Cinta Itu Buta

Banyak orang mengatakan bahwa cinta itu buta. Anda percaya? Kalau Anda tidak, saya percaya.

Ketika seorang pemuda jatuh cinta, ia tidak akan melihat gadis pujaannya itu berasal dari mana, apa pekerjaannya, bahkan sifat-sifat buruknya tidak akan diperhatikannya. Yang ia lihat hanya lah semua keelokan dan kebaikan si gadis, entah kecantikannya, kecerdasannya, atau kelemahlembut annya. Ia pun hanya memikirkan bagaimana caranya menyenangkan gadisnya atau membuat sang gadis menjadi miliknya. Ia tidak mempedulikan omongan miring dari teman-temannya tentang si gadis. Baginya, gadis itu begitu sempurna dan tak ada gadis lain yang dapat menandingi pujaan hatinya itu. Pokoknya gadis itu paling hebat!

Bagaimana kalau Tuhan jatuh cinta, ya? Barangkali cinta Tuhan kepada kita juga buta. Bagaimana tidak buta kalau Tuhan tidak lagi melihat sifat-sifat buruk yang ada pada kita. Bahkan sepertinya Dia lupa kalau kita sering mengkhianati-Nya. Tuhan tidak pernah berhenti mendekati kita. Meskipun kita sering kali menolak-Nya, Tuhan tetap saja datang dan mengulurkan tangan buat kita. Wah hebat betul Tuhan itu! Dia seperti seorang pemuda yang sudah berulang kali datang melamar gadis pujaan-Nya tetapi selalu ditolak. Biarpun lamaran-Nya diterima, Tuhan masih saja dikhianati, dibohongi. Saya kadang berpikir, kok bisa-bisanya Tuhan itu begitu sabar terhadap kita.

Coba hitung, dalam sehari berapa kali kita tidak jujur kepada Tuhan? Sudah berapa kata ejekan yang kita ucapkan kepada sesama? Sudah berapa orang yang kita benci? Atau sudah berapa kali kita merusak dan mengabaikan ciptaan-Nya? Rasanya kita terlalu sering berlaku tidak adil pada Tuhan. Coba bandingkan, jika kita menyimpan barang pemberian kekasih kita dengan begitu baik, apa yang telah kita lakukan dengan alam pemberian Tuhan ini? Tuhan menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Dia sungguh-sungguh tulus memberi kita alam yang begitu indah. Namun ternyata kita dengan enak merusaknya sehingga tidak heran jika terjadi bencana alam di mana-mana. Yang banjir lah, tanah longsorlah, wah ... macam-macam saja ulah kita ini! Namun Tuhan begitu setia kepada kita.

Paskah membuktikan bahwa kita sangat dicintai Tuhan. Dengan merayakan Paskah kita mengenangkan kebesaran dan keagungan cinta-Nya. Namun rasa-rasanya tidak cukup jika kita hanya datang ke gereja, mengikuti perayaan Paskah, lalu pulang begitu saja. Satu hal penting yang dapat kita lakukan adalah mengubah sikap hidup kita. Mari kita tanggalkan manusia lama kita yang ogah-ogahan menanggapi cinta Tuhan. Seandainya saja Tuhan merasa kita berlaku tidak adil dalam membalas cinta-Nya, apakah kita mau dan siap di-"putus" oleh Tuhan?

Oleh: C. Krismariana

Previous
Next Post »