Sutradara Dalam Lumpur Dosa

“Ayah saya suka main perempuan. Seringkali ayah memukul ibu dan saya sering melihatnya saat saya berusia 5-6 tahun. Saya pikir memang itukah yang seharusnya dilakukan oleh seorang pria?. Singkat cerita, mereka bercerai. Ibu saya menghidupi saya dan adik saya seorang diri.”

Karena kerja keras ibu saya, maka kehidupan pun membaik.

Pada tahun 1985 saya dapat meyakinkan ibu saya untuk membuat film yang berjudul “Alapaap” (langit). Itulah film pertama saya yang pada Manila Film Festifal yang berhasil memenangkan 13 piala utama.
Nama Tata Esteban mulai terkenal sejak tahun 1985 itu.

“Saya mengorbitkan bintang-bintang terkenal. Di puncak kesuksesan saya, obat-obat terlarang mulai merasuki hidup saya. Dan justru film dan obat-obatan tersebut menggerogoti saya. Lalu saya mulai membuat film-film “panas”. Untuk dapat melakukan “adegan-adegan” tersebut, mereka harus memakai obat-obatan dan saya mengizinkannya. Maka saya dapat menyuruh mereka untuk melepaskan pakaian mereka dan melakukan adegan tidak senonoh lainnya. Pada tahun 1988 bisnis saya bangkrut. Saya kehilangan kelab malam saya dan produksi film saya. Saya heran apakah saya akan menjualnya atau bagaimana, pokoknya saya kebingungan. Saya terikat sabu-sabu. Saya tidak dapat membedakan alam yang nyata dan yang bukan.”

Ibu Tata Esteban bercerita bahwa Tata bahkan menjual rumah besar keluarga, 7 rumah semua habis, piano, mobil jeep, …
“Namun demikian ia tetap anak saya. Saya tidak dapat membuangnya… Ya Tuhan, bahkan orang lain yang ibunya saja tidak akan bisa menanggung sakit hati ini. Tapi dia tetap anak saya dan saya tidak dapat meninggalkannya. Saya bilang, Tuhan berkuasa. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita.”

Pada suatu hari, Tata sedang mandi ketika ia merasakan sesuatu di kakinya. Sesuatu yang merambat naik lalu terasa pecah di kepalanya!

“Ternyata pembuluh darah saya pecah. Lalu saya terjatuh ke lantai. Saya masih berusaha untuk tetap berdiri dan berpegang pada gagang shower. Saat itu saya menyadari saya telah banyak berdosa terhadap Tuhan. Saya bilang “Tuhan, ampunilah atas semua yang telah saya lakukan.” Perasaan itulah yang pertama kali muncul, lalu saya langsung terjatuh. Pada saat saya sadar, ternyata saya sudah berada di rumah sakit.”

Atas permintaan ibunya, datanglah seorang pastor mengunjunginya.

“Saya bilang, “Pastor, dapatkah Tuhan mengampuni saya atas wanita-wanita yang saya hamili? Saya punya 8 orang anak dari 8 orang ibu yang berbeda! Dapatkah Tuhan mengampuni saya karena telah menyuruh para penari saya melakukan aborsi. Ada sekitar 20 orang oleh karena pekerjaannya, mereka tidak boleh hamil. Apakah Tuhan akan mengampuni saya terhadap gadis-gadis berusia 13 tahun yang saya jual tersebut? Terhadap semua wanita yang saya tiduri. Dapatkah Tuhan mengampuni saya untuk semua itu?” Itulah pertanyaan-pertanyaan saya. Tapi akhirnya saya menerima Tuhan Yesus Kristus”.

Dan setelah itu Tata mendapat kesempatan lagi antara tahun 1995 –1996. Dia membuat film dan mempunyai uang banyak lagi. Dan diapun terpuruk lagi dalam dunia obatan sehingga kembali terbuang dari bisnis film. Sampai suatu hari, ketika ia sedang memakai obat-obatan dengan istrinya karena uang banyak yang sudah ia miliki lagi, tiba-tiba seorang tetangga mengetuk pintu rumahnya.

“Anakmu terperosok ke dalam selokan yang lebar,” katanya.
Tapi Tata dan istrinya sedang sangat tidak ingin diganggu. Jadi ia menyuruh si tetangga untuk mengangkat anaknya keluar dari selokan.

“Tak lama anak saya datang dengan berlumuran kotoran dan luka-luka goresan. Dia berkata “Papa Mama, kenapa kalian tidak mempedulikan saya?” Lalu dia melihat obat yang saya pakai. Dia bertanya apakah yang saya pakai itu, dan apakah itu enak? “Bolehkah saya mencobanya? Bolehkah saya coba, Pa?” Itulah akhirnya! Saat itu juga saya bereskan dan saya buang shabu-shabu tersebut. Kemudian saya menggadaikan mobil saya dan kami pulang ke kampung halaman, dan saya berubah total dari semua itu. Saat kami dalam perjalanan, saya berdoa, “Tuhan ampunilah saya!”. Tuhan menggunakan anak saya itu untuk menyadarkan saya dari keterpurukan itu. Tiba-tiba saya dan istri saya sadar dari keterpurukan itu.”

Kejadian itu akhirnya membebaskan dan menghancurkan belenggu obat-obatan tersebut.

“Telah beberapa kali Tuhan mengetuk pintu hati saya, tapi saya tidak membukakan. Sahabat yang saya kira baik ternyata meninggalkan saya. Akhirnya hanya ada Yesus Kristus yang tetap setia. Dia tidak pernah meninggalkan atau mengabaikan saya. Dia sahabat sejati saya hingga sekarang. Dan saya tidak akan menukarkannya dengan apapun.”

Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah ke TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. (Yoel 2:13)


Sumber kesaksian : Tata Esteban
Previous
Next Post »