kepala sekolah menjadi sangat khawatir. Mereka memberi kami latihan soal yang banyak. Bahkan kerap kali memarahi kami yang kerap kali malas. Mereka memotivasi kami pula untuk mengerjakan sebaik-baiknya dan juga berdoa. Banyak sekali kata-kata yang mendorong kami untuk semangat untuk percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kami. Bahkan sering diadakan acara berdoa bersama meminta kepada Tuhan agar kami semua bisa lulus ujian nasional.

Ada hal yang lucu dan sangat kontradiktif menurut saya. Saya ingat mereka juga berkata bahwa sebaiknya murid-murid yang pintar memberi jawaban kepada murid yang lain. Bahkan kepala sekolah pernah mengumpulkan kami dan memberi tahu perkiraan tentang bagaimana posisi nomor urut murid dengan letak kursi dan meja kami saat ujian berlangsung. Tak luput juga, beliau menyatakan agar kami menyusun strategi untuk saling bekerja sama dengan melihat posisi tempat duduk kami. Aku bahkan tercengang dalam hati bisa-bisanya seorang pemimpin sekolah kami memperbolehkan perbuatan tercela itu.

Beginikah moral dari sekolahku? Pikirku saat itu. Di satu sisi terlihat benar-benar percaya sepenuhnya bahwa Tuhan akan menyertai saat UAN berlangsung. Di sisi lain, tampak keraguan penyertaan Tuhan saat UAN berlangsung dengan menyarankan kami untuk bekerja sama.

Minggu silih berganti, tibalah ujian nasional itu. Hari-hari itu tak terlupakan. Ketegangan dan kekhawatiran muncul dalam benak. Namun, aku tetap memegang prinsip untuk mengerjakan soal-soal itu dengan usahaku sendiri. Begitu banyak godaan saat itu. Banyak temanku yang mendapat bocoran jawaban dari sekolah lain, ada pula yang saling mencontek, ada yang membeli jawaban ujian entah dari mana, dan sebagainya. Tapi aku tidak terpengaruh.

Setelah sekian bulan, akhirnya berita kelulusan tiba. Itu adalah hari penuh sukacita bagiku. Aku pun datang ke sekolah untuk mengambil ijazah. Aku melihat nilai teman-temanku yang berbuat curang saat ujian. Aku termasuk murid yang nilainya tidak setinggi mereka. Namun, aku tidak berkecil hati karena aku bangga bisa lulus dengan usahaku sendiri dalam hati.

Setelah lulus SMA, aku pun ikut suatu ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN). Aku mendaftar suatu PTN nomor satu di Indonesia dengan jurusan yang juga tidak mudah dimasukkan. Beratus-ratus orang berlomba-lomba mendapatkan kursi pendidikan dan hal itu pun menciptakan suatu tekanan untukku. Tapi, aku pun memegang prinsip untuk jujur saat ujian itu.

Kira-kira satu bulan kemudian, pengumuman tiba dan aku BERHASIL mendapatkan perguruan tinggi dengan jurusan yang kuinginkan. Aku sangat bersuka cita sekali bisa lolos ujian. Begitu luar biasanya juga sukacita yang dirasakan keluargaku.

Saat SMA, aku menyadari bahwa aku bukanlah murid yang pintar. Nilai-nilaiku kerap kali mengecewakan. Bahkan kerap kali dianggap remeh oleh teman-temanku. Aku ingat temanku pernah secara terang-terangan meragukan kemampuanku untuk bisa lolos dari ujian perguruan tinggi negeri. Maka aku menyadari bahwa kisahku ini merupakan karya nyata Allah dalam hidupku. Allah telah memampukan dan memberi kekuatan padaku untuk dapat melampaui suatu hal yang mustahil.

Aku ingat sekali ada temanku yang nilai Ujian Nasional-nya jauh melebihi nilaiku. Namun dia melakukan kecurangan saat ujian berlangsung. Dia juga mencoba ujian masuk perguruan tinggi negeri dengan jurusan yang sama persis kupilih. Namun dia gagal dalam ujian tersebut. Untukku, ini merupakan keadilan yang Allah berikan kepadaku. Di satu sisi, aku dengan kemampuan akademis yang tidak begitu setinggi dirinya pada akhirnya bisa lolos ujian yang penuh persaingan. Sedangkan dia yang merupakan murid yang lebih pintar dariku malahan tidak dapat lolos ujian itu.

Aku menganggap kisah hidupku yang satu ini adalah bukti nyata dari “Bila kita melakukan sesuatu sesuai kehendak Allah, maka segala sesuatu akan indah pada waktunya.” Tuhan pasti akan menyertai orang yang menurut pada apa yang Allah kehendaki. Allah pasti memampukan dan menjadikannya indah tepat pada akhirnya. Allah menyertai aku karena aku tetap memegang prinsip untuk jujur. Lalu, Allah pun menjawab permintaan doaku untuk bisa lulus SMA dan lulus ujian seleksi perguruan tinggi negeri.

Aku berharap cerita ini dapat memotivasi Anda untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang baik walaupun dunia tidak berprinsip. Mungkin pada awalnya merupakan saat-saat yang sulit. Namun percaya, Allah tidak akan diam. Sang Maha Kuasa akan melihat Anda dan merancangkan suatu akhir yang penuh sukacita dan damai sejahtera. Percayalah!

Oleh : Kathy S

Previous
Next Post »