Seandainya Mereka Tahu

1 Yohanes 3:17 Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 114; 1 Korintus 2; Hakim-Hakim 15-17

Seorang nenek tua renta dengan langkah tertatih berjalan meminta sebungkus nasi untuk cucunya yang seharian belum makan kepada orang-orang yang ia temui di jalan. Yang ia minta hanyalah sebungkus nasi tanpa lauk pauk. Memang orang-orang yang ia mintai tolong pun bukan orang kaya, tapi orang susah sama seperti dirinya. Walaupun jika diukur dari keadaan nenek tua renta itu, mungkin keadaan mereka sedikit lebih baik dari sang nenek.

Tapi tanggapan yang diterima nenek ini luar biasa. Ada yang marah, ada yang mengusirnya, ada yang merasa terganggu dengan kehadiran dan permintaan sepele sang nenek. Bahkan sampai 9 jam sang nenek terus berjalan tertatih, belum ada seorang pun yang mau menolongnya. Memang ada yang memperlihatkan simpati mereka, tapi tidak ada yang menunjukkan empati kepada kebutuhan sang nenek dengan membelikannya sebungkus nasi. Bila kita mengikuti perjalanan dan perjuangan sang nenek untuk mendapatkan sebungkus nasi, bisa saja kita berteriak, "Kemana hati nurani itu? Kenapa tidak ada orang yang cukup berbelas kasihan menolong sang nenek dan membelikannya sebungkus nasi?"

Itulah yang digambarkan oleh sebuah acara reality show "Tolong" di sebuah stasiun televisi swasta. Saat menyaksikan segment ini, saya benar-benar tergugah. Betapa krisis kasih benar-benar tengah melanda bangsa ini. Orang-orang yang dimintai pertolongan oleh sang nenek hanya memperdulikan kesusahannya sendiri, repot dengan kesibukannya sendiri dan menutup mata terhadap kebutuhan orang yang meminta tolong terhadap mereka. Seandainya mereka tahu berkat besar apa yang akan mereka terima jika mereka membelikan sang nenek sebungkus nasi, pasti mereka akan memberikan pertolongan dengan sukarela. Tapi mereka tidak tahu, dan sang nenek harus berjalan selama 9 jam tanpa ada seorang pun yang mau menolongnya. Ironis bukan?

Demikian juga dengan Allah kita. Ia adalah Allah yang penuh kasih. Ketika Ia memerintahkan kepada kita untuk saling mengasihi, ada berkat besar yang sedang Ia persiapkan bagi hidup kita. Sama halnya seperti berkat yang tersimpan di balik pintu yang tertutup, ketaatan kita untuk melakukan perintah kasih itu adalah kunci untuk membuka pintu yang tertutup. Tapi seringkali kita lebih memilih untuk melihat masalah kita, kesusahan-kesusahan kita, sibuk dengan kehidupan kita sendiri dan kita lalai melakukan apa yang menjadi kerinduan hati Allah agar kita lakukan. Berkat itu pun akhirnya hanya menjadi impian yang tidak pernah kita raih.

Sama seperti orang-orang tadi, kita pun tidak pernah tahu apa yang ada di balik pintu itu sampai kita bertindak dan pintu itu terbuka. Jadilah orang yang menjawab kebutuhan orang lain. Jadilah pribadi yang mengutamakan kepentingan orang lain, dan nikmatilah pintu-pintu yang akan terbuka bagi Anda.

Ketidakpedulian Anda akan kebutuhan orang lain seringkali menutup pintu berkat bagi Anda sendiri.

Previous
Next Post »