Lost In Translation

“Semua laki-laki sama saja,” bombardir Callie.

“Itu tidak adil,” suaminya, Greg, menentang. “Aku tidak seperti laki-laki yang lain. Aku kan punya kepribadian sendiri.”

“Tetapi lihatlah bagaimana tindakanmu.”

“Memang, aku bertindak seperti layaknya seorang laki-laki. Itu karena aku laki-laki. Tidak semuanya buruk. Kamu jatuh cinta kepadaku karena aku laki-laki. Kenapa sih kok kamu tiba-tiba bersikap negatif?”

Setiap pasangan pasti pernah bertengkar. Pasangan suami istri pernah saling tidak menyetujui, mereka mempertahankan pandangan masing-masing yang di anggap benar, dan mereka melakukan apa saja untuk membuktikan alasan-alasannya.

Meskipun begitu, yang mengejutkan saya adalah, setelah menangangi para pasangan lebih dari dua puluh lima tahun, apa yang kita pikir kita pertengkaran, sebenarnya itu bukan hal yang benar-benar kita pertengkaran.

Dan, apa masalah mendasar yang paling besar? Saya menyimpulkan sekurang-kurangnya 50% pertikaian antara suami dan istri pada dasarnya adalah tentang perbedaan gender. Saya juga mendapatkan kesimpulan lain : seandainya kita dapat memahami perbedaan-perbedaan ini, mungkin saja kita tidak akan terlalu sering bertengkar.

Itulah maksud saya menulis buku ini, menolong Anda lebih memahami pasangan Anda dan belajar untuk lebih menghargainya. Tujuan saya adalah memperbaiki hubungan Anda dengan suami atau istri Anda. Memahami perbedaan-perbedaan membuat kita bertoleransi terhadap pasangan kita.

Laki-laki dapat memahami jalan pikiran kaumnya, begitu pula dengan perempuan. Pada dasarnya hubungan gender benar-benar merupakan pengalaman lintas budaya. Laki-laki dan perempuan berpikir, merasakan, dan berkomunikasi secara berbeda. Kadang semuanya berbeda.

Perbedaan itu nyata. Dan, perbedaan itu memang benar untuk laki-laki dan perempuan pada umumnya. Tetapi, tak ada ciri-ciri yang menunjukkan sifat semua laki-laki atau semua perempuan. Kita semua memiliki kepribadian masing-masing. Masih banyak faktor lain selain faktor gender, faktor-faktor semacam genetika individu, susunan kelahiran, keteladanan, pengalaman masa kanak-kanak, pembelajaran, dan kepribadian yang saling berinteraksi, sehingga membuat kita menjadi pribadi yang sangat unik.

Dikutip dari Lost In Translation, Dr. Steve Stephens

Previous
Next Post »