Gadis Yang Sakit Ginjal

Semalam (9 Januari 2002) saya diajak suami menjenguk seorang temannya yang berada di rumah sakit. Ia seorang wanita muda (24 tahun) yang sudah mengalami gagal ginjal selama 7 tahun dan sejak bulan Agustus lalu kondisinya semakin menurun, masuk keluar rumah sakit dan sekarang harus menjalani cuci darah 3 kali seminggu bahkan didiagnosa mungkin ada semacam tumor (belum tahu jinak atau ganas) di dalam levernya. Lebaran yang lalu ia sempat masuk rumah sakit dan hanya 10 hari bisa pulang ke rumah kemudian hari Sabtu kemarin ia harus masuk lagi karena kesakitan yang luar biasa di dalam perutnya.

Ketika kami datang ia tidak ada di tempat tidur karena sedang menjalani cuci darah selama 5 jam, jadi kami sempat turun ke bawah untuk makan malam kemudian kembali lagi. Saat kami kembali, saya melihat ia sudah duduk di pembaringan dengan slang oksigen di hidungnya dan beberapa temannya hadir disitu bercakap-cakap dengannya sambil memijit-mijit kakinya.

Saya agak terkejut melihatnya (sebab ini kali pertama bertemu dengannya), ia tampak begitu segar dan tak ada tanda-tanda kalau menderita sakit. Sambil dipijit ia bercanda dengan teman-temannya begitu riang dan ketawa-ketawa. Hanya lengan sebelah kanannya yang tampak berurat-urat dan ada benjolan cukup besar dipergelangan tangannya untuk tempat mencuci darah.

Sambil bercanda-canda ia bercerita bagaimana hari Sabtu kemarin ia terserang sakit perut yang begitu hebat dan dilarikan ke rumah sakit, setiap goncangan di jalan membuat ia sangat kesakitan, mereka tidak ke UGD tapi langsung ke tempat dokternya praktek dan disana mereka harus menunggu sekian waktu baru dokternya datang. Tapi memang sudah merupakan pemandangan yang biasa bagi orang lain melihat ia menangis kesakitan di depan ruang praktek dokter, nanti setelah dokter datang maka ia yang pertama akan di layani, dibujuk seperti anak kecil kemudian menjalani kembali perawatan rutinnya.

Ketika ia berbicara tentang dugaan ada tumor ganas di levernya dan kalau ada maka diperlukan serangkaian perawatan kemoterapi, ia tampak begitu santai dan biasa saja membicarakan semua ini. Ia bercerita tentang kesakitan-kesakitan dan penderitaannya, seperti pembengkakan-pembengkakan yang terus menerus di seluruh tubuhnya, kehausan akan air yang tidak bisa dipuaskan dengan air sebanyak apapun karena ia hanya diperbolehkan minum sedikit-sedikit, cairan-cairan yang memenuhi perutnya yang harus disedot keluar karena tidak mampu disedot oleh mesin pencuci darah, dll sebagainya. Keadaannya begitu menderita tapi ia dapat menceritakan semua itu dengan santai sambil ketawa-ketawa dan terasa kesan ia sudah belajar menikmati semua penderitaan ini karena sudah menjadi teman akrabnya selama 7 tahun dan sekarang ini kondisi tubuhnya terus menurun.

Yang merupakan tanda tanya dari semua teman-temannya selama ini, mengapa ia tidak mengalami sedikitpun kearah kesembuhan sekalipun ia sudah didoakan oleh begitu banyak hamba-hamba Tuhan yang terkenal dengan urapan dan karunia kesembuhan maupun mujizat. Bahkan banyak di antara mereka yang telah bernubuat tentang kesembuhannya tapi mengapa tidak ada perubahan sedikitpun yang terjadi??? Nubuat itu tidak pernah terjadi.

Awalnya dalam perjalanan ke rumah sakit saya sempat berpikir : "Mungkin semua itu tidak terjadi karena keinginan hidup si penderita sudah tidak ada lagi dan ia mungkin berpikir lebih baik aku dipanggil pulang saja oleh Tuhan." Karena gadis ini adalah orang yang cinta Tuhan dan saya percaya sudah lahir baru dalam Kerajaan Allah. Saya berpikir mungkin hal ini yang membuat ia sukar mengalami terobosan imannya untuk meraih kesembuhan ilahi, sebab semangat untuk itu tidak ada lagi termasuk semangat untuk bisa memberitakan Injil Kerajaan Allah, menyembuhkan orang sakit, mentahirkan orang kusta, melepaskan orang yang terikat dan sekali saja dalam hidup ini bisa membangkitkan orang mati. Kalau motivasi ini masih menyala-nyala dalam diri seorang anak Allah maka ini akan menumbuhkan imannya lebih besar lagi untuk mendobrak benteng-benteng penghalang yang ada.

