Jerih Lelah

Nats : Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai (Mazmur 126:5)

Bacaan : Mazmur 126

Beberapa waktu lalu, harian Kompas pernah memuat kisah tentang Mak Tino, seorang perempuan tua berusia 63 tahun asal Cilacap. Sehari-hari ia bekerja sebagai pengumpul beras sisa yang jatuh dari truk pengangkut beras di pasar induk Cipinang. Rata-rata per hari ia bisa mengumpulkan 5 kilogram beras, yang dijualnya untuk makanan ayam seharga lima ribu rupiah. Dengan pendapatan seadanya itu, ia mampu menyekolahkan tiga anaknya sampai lulus SMP di kampungnya. Mak Tino tidak pernah menyesali jalan hidupnya. Ia sadar betul, itulah "bagian perjuangan" yang harus ia jalani.

Pada dasarnya, hidup adalah perjuangan; yakni perjuangan untuk meraih cita-cita, perjuangan untuk mewujudkan harapan. Selain itu kita juga harus berjuang untuk memenuhi panggilan hidup beriman; yakni menjadi berkat bagi dunia ini, serta membuat dunia di mana kita berada menjadi tempat yang lebih baik (Kisah Para Rasul 13:47). Sebagaimana dalam sebuah perjuangan pada umumnya, berlaku pula pepatah ini: "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."

Jangan berkecil hati kalau karena mengejar cita-cita kita harus berlelah-lelah. Jangan patah hati kalau karena menanti-nanti harapan kita harus berpayah-payah. Dan jangan tawar hati kalau karena memperjuangkan iman kita harus bersusah-susah. Menaburlah terus dengan tekun dan teguh. Jerih lelah kita tidak akan sia-sia. Inilah yang dinyatakan oleh pemazmur dalam bacaan kita. Bahwa akan ada saatnya, kita menuai buah hasil kita "menabur benih" (ayat 6) —AYA

JERIH LELAH KITA SELAMA MENABUR BENIH
TIDAK AKAN SIA-SIA


SABDA.org

Previous
Next Post »