Ibadah Yang Sejati

Kitab Yakobus, yang ditulis oleh saudara Tuhan Yesus, penuh dengan nasehat2 praktis. Kitab ini memaparkan bagaimana seharusnya orang percaya menghayati kehidupan imannya. Yakobus seolah2 berkata, "Inilah kehidupan Kristen itu!"

Dalam pasal 1, ia menjelaskan tentang ibadah yang sejati. Ia memulainya dengan cara menyikapi pencobaan atau masalah (ay.2-4). Masalah dalam hidup kita sebenarnya bukan masalah. Masalah itu hanya menunjukkan adanya hal2 yang kurang, adanya perkara yang perlu ditambahkan, dalam hidup kita. Masalah akan meregangkan iman kita sehingga kita mencapai taraf kedewasaan yang lebih jauh.

Saat menghadapi masalah, yang kita perlukan adalah ketekunan. Perlu perubahan dan penyesuaian untuk dapat menanganinya. KIta perlu melatih diri untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Sayangnya, proses pendewasaan ini kerap terhenti. Kita tidak bertekun sehingga dikalahkan oleh masalah yang ada. Yakobus menunjukkan beberapa faktor yang dapat menghentikan ketekunan kita.

Kekurangan hikmat
(ay. 5-8).
Hikmat berarti menempatkan diri kita secara benar terhadap suatu masalah. Artinya, perlu perubahan pikiran dalam memandang suatu masalah.

Mengandalkan uang
(ay.9-11).
Uang bisa menyelesaikan segala perkara, begitu pendapat banyak orang. Uang mungkin bisa memberi kenyamanan sesaat, namun tak membuat masalah itu teratasi. Uang hanya menutupi masalah itu untuk sementara.

Menyalahkan Tuhan
(ay.12-18).
Ketika masalah tak putus-putusnya mendera, kita mulai mengira Tuhan tidak peduli dan melupakan kita. Kita tidak yakin lagi bahwa Dia senantiasa baik dan memberikan yang terbaik bagi kita.

Amarah
(ay.19-21).
Kalau sudah begitu, sumbu kesabaran kita pun memendek. Kita gampang "meledak".

Malas beribadah
(ay.22-25).
Masalah seharusnya mendorong ktia untuk lebih bertekun belajar, menambah apa yang kurang dalam diri kita. Namun, kita justru cenderung menjadi malas. Enggan membaca firman, berdoa, bersekutu, atau terlibat dalam pelayanan. Kita menjadi suam-suam.

Tidak mengekang lidah
(ay.26).
Alih-alih mengucapkan perkataan yang membangun, kita melontarkan perkataan yang pedas dan penuh kepahitan.

Tidak menjaga diri dari pencemaran dunia
(ay.27).
Ini yang paling parah: kita kembali berkubang dalam pencemaran dosa dan dunia.
Jadi, hakekat dari ibadah kita adalah: Ketekunan. masalah dan pencobaan hanyalah ruang untuk berlatih. Dengan ketekunan, ktia akan menghasilkan buah yang matang.
Selamat beribadah!***


"Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." (2 Petrus 1 : 10).
Previous
Next Post »