Tapi setelah saya bertemu muka dengannya dugaan inipun lenyap, ia begitu ceria dan tidak nampak seperti orang yang sudah ingin pulang saja ke pangkuan Bapa.

Tiba-tiba ada dorongan yang begitu kuat di hati saya untuk berkata :"Sebenarnya yang engkau butuhkan adalah ginjal yang baru." Kalimat ini terus berbunyi di hati saya dan kali ke-empat sayapun mengucapkannya dengan lembut dan manis kepadanya.

Ia menatap saya dan suasana di kamar itu seketika terasa hening sekali. Iapun berkata, "Sudah banyak hamba Tuhan berkata seperti itu kepada saya dan saya telah melakukan semua yang mereka ajarkan, misalkan pengakuan iman, pengakuan dosa, dll sebagainya. Saya adakan pengakuan iman "Oleh bilur-bilur Tuhan Yesus aku sudah sembuh" terus menerus, apa saja yang diajarkan mereka aku sudah lakukan. Aku sudah meminta Tuhan memberikan ginjal baru kepadaku, dalam kesakitan yang sangat aku berteriak agar Tuhan mengangkat sakitku, tapi sedikitpun jamahan Tuhan tidak ada, aku tetap kesakitan dan keadaanku tetap seperti ini. Apa mau dikata kalau belum waktunya Tuhan dan Tuhan belum mau menyembuhkanku, semuanya terserah kehendak Tuhan. Mungkin ini suatu ujian Tuhan bagi diriku, Dia mau menguji aku apakah dengan keadaan seperti ini (tanpa pertolongan sedikitpun dari Dia) aku masih mengasihiNya?" Suasana terasa semakin hening.

Saya kembali berkata perlahan, "Bukankah Ia telah menanggung segala sakit penyakit dan kelemahan kita sejak 2000 tahun yang lalu di kayu salib? Mungkin selama ini kita terus meminta kesembuhan dan ginjal baru tapi belum mengambil kesembuhan itu, bukankah Ia berkata: "Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." - Markus 11:24.

Gadis inipun menjadi agak marah, ia berkata, "Maaf Ci, aku telah melakukan semua yang pernah diajarkan oleh para hamba Tuhan yang datang mendoakanku tapi tidak terjadi apa-apa sehingga aku merasa imanku masih gagal. Cici tidak pernah merasakan apa yang saya rasakan selama 7 tahun ini, tubuhku sendiri yang menderita sakit dan orang lain hanya bisa berkata-kata. Itu sebabnya saya paling benci bila ada orang yang berkata "punya iman...punya iman untuk sembuh!" sebab mereka tidak mengalami seperti yang saya alami selama ini, menjalani semua hal menyakitkan ini seperti yang telah kujalani. Setiap kali ada yang mengatakan seperti itu, aku akan katakan "Jangan bicarakan itu lagi karena imanku memang masih gagal" Tapi di dalam keadaan seperti inipun aku masih cinta kepada Tuhan, inilah iman saya! Biarlah kehendak Tuhan yang jadi."

Semua yang mendengarnya terdiam, saya tidak berusaha minta maaf kepadanya, saya hanya tetap berkata dengan lembut: "Tuhan juga sangat mencintaimu, mari berjalan terus bersama dengan Tuhan. Ketabahan dan keceriaanmu di dalam menghadapi semua penderitaanmu ini adalah mujizat terbesar yang pernah saya lihat." Dan percakapanpun kembali seperti semula, canda-ria di sertai tawa riang. Seakan-akan pembicaraan tadi tidak pernah ada.

Ketika mau pulang dia meminta kami berdoa baginya dan doa itu terasa hanya sebatas doa formalitas saja untuk orang sakit dan ketika kami mau pulang ia tetap berkata:"Dukung doa terus yah!" Hanya seperti itu, jadi teman-teman datang hanya sekedar untuk menghiburnya saja.

Diperjalanan pulang saya merenung dan bertanya kepada Tuhan, "Tuhan aku tahu dengan pasti Engkau sungguh mengasihi gadis ini dan ia juga mengasihi Engkau. Kalau Engkau mengasihi dia apakah Engkau menghendaki ia mengalami semua penderitaan ini untuk menguji kemurniaan cintanya kepadaMu seperti yang ia yakini selama ini? Sehingga membuat ia begitu bangga dengan imannya bahwa sekalipun Engkau mengijinkan semua sakit-penyakit ini menimpanya dan menderanya dalam penderitaan yang berkepanjangan dan tak berkeputusan serta tidak ada sedikitpun pertolongan daripadaMu ketika ia berseru-seru kepadaMu tapi ia masih tetap dapat mempertahankan kasihnya kepadaMu. Itu sebabnya ia berusaha menikmati semua penderitaan dan kesakitan ini karena ia menganggap semua itu adalah kehendakMu untuk dia alami dan dengan cara seperti ini dia bisa menunjukkan betapa ia mengasihiMu."

