Lipstik

Suatu saat, Bu Trimbil ketinggalan lipstiknya di rumah padahal sudah sampai Gereja Paroki "Duren Montong" Misa Minggu pagi, pk. 06.00 masih setengah jam lagi. Dia bilang ama suaminya, "Pa, lipstikku ketinggalan di rumah, gimana nih, nggak pede gitu lho, ambil bentar dulu deh Pa!! Suaminya mas Trimbil bilang, "Halah Mam Mam, cuma lipstik aja kok jadi nggak pede, ngaca dong Mam, mami itu dah pesek hidungnya, jadi mau lipstik tebal kayak apa nggak akan buat hidung jadi mancung gitu, nggak akan nambah kecantikan, aku lebih seneng mami tampil apa adanya gitu lho, jadi kalau pesek malah nggak ketahuan, tapi kalau pakai lipstik kan kelihatan perbedaannya, Mam!".

Akhirnya Bu Trimbil tidak jadi minta diantar pulang dengan langkah masih lesu toh taat ama suaminya. Setelah misa usai, Pak Trimbil tanya, "Mam gimana rasanya nggak pakai lipstik? Apa mami jadi nggak pede?".

Bu Trimbil menyahut, "Pa, aku sih sebetulnya pedhe, tapi lebih afdol gitu lho kalau aku pakai lipstik rasanya kok ada yang hilang gitu."

Suaminya langsung menyahut, "Lha, jadi sekarang nggak afdol dong kalau punya suami, lebih afdol punya lipstik ya."

Bu Trimbil hanya menunduk, sambil duduk di sebelah kiri, sementara mobil berjalan keluar lapangan parkir gereja. "Pa, kok kayak gitu sih? Aku nggak punya maksud apa-apa kan? Karena wanita ingin dimengerti". Pak Trimbil lalu menyahut kembali, "Halah bu, kayak lagunya "Sinetron Jomblo So What Gitu Lhoh" Mereka pulang dengan membawa makna baru "lipstik"

Kayaknya ribet banget kalau orang ketinggalan lipstik, tapi kenapa orang tidak merasa gejolak apapun kalau kitab suci, atau puji syukur, atau rosario tertinggal di rumah, apakah yang ada di hatimu, Bu Trimbil sampai ketinggalan lipstik aja repotnya bukan main?

Begitu gelisahnya ketika HP tertinggal di rumah, padahal mau balik lagi ke rumah, waktunya tidak cukup, pasti terlambat misa. Nggak masalah terlambat sebentar, yang penting bisa bawa HP. Begitulah hati itu begitu gelisah kalau HP tertinggal di rumah tapi kenapa ya tidak ada kegelisahan sedikitpun kalau datang dalam Ekaristi dengan menyimpan rasa dendam di hati.

Begitu gencar orang berdiskusi tentang merk Notebook yang terkenal, bisa menjelaskan detil hardware dan fasilitasnya, tapi mengapa orang tidak begitu antusias untuk mendiskusikan sabda Tuhan setelah misa selesai. Selesai Misa, pertanyaannya, "Habis misa, mau ke mall mana nih?". Jarang banget ada yang mau tanya, "Tadi aku kok nggak ngerti lho kotbah pastor, kamu ngerti nggak?" Syukurlah kalau ada orang yang masih mau bertanya.

Rekan-rekanku,
hidup beriman itu butuh prioritas, dan orang yang jelas prioritas hidupnya untuk kepentingan Kasih, tentulah hidupnya juga akan diwarnai kemurhant hati, juga emosinya tidak terlalu terikat dengan fasilitas hidup. Prioritas itulah yang mesti konsisten diwujudkan dalam keseharian kita, kalau prioritas itu jelas, lalu jelas juga identitas kita. Identitas itu tidak tergantung dari wajah, gaya berjalan, cara berpakaian, tapi identitas pribadi itu ditentukan oleh prioristas sikap hidup yang terus menerus dihidupi.


salam hangat,
bslametlasmunadi
Previous
Next Post »