Ada Keindahan Di Dalam Kelemahan

Dear teman-teman,

Dibawah ini adalah pergumulan yang kuhadapi dengan suamiku setelah kami dikaruniakan dua anak lelaki dan satu anak perempuan. Mungkin pengalamanku ini berguna bagi isteri yang memiliki suami yang cepat marah, dan sangat tidak komunikatif dengan saya dan anak-anak sampai suamiku meninggal dunia. Hingga saat ini saya bersyukur karena untuk melewati kehidupan yang sulit ini, Tuhan berikan kepadaku kesabaran dan menerima suamiku dengan segala kelemahannya.

Kami hidup disebuah rumah kecil didaerah Bekasi Selatan dan kami tergolong keluarga yang tidak mampu. Suamiku bekerja sebagai tukang tambal ban. Dengan modal sebuah kompresor, dia menghidupi kami. Saya sendiri adalah sebagai ibu rumah tangga yang biasa. Saya menggunakan hasil tambal ban untuk belanja kami dan untuk menyekolahkan anak-anak saya. Seringkali saya terlambat membayar uang sekolah anak-anakku karena kadang-kadang yang menambal ban ketempat kami sepi, sehingga hanya cukup untuk belanja makan satu hari saja. Pada saat sepi, suamiku selalu marah-marah kepada saya dan anak-anak karena tidak bisa menghasilkan tambahan untuk membantunya. Sedikit saja dia tersinggung dia melampiaskan kemarahannya kepada anak-anak dengan memukul. Anak-anakku sangat menderita dengan perangai suamiku.

Kelemahan suamiku, sekalipun dia salah, tidak ada yang boleh membantahnya. Bila dibantah, maka dia akan memukul kami dengan kayu. Sikap saya sebagai isteri hanya diam, dan hanya berdoa kepada Tuhan agar suamiku dijamahNYA. Kemudian setiap minggu saya selalu pergi ke gereja mendengar Firman Tuhan. Suatu ketika anak saya yang paling tua tidak terima perlakuan suamiku yang kasar. Dia tidak betah tinggal dirumah kalau suamiku masih dirumah. Jadi dia sering pergi dengan teman-temannya hingga larut malam, dan pagi harinya baru datang dan langsung tidur.

Saya selalu ingatkan kepada anak-anak agar menghormati ayahnya, sekalipun ayah mereka berlaku kasar. Kalau anak-anak mau pergi, dari rumah, saya selalu sarankan agar pamit dari ayahnya dan jangan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hatinya.

Suatu ketika, anakku mengejutkan kami karena pengakuannya telah menikah dengan seorang wanita dan sudah berbadan dua. Suamiku makin marah, dan melarang mereka untuk tinggal dirumah. Anakku dan isterinya datang kerumah memohon ampun agar keluarga mau menerima mereka terutama menantu saya sampai menangis memohon kehadapan kami agar mau menerima mereka. Isteri anakku ini berlatar belakang lain suku dan lain agama. Lalu saya bicara kepeda mereka, “Saya mau menerima kalian, bila kalian berdua mau mengikuti permintaanku”.

Permintaanku adalah:
1. Kamu dan isterimu harus mau mengakui kesalahan dihadapan Tuhan dan bertobat untuk setia mengikuti perintah-NYA.
2. Anak yang dikandunganmu nanti harus dibabtis.

Mereka menyetujui usulan saya,lalu saya bawa mereka berdua ke gereja untuk mendapatkan katekisasi (Manopoti dosa). Setelah berlangsung dua bulan pengajaran katekisasi mereka berdua dibabtis lalu menyusul anaknya(cucuku) dibabtis. Suamiku tetap pada pendiriannya, tidak mau menerima kehadiran sang menantu. Saya terus berdoa minta pertolongan Tuhan, agar kami diberikan jalan keluar atas masalah anak kami ini. Setelah satu bulan berlangsung tidak ada komunikasi diantara kami, suamiku jatuh sakit keras, lalu meninggal dunia.

Kepedihan meliputi keluarga kami dan sebagai anak tertua, maka anak sulungku mengambil alih pekerjaan suamiku sebagai tukang tambal ban. Dia sangat tekun bekerja dan menantuku juga sangat baik perangainya membantu anakku. Hatinya cukup mulia dengan membantu membiayai adik-adiknya sekolah keperguruan tinggi. Usaha tambal ban anakku semakin maju dan saya sangat bersyukur akan kepahitan yang saya alami, karena membawa keindahan tersendiri bagi keluarga kami. Putriku paling bontot diterima di tahun ini di Universitas Indonesia jurusan biologi.

Karena rasa syukurku,lalu aku menyanyikan lagu pujian dari Pingkan Tuna yang berjudul:

"Indah Rencanamu"

Indah Rencanamu Tuhan,didalam hidupku
Walau ku tak tau dan  tak kumengerti semua jalanMu.
Dulu kutak tau Tuhan,IBerat kurasakan
Hati menderita,namun tak berdaya menghadapi semua.
Tapi kumengerti sekarang,Kau tolong padaku.
Kini ku melihat dan kumerasakan Indah rencanamu.
Inilah yang sering kunyanyikan bila saya menghadapi kesulitan hidup.
Kesaksian diatas adalah nyata dan kutuliskan dimilis ini agar kita selalu berpengharapan sekalipun kita memiliki kekurangan maupun kelemahan2 .Tuhan tidak hanya memakai kekuatan kita untuk melayani,tetapi Dia juga memakai kelemahan kita.

Walz

Previous
Next Post »