Dan jawaban ini muncul di hati saya, "Meike.., firmanKu berkata :OrangKU yang benar akan hidup oleh iman. Benar?"

"Benar Tuhan!" Jawabku.

Aku berkata, "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja,
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

"Benar Tuhan!" jawabku.

FirmanKu berkata, "Oleh bilur-bilur-Ku kamu telah sembuh. Aku yang
telah menanggung segala sakit penyakit dan kelemahan seluruh umat manusia sebab Aku tidak menghendaki ada satupun diantara kamu ada yang sakit, inilah firmanKu!"

"Ya Tuhan!" Aku menjawab.

"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku. Meike, kau
lihat firmanKu berkata bahwa orangKu yang benar akan hidup oleh iman, iman kepada siapa dan kepada apa? Iman kepada setiap perkataan yang keluar dari mulutKu sebab inilah yang membuat manusia hidup dan firmanKu berkata Aku telah menyembuhkan segala kelemahan dan sakit-penyakitmu, Aku telah datang untuk memberimu hidup di dalam segala kelimpahan termasuk dalam hal jasmani yang selalu sehat bukan sebaliknya. Dan setiap orang yang mengakui mengasihiKu akan menuruti semua yang Ku firmankan."

Seketika saya sadar: "Oh Tuhan, sekarang aku mengerti sekalipun Engkau begitu mengasihi gadis itu dan ia juga mengakui bahwa ia mengasihiMu tetapi Engkau tidak bisa mengingkari firmanMu sendiri, langit dan bumi akan berlalu tapi firmanMu tinggal tetap, gadis itu memiliki iman tapi iman yang keliru/kurang pas karena ia beriman (percaya) bahwa sakit yang ia derita selama ini adalah kehendakMu untuk menguji kesetiaan dan rasa cintanya kepadaMu sebaliknya firmanMu berkata bahwa gadis itu harus hidup dengan iman akan setiap perkataanMu bahwa kesembuhan itu sudah Kau berikan sejak 2000 tahun yang lalu dan Engkau tidak pernah menghendaki ada satupun dari anak Allah mengalami sakit penyakit lagi, itu sebabnya Kau rela semalaman dicambuk dan dagingMu dihancurkan sebelum disalibkan hanya untuk membebaskan kami semua dari sakit-penyakit dan kalau kami berkata bahwa kami mengasihiMu maka kami harus menuruti firmanMu, bukan firman yang kami buat sendiri dalam alam pikiran kami. Itu sebabnya sekalipun Engkau begitu mengasihi gadis itu tapi pemahamannya yang keliru akan firmanMu membuat suatu benteng yang begitu tebal dalam alam pikirannya sehingga membuat ia sukar mengalami kesembuhan total bagi tubuhnya. Ia merasa punya iman percaya kepadaMu, ia merasa mengasihiMu tapi ia sendiri heran (bahkan semua orang terheran-heran) mengapa ia tidak pernah merasakan jamahan tanganMu yang menolong dia. Bukan Engkau tidak menjamah Dia tapi imannya yang seperti itu membuat ia gagal menjamah Engkau, Tuhan. Dan benteng-benteng pertahanan ini harus dirobohkan karena ia sudah pahit bahkan tawar hati dengan segala pelayanan doa dari pada berbagai hamba-hamba Tuhan yang dinilainya tak akan ada gunanya karena Tuhan memang menghendaki ia sakit seperti itu. Tuhan beri kami hikmatMu bagaimana cara mengatasi semua ini?"

Saudara-saudari, Injil adalah kekuatan Allah untuk menyelamatkan manusia - Roma 1:16. Firman Allah itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dan memberi kehidupan bagi kita semua. Itu sebabnya kita harus patok iman kita pada setiap perkataan firman Allah ini dan dari situlah kehidupan mengalir. Jangan sekali-kali mematok iman kita pada hal-hal yang tidak difirmankan Allah sekalipun tampak cukup rohani (seperti diatas) dan masuk di akal sebab disana tidak ada kehidupan yang mengalir bahkan besar kemungkinan kematian. Adalah lebih berharga dan memuliakan Nama Allah bila kita sehat untuk dapat melakukan semua yang diperintahkanNya daripada terbaring terus di pembaringan dan bolak-balik masuk rumah sakit yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Gadis ini berusaha "menikmati" apa yang seharusnya tidak perlu dideritanya lagi sebab penderitaan ini sudah ditanggung oleh Tuhan Yesus 2000 tahun yang lalu di kayu salib. Apakah ini yang dinamakan cinta yang melebihi batas??? Lebih daripada yang Allah kehendaki???

Semoga ini menjadi suatu bahan perenungan bagi kita semua. Amin.

Oleh: Meike
Previous
Next Post »